Tingkatkan Kapasitas Ekspor
A
A
A
PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) kembali membuktikan diri sebagai salah satu pemain keramik yang layak diperhitungkan.
Hal ini terbukti dari pencapaian laba bersih pada akhir September tahun ini tercatat Rp366 miliar atau naik 15% dari Rp318 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba kotor hingga September tercatat Rp947 miliar, naik dari pencapaian periode yang sama tahun lalu, Rp862 miliar.
Pencapaian ini didongkrak dari penjualan bersih yang mencapai Rp4,052 triliun, naik 8% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,75 triliun. Sebagai informasi, perseroan memiliki dua anak perusahaan, yaitu Muliaglass dan Muliakeramik Indahraya dan dua perusahaan kendaraan keuangan yaitu Muliaglass Finance Limited dan Muliakeramik Finance Limited.
Menurut laporan perusahaan, produk Muliaglass yang dijual yakni float glass, glass container, glass block, dan kaca pengaman. Masih dari rilis situs perusahaan, produk float glass mereka telah diekspor ke lebih dari 50 negara dengan volume ekspor mencapai 65% dari produksi kami di tahun 2000. Adapun glass block dan kaca pengaman dipasarkan ke luar negeri. Sebaliknya, produk glass container dominan dijual di pasar domestik, untuk barang-barang konsumsi dan industri farmasi.
Sementara itu, anak perusahaan lainnya, Muliakeramik Indahraya menghasilkan ubin keramik lantai dan dinding. Total kapasitas produksi sekitar 160.000 meter persegi per hari. Dengan skala ekonomi yang cukup besar itu, perusahaan ini berani mengukuhkan diri sebagai salah satu pemain keramik yang paling efisien.
Hasil dari penjualan yang memuaskan, perusahaan yang didirikan pada 1986 silam ini juga meraih ekuitas yang cukup signifikan sebesar Rp1,542 triliun hingga September lalu. Perusahaan yang didirikan pada 5 November 1986 dan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada 17 Januari 1994 silam ini, hingga September lalu, mencatat aset bersih sebesar Rp7,158 triliun.
Hingga saat ini, perusahaan terus berupaya mempertahankan posisi yang menguntungkan di pasar domestik, sembari terus mencari lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan proporsi ekspor agar bisa meraup nilai pendapatan yang jauh lebih besar.
Susi Susanti
Hal ini terbukti dari pencapaian laba bersih pada akhir September tahun ini tercatat Rp366 miliar atau naik 15% dari Rp318 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan laba kotor hingga September tercatat Rp947 miliar, naik dari pencapaian periode yang sama tahun lalu, Rp862 miliar.
Pencapaian ini didongkrak dari penjualan bersih yang mencapai Rp4,052 triliun, naik 8% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,75 triliun. Sebagai informasi, perseroan memiliki dua anak perusahaan, yaitu Muliaglass dan Muliakeramik Indahraya dan dua perusahaan kendaraan keuangan yaitu Muliaglass Finance Limited dan Muliakeramik Finance Limited.
Menurut laporan perusahaan, produk Muliaglass yang dijual yakni float glass, glass container, glass block, dan kaca pengaman. Masih dari rilis situs perusahaan, produk float glass mereka telah diekspor ke lebih dari 50 negara dengan volume ekspor mencapai 65% dari produksi kami di tahun 2000. Adapun glass block dan kaca pengaman dipasarkan ke luar negeri. Sebaliknya, produk glass container dominan dijual di pasar domestik, untuk barang-barang konsumsi dan industri farmasi.
Sementara itu, anak perusahaan lainnya, Muliakeramik Indahraya menghasilkan ubin keramik lantai dan dinding. Total kapasitas produksi sekitar 160.000 meter persegi per hari. Dengan skala ekonomi yang cukup besar itu, perusahaan ini berani mengukuhkan diri sebagai salah satu pemain keramik yang paling efisien.
Hasil dari penjualan yang memuaskan, perusahaan yang didirikan pada 1986 silam ini juga meraih ekuitas yang cukup signifikan sebesar Rp1,542 triliun hingga September lalu. Perusahaan yang didirikan pada 5 November 1986 dan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada 17 Januari 1994 silam ini, hingga September lalu, mencatat aset bersih sebesar Rp7,158 triliun.
Hingga saat ini, perusahaan terus berupaya mempertahankan posisi yang menguntungkan di pasar domestik, sembari terus mencari lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan proporsi ekspor agar bisa meraup nilai pendapatan yang jauh lebih besar.
Susi Susanti
(ftr)