Evakuasi Terkendala Cuaca Buruk

Kamis, 01 Januari 2015 - 10:37 WIB
Evakuasi Terkendala Cuaca Buruk
Evakuasi Terkendala Cuaca Buruk
A A A
JAKARTA - Proses pencarian dan evakuasi korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 tidak berjalan mudah. Cuaca buruk menghambat proses evakuasi pada hari keempat kemarin.

Hingga sore kemarin Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, masih gerimis. Cuaca tidak bersahabat juga menaungi kawasan tempat ditemukannya puing dan jasad penumpang. Kondisi tersebut mengakibatkan jarak pandang terbatas sehingga membuat proses evakuasi korban melalui jalur udara tidak dapat dilakukan.

Tercatat dua kali helikopter Badan SAR Nasional (Basarnas) yang hendak merapat untuk mengambil jenazah di dua kapal, yakni KRI Banda Aceh (Indonesia) serta KD Lekiu (Malaysia) harus kembali ke Landasan Udara (Lanud) Iskandar karena jarak pandang yang terbatas.

“Keduanya tidak mampu menembus, akhirnya kembali ke Pangkalan Bun karena cuaca buruk,” ujar Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Soelistyo saat menggelar konferensi pers di kantornya di Jalan Angkasa, Jakarta, kemarin. Dengan kondisi tersebut Basarnas pun memilih mengoptimalkan proses pencarian melalui jalur laut.

Di tengah guyuran hujan, KRI Banda Aceh dan KRI Bung Tomo terus menyusuri semua wilayah yang berada di Selat Karimata. Dalam operasi pencarian yang dilakukan dari pukul 06.00-12.00 WIB, mereka kembali menemukan 4 jenazah. Satu korban diketahui seorang perempuan yang teridentifikasi sebagai pramugari pesawat nahas tersebut, tiga lainnya lakilaki.

Meski sulit dikenali, kondisi jenazah masih utuh. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membenarkan cuaca di tempat jatuhnya AirAsia tidak mendukung pencarian. Berdasarkan prakiraan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan terjadi hingga Kamis (1/1).

“Selain cuaca yang akan mempersulit proses evakuasi, tinggi gelombang laut antara 1-2 meter dengan maksimal tiga meter,” ujar Kabid Informasi Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab di Jakarta kemarin. Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka rapat terbatas dengan menjelaskan kondisi di lapangan saat proses evakuasi memang berat. Namun, pemerintah akan terus mengupayakan proses itu bisa berlangsung sampai tuntas.

“Sudah melihat secara jelas betapa sulitnya lapangan yang dihadapi, tapi alhamdulillah semua berjalan baik dan pagi ini saya minta laporan berikutnya berkaitan dengan operasi dan kemungkinan lainnya,” kata Presiden. Jokowi kemarin kembali menginstruksikan Basarnas untuk melakukan evakuasi korban tanpa batasan waktu. Presiden meminta agar tugas ini dilakukan oleh Basarnas hingga tuntas.

Sebelumnya, pesawat AirAsia dengan rute Surabaya-Singapura hilang kontak pada Minggu (28/12) pagi. Pada hari ketiga pencarian, tim SAR berhasil memastikan pesawat penerbangan murah tersebut jatuh ke laut. Kepastian diperoleh setelah tim SAR menemukan lokasi pesawat, yaitu di perairan Selat Karimata dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Sampai kemarin total jasad yang berhasil dievakuasi berjumlah tujuh orang. Mereka terdiri atas empat laki-laki dan tiga jasad perempuan. Dari tujuh jasad tersebut, dua di antaranya sudah diterbangkan dari Pangkalan Bun ke Bandara Juanda Surabaya untuk diidentifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.

Dua jasad yang diterbangkan dari Pangkalan Bun menggunakan pesawat Boeing AI-7302 dan diterima diPangkalan Udara TNI AL Juanda Base Ops. Dua jenazah yang terdiri atas laki-laki dan perempuan tersebut diserahkan oleh tim evakuasi untuk selanjutnya akan dilakukan identifikasi. Dua jenazah tersebut sudah dimasukkan ke dalam dua peti dengan tulisan 001 dan 002. Basarnas berharap lima jasad lain bisa segera dievakuasi ke Pangkalan Bun.

