Gara-gara Mi Instan, Pedagang Bunuh Teman
A
A
A
JAKARTA - Seorang laki-laki dua anak tega membunuh temannya sendiri gara-gara korban membuang mi instan untuk anaknya. Pembunuhan oleh Hasan alias Iskandar, 42, kepada rekan seprofesinya, Husni Thamrin, 40, dilakukan saat korban berdoa seusai salat magrib, Senin (27/12) sekitar pukul 18.25 WIB.
Kejadian bermula saat Husni yang tinggal di kontrakan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat itu membuang mi instan milik Hasan yang sedianya untuk makan anak kembar pelaku bernama Egi, 12, dan Ega, 12. Tindakan Husni tersebut ternyata membuat Hasan dendam. Ketika Husni berdoa seusai salat, tiba-tiba Hasan menggorok lehernya menggunakan pisau dapur hingga nyaris putus.
Setelah itu, Hasan kabur melalui pintu belakang dan meninggalkan anak-anaknya, sementara Husni tewas saat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng. “Husni tinggal bertiga sama temannya dalam satu kontrakan. Hasan ini kadang numpang tidur di situ bersama anak-anaknya. Istrinya sudah lama pisah,” kata Kapolsek Cengkareng AKP Sutardjono kemarin.
Hasan berhasil ditangkap Selasa (30/12) sekitar pukul 23.00 WIB di rumah kontrakan kawasan Kampung Gaga, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Penangkapan Hasan terbilang lama karena minimnya petunjuk dan saksi mata. “Kami mengamankan sebilah pisau, sajadah, sarung, dan baju korban yang masih bersimbah darah,” ujarnya.
Hasan kini mendekam dalam ruang tahanan Polsek Cengkareng dan dijerat Pasal 351 ayat (3) jo 338 KUHP terkait Penganiayaan yang menyebabkan orang lain kehilangan nyawa. Pelaku terancam hukuman maksimal sembilan tahun penjara. “Pelaku jelas dalam kondisi sadar. Tidak mengalami gangguan sedikit pun,” ungkapnya.
Ditemui di Polsek Cengkareng, Hasan menyatakan menyesal. Dia mengaku pembunuhan itu dilakukan secara spontan lantaran kesal dengan tindakan korban yang membuang mi instan tanpa alasan jelas. Menurutnya, sebelum kejadian tidak ada masalah apapun antara dia dengan korban.
Hasan menuturkan Husni merupakan salah seorang kawan baiknya. Selama berjualan pempek, Hasan mengaku mendapat penghasilan dari berjualan pempek Rp50.000-70.000 per hari. Penghasilan sebesar itu dia akui terlalu sedikit untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Belakangan diketahui, pria asal Palembang yang besar di Jakarta itu ditinggal nikah oleh Wiwin, mantan istrinya sejak setahun lalu.
Selama menghidupi kedua anak kembarnya itu, pelaku diduga mengalami stres. Namun, Hasan mengelak dikatakan stres. “Saya cuma kesal saja dan spontan melakukannya. Saya nggak stres dan nggak dendam,” terangnya. Psikolog dari Universitas Indonesia Farida Haryoko mengatakan, beban hidup di kota besar membuat seseorang mudah stres.
Selain masalah ekonomi, masalah keluarga juga bisa menjadi pemicu seseorang stres, misalnya hubungan yang tidak baik dengan pasangan sehingga membuat beban hidup semakin berat. “Di tengah semua masalah itu, dia juga mungkin tidak memiliki kemampuan menyalurkan emosi dengan baik. Yang dia tahu kalau kesal atau marah, ya dilampiaskan dengan cara agresif,” kata Farida.
Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Jika seseorang hidup di kota besar dengan lingkungan yang padat, bisa memicu seseorang bertindak agresif tanpa memikirkan akibatnya. Hal-hal kecil yang sebenarnya sepele bisa menjadi pemicu seseorang berbuat di luar akal sehat. Seperti yang dilakukan Hasan terhadap Husni. “Jadi hal kecil bisa memicu amarah. Menyebabkan emosi tidak terkendali,” jelasnya.
