Sulut Waspada Badai dan Banjir

Rabu, 31 Desember 2014 - 10:03 WIB
Sulut Waspada Badai dan Banjir
Sulut Waspada Badai dan Banjir
A A A
MANADO - Manado, Sulawesi Utara, dihantam badai dan banjir, kemarin. BMKG Maritim Bitung, Sulawesi Utara, pun meminta masyarakat sementara tak melakukan aktivitas di daratan, apalagi di laut.

Menurut prakirawan cuaca BMKG Maritim Bitung Ricky Danial Aror, sejak dua hari lalu, ketinggian ombak di Manado dan Sulut pada umumnya mencapai empat meter. Begitu juga hari ini, kondisi gelombang laut bisa mencapai ketinggian itu. Bahkan, badai akan mencapai ketebalan 10.000 km, sementara hujan sedang maupun lebat masih akan terus terjadi pada pagi, siang, dan malam hari.

Termasuk kecepatan angin akan sangat kuat, yakni mencapai 25 knot atau 46 km/jam. “Baik ombak, hujan, angin, maupun badai bisa berubah sewaktu-waktu. Bisa lebih dari perkiraan, tapi kecil kemungkinan akan berkurang. Karena itu, kami mengeluarkan peringatan dini kepada masyarakat untuk tetap berdiam di rumah serta kurangi aktivitas di luar ruangan,” ujar Ricky kemarin.

Ricky menambahkan, kondisi cuaca di pengujung tahun ini tidak seperti tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya kondisicuacasepertiini terjadi di awal tahun dan itu pun paling tinggi hanya dua hari. Tapi saat ini sudah memasuki hari kedua, bahkan hari ini cuaca diperkirakan akan lebih ganas. “Besok (hari ini) hingga malam pergantian tahun, terlihat dalam sinyal perkiraan cuaca BMKG Maritim. Pulau Sulawesi hingga lautan akan terjadi badai besarbesaran,” terangnya.

Dijelaskannya, badai dan tingginya gelombang laut di perairan Sulut disebabkan adanya gumpalan badai Jangni Filipina setebal 13.000 km serta dorongan angin barat laut 46 km/jam. Badai Jangni yang sampai di perairan hingga daratan Sulut setebal 10.000 km. Sementara tinggi ombak empat meter dari normalnya 0,7-1,2 meter sebagian besar terjadi di pesisir utara Pulau Sulawesi meliputi Toli-Toli, Likupang, dan Manado.

Pesisir selatan ombaknya masih relatif rendah, yakni 2 meter, tapi tetap saja belum aman untuk beraktivitas di laut. Karena itu, kata dia, masyarakat yang tinggal di lereng gunung sebaiknya mengungsi sebelum terjadi longsor. Demikian juga warga di bantaran sungai, agar mewaspadai air pasang dan volume air sungai yang dipastikan akan meningkat.

Sebelumnya, pantauan KORAN SINDO pada Senin (29/12) hingga Selasa (30/12) dini hari, tak sedikit warga Manado keluar rumah khususnya yang tinggal di bantaran DAS Tondano hingga jalanjalan pusat kota yang rawan tergenang banjir akibat meluapnya air drainase dan sungaisungai kecil di pusat kota.

Di Markas Ajenrem 131/Santiago di Jalan Ahmad Yani, misalnya, terendam banjir sekitar 50 cm. Imran Amrain 55, salah satu warga setempat mengaku tak hanya Ajenrem 131/Santiago terendam banjir dini hari tadi. Tapi beberapa permukiman di sekitarnya pun ikut tergenang air. “Jalan Ahmad Yani pun lumpuh total akibat tingginya air di badan jalan,” ujarnya, Selasa (30/12) dini hari.

Tingginya volume air di sungai di sekitar Jalan Ahmad Yani, samping Ajenrem 131/ Santiago, disebabkan sejak pagi kemarin hingga dini hari hujan terus turun. Hal itu yang membuat sungai itu tak mampu menampung debit air. “Air mulai naik pada pukul 20.00 Wita dan baru pukul 01.00 Wita volume air sedikit menurun,” jelasnya.

Mahes Manopo, pemilik rumah makan di Jalan Ahmad Yani, mengatakan tak seperti biasanya air sungai meluap. Mau tidak mau barang-barang pun secepatnya diselamatkan. Tinggi air di dalam rumah dan di jalan selutut orang dewasa. Sementara di teras rumah hanya sekitar 10 cm, sebab posisinya sedikit tinggi.

“Tapi saat ini air sudah mulai turun, sementara cuaca masih terlihat kurang bersahabat. Mudahmudahan saja hujan tidak turun lagi,” jelasnya. Akibat hujan deras disertai angin dan tingginya gelombang laut, muara Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di Kota Manado meluap 265 cm, Selasa (30/12/2014) dini hari.

Sejumlah warga yang tinggal di bantaran sungai terpaksa meninggalkan rumah mereka, karena air di rumah permukiman mencapai 50 cm. Sementara itu, pesisir tanggul reklamasi di kawasan bisnis sepanjang Jalan Boulevard, Manado hancur akibat digulung ombak setinggi 4 meter.

Ketua Nelayan Manado Ronald Markus mengatakan, tidak adanya perhitungan keseimbangan alam pada pihak pengembang yang mereklamasi perairan Manado membuat ombak mengganas dan merusak jalan di kawasan reklamasi itu. “Rusaknya jalan dan penahan ombak di kawasan bisnis, itu wajar. Mereka (investor) tidak ada perhitungan sebelum membangun,” ujar Ronald kemarin.

Mardi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4320 seconds (0.1#10.140)