“Yang lima saat ini sedang dievakuasi, mudah-mudahan sudah berhasil, dipindahkan dari dua kapal ke satu kapal. Yang satu kapal ini karena cuaca tidak baik, sambil menunggu helikopter bisa terbang dengan limit safety kapal yang satu (membawa jenazah) saya perintahkan mendekat ke pantai,” ujar Soelistyo.

Upaya pencarian jasad korban dan bangkai pesawat tersebut kini dipersempit menjadi dua sektor, yakni sektor empat dan lima yang terletak di perairan dekat Pangkalan Bun. Pencarian melibatkan 17 helikopter dan 9 pesawat. Selain mencari di atas laut, tim SAR juga melakukan pencarian bawah laut untuk menemukan korban yang masih di bawah air.

Untuk mendukung langkah ini, Basarnas membutuhkan marinedetector. Hingga kemarin Basarnas masih menunggu kapal BPPT dan kapal dari Ikatan Surveyor Indonesia dan kapal Basarnas sendiri yang punya sonar. Untuk mempercepat pencarian korban dan pesawat, Basarnas memperimbangkan mengikutsertakan dua kapal dan satu pesawat asing.

Kapal pertama berasal dari Jepang yang sudah tengah bersandar di Kuala Lumpur. “Setelah mengisi logisitik saya minta kapal Jepang menuju area evakuasi,” kata Soelistyo. Selain itu juga kapal kedua milik Amerika Serikat yang dilengkapi teknologi sonar dan para penyelam andal.

Posisinya juga tidak jauh, berada di perairan Singapura. Menurut dia, keputusan pelibatan kapal Paman Sam tergantung hasil evaluasi malam ini (kemarin), melihat cuaca dan medan. ”Mereka sekarang saya minta standby dulu di Singapura,” katanya. Satu pesawat lagi berasal dari Korea Selatan, sudah mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Pesawat tersebut memiliki kemampuan visual serta elektronik yang dapat mempermudah pencarian badan pesawat. Rencananya pesawat tersebut Kamis ini sudah terbang ke daerah operasi pencarian.

Pemulangan Jenazah Bertahap

Proses pemulangan jenazah korban Air Asia QZ8501 menuju Surabaya Jawa Timur akan dilakukan secara bertahap. Henry Bambang Soelistyo memastikan pengiriman jenazah yang berhasil ditemukan akan dilakukan secara bertahap tanpa menunggu semua korban berhasil dievakuasi.

”Prinsip dasar kami secepatnya membawa jenazah korban ke Surabaya,” ujar Soelistyo. Kesiapan angkutan yang akan membawa jenazah pun sudah dilakukan. Menurut jenderal bintang tiga tersebut, di Pangkalan Bun sudah tersedia pesawat CN235 hingga Hercules untuk membawa korban.

“Kita tinggal hitung efektivitas angkutan. Misalnya kalau jenazah yang dibawa 8 hingga 10, ya kita bisa gunakan pesawat yang lebih kecil CN235,” katanya. Untuk mempermudah pemindahan jenazah dari kapal ke helikopter, Soelistyo meminta KRI Banda Aceh untuk bisa merapat di sekitar teluk dan pantai.

Hal itu untuk mengantisipasi buruknya cuaca yang melanda perairan selat Karimata pada hari keempat proses pencarian dan evakuasi korban. “Sambil menunggu, kapal diminta untuk mendekat ke arah teluk dan pantai. Agar proses pengambilan jenazah bisa lebih dekat, mempersingkat waktu,” kata Soelistyo.

KRI Banda Aceh telah ditunjuk menjadi kapal penampung jenazah dari kapal-kapal lain yang ikut membantu proses evakuasi. Pemilihan KRI Banda Aceh karena dianggap lebih laik karena memiliki dek yang luas dan mempunyai daya tampung yang besar. “Jadi helikopter kita bisa start and go lebih leluasa,” tuturnya.

Namun, cara tersebut dianggap kurang efektif. Sore harinya tim SAR mengubah pola evakuasi, yakni penjemputan menggunakan kapal kecil. Cara ini dipandang lebih efektif, meskipun harus menempuh jarak yang cukup jauh dibandingkan dengan pendistribusian lewat udara. “Diusahakan mentransfer lima jenazah dari kapal ke Teluk Kumai, kemudian dibawa ke Pangkalan Bun melalui darat,” kata Kepala Operasi Basarnas Mayjen TNI Tatang Zainuddin.

Dian ramdhani/Sucipto/Luthfi yuhandi/Rarasati syarief/Ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1528 seconds (0.1#10.140)