SDA Kritik Penurunan Harga BBM Bersubsidi
A
A
A
JAKARTA - Langkah pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menurunkan harga BBM bersubsidi jenis premium atau RON 88 menjadi Rp7.600/liter dari Rp8.500/liter dikritik Ketua Majelis Pertimbangan PPP Suryadharma Ali (SDA).
"Sementara ini masih membingungkanlah, mengapa kemarin naik kalau sekarang diturunkan," ujar SDA di sela-sela acara doa bersama peringatan milad Taufiq Kiemas, Bapak Penegak Empat Pilar Kebangsaan, di DPP PPP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (31/12/2014).
Menurut mantan Menteri Agama ini, harga Rp8.500/liter menjadi Rp7.600/liter tidak tepat disebut turun. Dia berpendapat, jika harganya saat ini menjadi Rp5.500/liter dari Rp8.500/liter baru bisa disebut turun.
Sebab, jelas mantan Ketua Umum PPP ini, harga sebelumnya adalah Rp6.500/liter, sebelum dinaikkan pemerintah Jokowi diawal masa baktinya.
"Tapi kalau turun Rp1.000 itu artinya naik Rp1.000, kalau turun Rp2.000 berarti tidak diturunkan. Kalau Rp2.000 berarti kembali ke harga sebelumnya, pembatalan kenaikan atau koreksi kenaikan, bukan turun," pungkasnya.
"Sementara ini masih membingungkanlah, mengapa kemarin naik kalau sekarang diturunkan," ujar SDA di sela-sela acara doa bersama peringatan milad Taufiq Kiemas, Bapak Penegak Empat Pilar Kebangsaan, di DPP PPP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (31/12/2014).
Menurut mantan Menteri Agama ini, harga Rp8.500/liter menjadi Rp7.600/liter tidak tepat disebut turun. Dia berpendapat, jika harganya saat ini menjadi Rp5.500/liter dari Rp8.500/liter baru bisa disebut turun.
Sebab, jelas mantan Ketua Umum PPP ini, harga sebelumnya adalah Rp6.500/liter, sebelum dinaikkan pemerintah Jokowi diawal masa baktinya.
"Tapi kalau turun Rp1.000 itu artinya naik Rp1.000, kalau turun Rp2.000 berarti tidak diturunkan. Kalau Rp2.000 berarti kembali ke harga sebelumnya, pembatalan kenaikan atau koreksi kenaikan, bukan turun," pungkasnya.
(kri)