Bima setiyadi/R ratna purnama
Kejadian bermula saat Husni yang tinggal di kontrakan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat itu membuang mi instan milik Hasan yang sedianya untuk makan anak kembar pelaku bernama Egi, 12, dan Ega, 12. Tindakan Husni tersebut ternyata membuat Hasan dendam. Ketika Husni berdoa seusai salat, tiba-tiba Hasan menggorok lehernya menggunakan pisau dapur hingga nyaris putus.
Setelah itu, Hasan kabur melalui pintu belakang dan meninggalkan anak-anaknya, sementara Husni tewas saat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng. “Husni tinggal bertiga sama temannya dalam satu kontrakan. Hasan ini kadang numpang tidur di situ bersama anak-anaknya. Istrinya sudah lama pisah,” kata Kapolsek Cengkareng AKP Sutardjono kemarin.
Hasan berhasil ditangkap Selasa (30/12) sekitar pukul 23.00 WIB di rumah kontrakan kawasan Kampung Gaga, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Penangkapan Hasan terbilang lama karena minimnya petunjuk dan saksi mata. “Kami mengamankan sebilah pisau, sajadah, sarung, dan baju korban yang masih bersimbah darah,” ujarnya.
Hasan kini mendekam dalam ruang tahanan Polsek Cengkareng dan dijerat Pasal 351 ayat (3) jo 338 KUHP terkait Penganiayaan yang menyebabkan orang lain kehilangan nyawa. Pelaku terancam hukuman maksimal sembilan tahun penjara. “Pelaku jelas dalam kondisi sadar. Tidak mengalami gangguan sedikit pun,” ungkapnya.
Ditemui di Polsek Cengkareng, Hasan menyatakan menyesal. Dia mengaku pembunuhan itu dilakukan secara spontan lantaran kesal dengan tindakan korban yang membuang mi instan tanpa alasan jelas. Menurutnya, sebelum kejadian tidak ada masalah apapun antara dia dengan korban.
Hasan menuturkan Husni merupakan salah seorang kawan baiknya. Selama berjualan pempek, Hasan mengaku mendapat penghasilan dari berjualan pempek Rp50.000-70.000 per hari. Penghasilan sebesar itu dia akui terlalu sedikit untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Belakangan diketahui, pria asal Palembang yang besar di Jakarta itu ditinggal nikah oleh Wiwin, mantan istrinya sejak setahun lalu.
Selama menghidupi kedua anak kembarnya itu, pelaku diduga mengalami stres. Namun, Hasan mengelak dikatakan stres. “Saya cuma kesal saja dan spontan melakukannya. Saya nggak stres dan nggak dendam,” terangnya. Psikolog dari Universitas Indonesia Farida Haryoko mengatakan, beban hidup di kota besar membuat seseorang mudah stres.
Selain masalah ekonomi, masalah keluarga juga bisa menjadi pemicu seseorang stres, misalnya hubungan yang tidak baik dengan pasangan sehingga membuat beban hidup semakin berat. “Di tengah semua masalah itu, dia juga mungkin tidak memiliki kemampuan menyalurkan emosi dengan baik. Yang dia tahu kalau kesal atau marah, ya dilampiaskan dengan cara agresif,” kata Farida.
Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Jika seseorang hidup di kota besar dengan lingkungan yang padat, bisa memicu seseorang bertindak agresif tanpa memikirkan akibatnya. Hal-hal kecil yang sebenarnya sepele bisa menjadi pemicu seseorang berbuat di luar akal sehat. Seperti yang dilakukan Hasan terhadap Husni. “Jadi hal kecil bisa memicu amarah. Menyebabkan emosi tidak terkendali,” jelasnya.
Bima setiyadi/R ratna purnama
(bbg)