Penawaran Tiga Ekowisata
A
A
A
Ekowisata yang disajikan Desa Wisata Candi Rejo sangat memanjakan hati. Konsep ekowisata pertama adalah wisata alam. Terdapat wisata Pegunungan Menoreh yang menjadi pertemuan tiga titik sungai, yakni sungai Progo dari Gunung Sumbing, Sungai Pabelan dari Gunung Merapi, dan Sungai Sileng dari Gunung Menoreh.
Dari wisata alam pertanian, desa wisata Candi Rejo mengenal sistem pertanian tumpang sari, yakni dalam satu lahan digunakan untuk pelbagai jenis tanaman seperti kacang tanah, cabai, pepaya, jeruk, singkong, dan jagung. Sistem tanaman yang bervariasi ini sangat efektif karena bisa menyiasati apabila satu tanaman terkena virus, maka tanaman lainnya masih bisa dipanen.
Adapun ekowisata lain tersaji lewat aktivitas masyarakat, salah satunya home industryseperti pembuatan makanan ringan tradisional bernama slondok. Dalam konsep wisata ini, pengunjung diajak mempelajari proses pembuatan slondok yang terbuat dari ketela.
Desa wisata Candi Rejo yang digandeng oleh lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization/UNESCO) pada 2014 pun terus meningkatkan diri. UNESCO berupaya memfasilitasi program pelatihan pelayanan prima untuk masyarakat.
“Melalui pelatihan ini akan membentuk para penggerak desa wisata untuk bisa berkomunikasi dengan para pengunjung yang kemudian menjalin relasi bisnis dan penggunaan sosial media sebagai bentuk pemasaran,” tutur perwakilan dari UNESCO, Diana Setiawati, yang menjabat sebagai Project Coordinator for Borobudur Culture Unit. Efek positif kerja sama itu ditandai dengan bertambahnya pengetahuan masyarakat.
Disambut manis pula dengan meningkatnya produksi singkong yang dulu hanya mampu memproduksi 5 kg, kini menjadi 50 kg per hari dengan hasil jadi 15 kg keripik slondok. Bahkan, warga semakin diuntungkan lantaran bisa memanfaatkan air sisa perahan singkong menjadi pupuk yang bisa kemudian dipakai untuk pemupukan tanaman tumpang sari tadi.
Hadi setioko
Dari wisata alam pertanian, desa wisata Candi Rejo mengenal sistem pertanian tumpang sari, yakni dalam satu lahan digunakan untuk pelbagai jenis tanaman seperti kacang tanah, cabai, pepaya, jeruk, singkong, dan jagung. Sistem tanaman yang bervariasi ini sangat efektif karena bisa menyiasati apabila satu tanaman terkena virus, maka tanaman lainnya masih bisa dipanen.
Adapun ekowisata lain tersaji lewat aktivitas masyarakat, salah satunya home industryseperti pembuatan makanan ringan tradisional bernama slondok. Dalam konsep wisata ini, pengunjung diajak mempelajari proses pembuatan slondok yang terbuat dari ketela.
Desa wisata Candi Rejo yang digandeng oleh lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization/UNESCO) pada 2014 pun terus meningkatkan diri. UNESCO berupaya memfasilitasi program pelatihan pelayanan prima untuk masyarakat.
“Melalui pelatihan ini akan membentuk para penggerak desa wisata untuk bisa berkomunikasi dengan para pengunjung yang kemudian menjalin relasi bisnis dan penggunaan sosial media sebagai bentuk pemasaran,” tutur perwakilan dari UNESCO, Diana Setiawati, yang menjabat sebagai Project Coordinator for Borobudur Culture Unit. Efek positif kerja sama itu ditandai dengan bertambahnya pengetahuan masyarakat.
Disambut manis pula dengan meningkatnya produksi singkong yang dulu hanya mampu memproduksi 5 kg, kini menjadi 50 kg per hari dengan hasil jadi 15 kg keripik slondok. Bahkan, warga semakin diuntungkan lantaran bisa memanfaatkan air sisa perahan singkong menjadi pupuk yang bisa kemudian dipakai untuk pemupukan tanaman tumpang sari tadi.
Hadi setioko
(bbg)