Ini Mimpi Terburuk Saya

Selasa, 30 Desember 2014 - 09:07 WIB
Ini Mimpi Terburuk Saya
Ini Mimpi Terburuk Saya
A A A
AirAsia yang dibangun dari dua pesawat pada 2001 menjadi raksasa industri penerbangan dengan lebih 180 pesawat hanya dalam satu dekade. Sekarang perusahaan penerbangan ini menghadapi tantangan terbesarnya.

Mimpi Chief Executive Officer (CEO) AirAsia Tony Fernandes berubah menjadi suram pada Minggu (28/12), saat Indonesia AirAsia melaporkan pesawat Airbus 320-200 dengan 162 orang di kabin, telah hilang dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura. ”Ini mimpi terburuk saya. Tapi ini tidak berhenti,” tulis Fernandes di Twitter-nya yang memiliki hampir satu juta follower .

”Saya sebagai CEO grup Anda akan ada di sana melalui masa-masa paling sulit. Kami akan melalui kejadian mengerikan ini bersama dan saya akan mencoba melihat sebanyak mungkin seperti Anda.” Pesawat itu hilang setelah pilot meminta mengubah arah untuk menghindari cuaca buruk. Sebanyak 49% saham Indonesia AirAsia dimiliki oleh AirAsia Bhd yang berbasis di Malaysia.

Sisanya dipegang oleh para investor lokal. Kejadian ini tampaknya menjadi pukulan berat bagi Fernandes yang disebut sebagai sosok di balik kebangkitan salah satu perusahaan paling disegani di Asia Tenggara. Maskapai AirAsia memiliki catatan keamanan yang tanpa cacat hingga Minggu (28/ 12) lalu, dibandingkan pesaingnya seperti Malaysia Airlines dan maskapai asal Indonesia seperti Lion Air dan Garuda Indonesia yang pernah mengalami sejumlah kecelakaan selama dekade berselang.

”Tony Fernandes dan AirAsia sangat dihormati di industri penerbangan. Maskapai ini sangat sukses dan memiliki catatan keamanan luar biasa,” papar John Strickland, direktur JLS Consulting yang berbasis di London. Grup AirAsia, termasuk afiliasi di Thailand, Filipina, dan India, menjadi pesaing utama berbagai maskapai regional seperti Malaysia Airline, Singapore Airlines, dan Qantas.

Maskapai Asia Tenggara yakni Lion Air dan AirAsia telah memimpin pembelian pesawat dan membukukan rekor pesanan senilai puluhan miliar dolar dengan Boeing dan Airbus saat mereka berlomba memikat orang untuk terbang di kawasan tersebut. Apalagi menurut proyeksi, kawasan itu akan melebihi Amerika Serikat (AS) sebagai pasar penerbangan terbesar. Dengan 475 pesawat yang telah dipesan atau dikirim, Air- Asia bangkit sebagai konsumen Airbus terbesar di Asia.

Pesanan itu sangat besar sehingga mereka mendapat catatan dalam sengketa dagang terbesar di dunia antara Airbus dan Boeing atas tuduhan saling memberikan subsidi secara ilegal. AirAsia juga dipuji para politisi Eropa saat maskapai itu menjadi salah satu konsumen ekspor tunggal terbesar bagi industri Eropa dan membantu mengamankan ribuan tenaga kerja.

Tetap saja, Fernandes, akuntan alumnus Inggris dan mantan eksekutif Warner Music, memilih mengenakan celana jins dan topi merah AirAsia. Chairman klub sepak bola Liga Premier Inggris, Queens Park Rangers, itu juga senang berfoto bersama para pengagumnya. Fernandes sejak lama berselisih dengan maskapai Malaysia Airlines dan bersikeras untuk mendapat hak pendaratan serta menghadapi Pemerintah Malaysia untuk mengamankan rute-rute baru.

Berita hilangnya pesawat yang muncul di akhir tahun ini menjadi bencana. Selama beberapa bulan terakhir, laba AirAsia turun akibat perang harga tiket yang sangat melelahkan di pasar Malaysia. Maskapai itu juga telah menunda beberapa pesanan pesawat yang menunjukkan kelebihan kapasitas di beberapa negara Asia Tenggara.

Analis industri penerbangan Mavis Toh di Singapura menjelaskan, Indonesia Air-Asia selalu menjadi fondasi strategi grup AirAsia. Karena itu, tragedi yang terjadi saat ini menjadi tantangan terberat bagi perusahaan tersebut. Dalam waktu sepuluh tahun unit Indonesia telah tumbuh dengan armada 30 pesawat A320, sehingga maskapai itu menjadi pesaing yang diperhitungkan maskapai lain di Indonesia.

FlightMaps Analytics menunjukkan pada Desember 2014, Indonesia AirAsia menguasai 3,7% pangsa pasar, dalam hal kapasitas kursi, untuk layanan domestik Indonesia. ”Jumlah itu jauh di bawah Lion Air (41,2%), Garuda Indonesia (22,3%), Sriwijaya Air (9,4%), Wings Air (8,5%), Citilink (8,2%) dan Batik Air (4,8%),” ungkap data FlightMaps Analytics dalam flightglobal.com.

Untuk rute regional Indonesia, AirAsia berada di peringkat keenam dengan 5,3% pangsa pasar. FlightMaps Analytics juga menunjukkan Indonesia AirAsia mengoperasikan layanan domestik di Indonesia dan juga layanan regional ke Thailand, Malaysia, Singapura, dan Australia. AirAsia memiliki empat rute utama dari Jakarta ke Denpasar Bali, Surabaya dan Singapura, serta dari Surabaya ke Kuala Lumpur.

”Fernandes selalu memiliki rencana besar untuk Indonesia, dengan memperpanjang pembukaan kantor regional di Jakarta pada 2012, dan memimpin dengan relokasi ke Indonesia untuk pertumbuhan,” papar Mavis Toh. ”Tujuannya menggunakan basis Indonesia untuk memperkuat posisi grup dan untuk AirAsia serta anak perusahaan dapat memiliki tempat yang bagus saat kebijakan open sky Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diberlakukan pada 2015.

AirAsia juga berharap meningkatkan profil Indonesia AirAsia karena menganggap Jakarta sebagai pusat saraf ASEAN dan dengan Indonesia menjadi pasar terbesar kawasan sejauh ini.” Meskipun mengalam penurunan kinerja keuangan, unit Indonesia itu tetap memiliki catatan keamanan selama beberapa tahun beroperasi. Data Flightglobals Ascend Fleets menunjukkan hanya insiden kecil yang terjadi pada 2007 karena pendaratan keras tanpa korban luka di kabin.

Syarifudin
Jakarta
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7546 seconds (0.1#10.140)