Jawa Barat Darurat Banjir
A
A
A
BANDUNG - Beberapa kawasan di Jawa Barat diterjang bencana banjir. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan status tanggap darurat bencana menyusul banjir yang terus meluas.
Kebijakan itu berlaku mulai kemarin hingga Senin (29/12). Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Marlan mengatakan, bila banjir yang melanda kabupaten itu tidak juga reda sampai batas waktu tanggap darurat bencana, statusnya akan diperpanjang.
“Penetapan status tanggap darurat bencana itu dilakukan melalui rapat koordinasi muspida (musyawarah pimpinan daerah) Kabupaten Bandung yang digelar Senin (22/12) atas pertimbangan kondisi bencana banjir di kawasan itu yang kian parah,” ungkap Marlan. Dengan status tanggap darurat bencana itu, pemkab melalui BPBD Kabupaten Bandung memiliki kewenangan lebih luas dalam penanganan korban bencana sehingga penanganan warga di lokasi banjir bisa lebih maksimal.
“Bencana banjir di sini sudah lebih dari tiga hari berturut-turut dan kondisinya terus meluas sehingga sudah layak ada status tanggap darurat bencana,” kata Marlan. Faktanya begitu. Banjir luapan Sungai Citarum di Kabupaten Bandung itu memang terus meningkat dan meluas.
Selain di Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang, banjir juga terjadi di Kecamatan Banjaran, Rancaekek, Cikancung, dan Solokan Jeruk. Di Dayeuhkolot dan Baleendah sedikitnya 17.000 rumah terendam banjir dan lebih dari 6.000-an orang mengungsi. Sedangkan permukaan banjir juga terus meningkat menyusul hujan deras yang mengguyur kawasan hulu Citarum pada Senin (22/12) malam.
Sejumlah anak Sungai Citarum seperti Cikapundung, Cisangkuy, Cinambo, Citarik, dan hulu Citarum meluap. Selain merendam rumah dan areal pertanian, banjir luapan Sungai Citarum juga menggenangi jalan raya Banjaran-Dayeuhkolot dan Baleendah- Bojongsoang. Jalur Baleendah-Dayeuhkolot bahkan masih terputus.
Jalan yang menghubungkan Baleendah-Bojongsoang juga nyaris terputus akibat banjir. Genangan air mengakibatkan lalu lintas di jalur Majalaya-Tegaluar-Gedebage terendam air setinggi 50 cm sehingga memacetkan arus lalu lintas di sana. Belum lagi di jalur Majalaya- Cicalengka, tepatnya di persimpangan jalan alternatif Cijapati, ketinggian air mencapai 50 cm.
Selain di Kabupaten Bandung, banjir juga melanda beberapa wilayah di Kabupaten Pangandaran seperti Kecamatan Padaherang dan Kalipucang. Akibat itu, aktivitas warga nyaris lumpuh karena ketinggian air mencapai 1,5 meter. Novan Aray, 27, warga Dusun Nagrak, Desa Karangsari, Kecamatan Padaherang misalnya mengaku tidak bisa lagi berjualan pakaian di Pasar Kalipucang karena akses jalan yang terendam air.
“Biasanya saya berjualan di pasar sejak pukul 08.00 WIB. Tapi, karena banjir yang cukup tinggi dalam tiga hari ini, saya tidak bisa beraktivitas,” kata Novan yang berjualan di Kalipucang. Menurut Novan, dia tidak bisa membawa barang dagangannya yang akan dijual di pasar karena tidak bisa melewati area banjir sepanjang 5 km. “Ketinggian air di sini mencapai 1,5 meter,” tambah dia.
Kondisi sama dikeluhkan Nandang, 46. Sopir pedesaan trayek Kecamatan Padaherang- Kalipucang itu memutuskan tidak menarik penumpang karena khawatir kalau melintas ke area banjir mesin mobilnya terendam. Dia mau tidak mengambil risiko kerusakan mesin mobil meski dalam sehari dikejar target setoran senilai Rp300.000.
Sementara di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, satu jembatan darurat yaitu Jembatan Leuwikacapi yang melintangdiatasSungaiCipasarangan hanyut dibawa arus banjir bandang. Jembatan sepanjang 20 meter itu dibawa air pada pukul 13.30 WIB karena arus sungai sangat deras pascaguyuran hujan di kawasan itu.
Menurut Camat Cikelet Asep Sutisna, amukan Sungai Cipasarangan tidak hanya menghanyutkan jembatan Leuwikacapi, juga menggerus bagian belakang dua rumah warga di Kampung Ciwaru, Desa Cijambe. Dua rumah itu milik Dadang dan Alit. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa luapan Sungai Cipasarangan di Desa Cijambe ini.
“Dapur dari dua rumah itu hanyut terbawa arus sungai. Kebetulan posisi dua rumah ini terletak di bibir Sungai Cipasarangan. Saat terjadi luapan, arus yang sangat deras itu menggerus bagian belakang bangunannya hingga bolong,” ungkapnya. Di Kecamatan Cikajang, air Sungai Cibarengkok juga kembali meluap setelah diguyur hujan deras dengan intensitas tinggi sejak siang hari.
Beberapa waktu lalu Sungai Cibarengkok meluap dan menyebabkan banjir bandang di lima kampung Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang. Akibat itu, warga dari sejumlah kampung di desa ini khawatir bila luapan air sungai itu akan menyebabkan banjir bandang serupa. Banjir bandang di Desa Mekarjaya ini merendam ratusan rumah milik warga dan menghancurkan enam rumah. Tidak hanya rumah, tiga masjid dan satu sekolah pun direndam banjir dengan ketinggian sekitar 3 meter.
