KA Majapahit Hantam Panther, 2 Tewas

Sabtu, 27 Desember 2014 - 16:24 WIB
KA Majapahit Hantam Panther, 2 Tewas
KA Majapahit Hantam Panther, 2 Tewas
A A A
TULUNGAGUNG - Kereta api Majapahit jurusan Malang–Jakarta menabrak Isuzu Panther sarat penumpang di perlintasan tanpa palang pintu di Desa Bendiljati Wetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur, kemarin.

Dua orang tewas dan enam lainnya luka-luka. Hantaman keras lokomotif pada bagian tengah kendaraan membuat Panther N 1694 AK dengan penumpang delapan orang (termasuk sopir) itu terseret sejauh 500 meter. Sang sopir, Sunardi, 55, tewas seketika di lokasi kejadian. Tengkorak kepala warga Desa Telogosari, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, tersebut tergencet badan kendaraan yang ringsek total.

“Ini rombongan keluarga seusai berlibur ke kerabatnya di Desa Bendiljati Wetan, kemudian hendak pulang ke Malang,” tutur Suharno, warga setempat yang menyaksikan kejadian itu. Peristiwa maut itu terjadi Jumat petang. Informasi dari kepolisian, Wati, 50, yang masih bernafas saat dievakuasi dari impitan kursi dan pecahan kaca, meninggal dunia dalam perjalanan menuju RSUD dr Iskak Tulungagung.

Wati, yang diduga sebagai istri sopir Panther dan berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS), duduk di bangku tengah. Saat mobil melintas, menurut Suharno, sirene tanda peringatan kedatangan kereta tidak berbunyi. Dari pantauan di lapangan, perlintasan tidak berpalang pintu juga tidak menyiagakan seorang penjaga.

“Mobil berada di selatan hendak menyeberang ke utara. Selisih beberapa menit sebelum peristiwa, sebuah truk juga melintas dari arah berlawanan. Untungnya selamat. Sebab sirenenya memang tidak bunyi. Yang ada hanya lampu peringatan bahaya,” papar Suharno. Setelah menyeret kendaraan sejauh setengah kilometer, KA Majapahit sempat berhenti.

Seorang petugas kereta yang mengaku sebagai kondektur mengaku telah membunyikan klakson sebelum masuk perlintasan. “Kami sudah memperdengarkan klakson berulang kali,” ujarnya tanpa bersedia menyebut nama. Sementara itu, enam penumpang lain langsung dilarikan ke ruang instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit. Mirza berusia empat tahun ditempatkan di red zone.

Selain kehilangan kesadaran, Mirza menderita luka parah pada bagian kepala. Korban lainnya bernama Fadil, 2 tahun; Miftahul Rohmah, 28; Afriani, 17; Emy, 26; dan Restuning, 31, ditempatkan di ruang yellow zone. Menurut keterangan Furqon, dokter jaga, semua korban yang dirawat mengalami gegar otak dan luka lecet di badan.

“Mulai gegar otak kategori ringan sampai berat. Saat ini kami masih merawat intensif mereka,” ujarnya. Kepala Unit Kecelakaan Polres Tulungagung Inspektur Dua Sukardi yang ditemui di lokasi menyatakan masih menyelidiki penyebab kecelakaan. “Kami masih melakukan penyelidikan dengan meminta keterangan saksi di lapangan. Sebab, informasinya saat kejadian sirene di pelintasan tidak aktif,” ujarnya singkat.

Insiden ini tentunya menambah panjang daftar kasus kecelakaan di pintu lintasan kereta api. Seperti dilansir Wikipedia, tak kurang dari delapan insiden tabrakan kereta api dengan kendaraan lain terjadi di Indonesia pada 2014. Selebihnya kecelakaan kereta yang anjlok dan terguling.

Sebelum itu, Kereta Api Inspeksi (KAIS) Lamongan menabrak truk galon air mineral di perlintasan Sebidang Desa Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, 15 Desember lalu. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan itu kecuali satu orang terluka.

Yang terparah adalah saat KA Tegal Bahari menabrak minibus APV bernomor polisi E 1818 TR di perlintasan kereta tanpa palang pintu di Desa Suci, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, 22 Oktober lalu. Akibatnya, empat orang tewas dan lima lainnya luka serius dan mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Ciremai, Kota Cirebon. Dua korban tewas di antaranya polisi anggota Buser Polres Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Solichan arif/ m ridwan
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7762 seconds (0.1#10.140)