Syamsul ma’arif/ fani ferdiansyah/ant
Kebijakan itu berlaku mulai kemarin hingga Senin (29/12). Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Marlan mengatakan, bila banjir yang melanda kabupaten itu tidak juga reda sampai batas waktu tanggap darurat bencana, statusnya akan diperpanjang.
“Penetapan status tanggap darurat bencana itu dilakukan melalui rapat koordinasi muspida (musyawarah pimpinan daerah) Kabupaten Bandung yang digelar Senin (22/12) atas pertimbangan kondisi bencana banjir di kawasan itu yang kian parah,” ungkap Marlan. Dengan status tanggap darurat bencana itu, pemkab melalui BPBD Kabupaten Bandung memiliki kewenangan lebih luas dalam penanganan korban bencana sehingga penanganan warga di lokasi banjir bisa lebih maksimal.
“Bencana banjir di sini sudah lebih dari tiga hari berturut-turut dan kondisinya terus meluas sehingga sudah layak ada status tanggap darurat bencana,” kata Marlan. Faktanya begitu. Banjir luapan Sungai Citarum di Kabupaten Bandung itu memang terus meningkat dan meluas.
Selain di Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang, banjir juga terjadi di Kecamatan Banjaran, Rancaekek, Cikancung, dan Solokan Jeruk. Di Dayeuhkolot dan Baleendah sedikitnya 17.000 rumah terendam banjir dan lebih dari 6.000-an orang mengungsi. Sedangkan permukaan banjir juga terus meningkat menyusul hujan deras yang mengguyur kawasan hulu Citarum pada Senin (22/12) malam.
Sejumlah anak Sungai Citarum seperti Cikapundung, Cisangkuy, Cinambo, Citarik, dan hulu Citarum meluap. Selain merendam rumah dan areal pertanian, banjir luapan Sungai Citarum juga menggenangi jalan raya Banjaran-Dayeuhkolot dan Baleendah- Bojongsoang. Jalur Baleendah-Dayeuhkolot bahkan masih terputus.
Jalan yang menghubungkan Baleendah-Bojongsoang juga nyaris terputus akibat banjir. Genangan air mengakibatkan lalu lintas di jalur Majalaya-Tegaluar-Gedebage terendam air setinggi 50 cm sehingga memacetkan arus lalu lintas di sana. Belum lagi di jalur Majalaya- Cicalengka, tepatnya di persimpangan jalan alternatif Cijapati, ketinggian air mencapai 50 cm.
Selain di Kabupaten Bandung, banjir juga melanda beberapa wilayah di Kabupaten Pangandaran seperti Kecamatan Padaherang dan Kalipucang. Akibat itu, aktivitas warga nyaris lumpuh karena ketinggian air mencapai 1,5 meter. Novan Aray, 27, warga Dusun Nagrak, Desa Karangsari, Kecamatan Padaherang misalnya mengaku tidak bisa lagi berjualan pakaian di Pasar Kalipucang karena akses jalan yang terendam air.
“Biasanya saya berjualan di pasar sejak pukul 08.00 WIB. Tapi, karena banjir yang cukup tinggi dalam tiga hari ini, saya tidak bisa beraktivitas,” kata Novan yang berjualan di Kalipucang. Menurut Novan, dia tidak bisa membawa barang dagangannya yang akan dijual di pasar karena tidak bisa melewati area banjir sepanjang 5 km. “Ketinggian air di sini mencapai 1,5 meter,” tambah dia.
Kondisi sama dikeluhkan Nandang, 46. Sopir pedesaan trayek Kecamatan Padaherang- Kalipucang itu memutuskan tidak menarik penumpang karena khawatir kalau melintas ke area banjir mesin mobilnya terendam. Dia mau tidak mengambil risiko kerusakan mesin mobil meski dalam sehari dikejar target setoran senilai Rp300.000.
Sementara di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, satu jembatan darurat yaitu Jembatan Leuwikacapi yang melintangdiatasSungaiCipasarangan hanyut dibawa arus banjir bandang. Jembatan sepanjang 20 meter itu dibawa air pada pukul 13.30 WIB karena arus sungai sangat deras pascaguyuran hujan di kawasan itu.
Menurut Camat Cikelet Asep Sutisna, amukan Sungai Cipasarangan tidak hanya menghanyutkan jembatan Leuwikacapi, juga menggerus bagian belakang dua rumah warga di Kampung Ciwaru, Desa Cijambe. Dua rumah itu milik Dadang dan Alit. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa luapan Sungai Cipasarangan di Desa Cijambe ini.
“Dapur dari dua rumah itu hanyut terbawa arus sungai. Kebetulan posisi dua rumah ini terletak di bibir Sungai Cipasarangan. Saat terjadi luapan, arus yang sangat deras itu menggerus bagian belakang bangunannya hingga bolong,” ungkapnya. Di Kecamatan Cikajang, air Sungai Cibarengkok juga kembali meluap setelah diguyur hujan deras dengan intensitas tinggi sejak siang hari.
Beberapa waktu lalu Sungai Cibarengkok meluap dan menyebabkan banjir bandang di lima kampung Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang. Akibat itu, warga dari sejumlah kampung di desa ini khawatir bila luapan air sungai itu akan menyebabkan banjir bandang serupa. Banjir bandang di Desa Mekarjaya ini merendam ratusan rumah milik warga dan menghancurkan enam rumah. Tidak hanya rumah, tiga masjid dan satu sekolah pun direndam banjir dengan ketinggian sekitar 3 meter.
Syamsul ma’arif/ fani ferdiansyah/ant
(bbg)