Pariwisata Indonesia Perlu Perhatian Lebih Serius
A
A
A
JAKARTA - Daerah pariwisata merupakan salah satu daya tarik Indonesia bagi para turis. Namun, perhatian terhadap beberapa tempat pariwisata yang memiliki potensi besar dapat mendatangkan keuntungan besar.
Kurangnya perhatian tersebut menyebabkan, daerah pariwisata itu hanya menarik bagi turis yang belum pernah berkunjung ke lokasi itu.
"Bali bisa bergeliat lagi dengan menawarkan pusat-pusat destinasi wisata baru, khususnya, destinasi di luar sentra Kuta, Legian, dan Denpasar karena di situ jalanan sudah macet," ujar Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy dalam keterangan resminya, Rabu (24/12/2014).
Didien menyarankan, perlu dibangun destinasi wisata baru di luar sentra-sentra yang sudah berkembang dan bisa menawarkan kenyamanan, akses mudah, dan tidak macet.
Maka itu dia mengapresiasi rencana revitalisasi di Teluk Benoa, Bali. Harapannya, rencana tersebut mampu menggeliatkan kembali wisata di Bali. Sehingga pamor Bali kembali meningkat dan tidak kalah saing dengan wisata di negara ASEAN lainnya.
"Selama masyarakat Bali menerima revitaliasi Teluk Benoa, maka itu tidak masalah, tapi harus tetap perhatikan faktor lingkungan," tukasnya.
Kondisi Teluk Benoa saat ini terjadi pendangkalan yang mengkhawatirkan terhadap kehidupan hutan mangrove akibat sedimentasi. Bahkan, sekarang ini Teluk Benoa dipenuhi sampah sisa pembangunan jalan tol maupun sampah rumah tangga. Bahkan, setiap hari sampah yang diangkut bisa mencapai sekitar empat truk.
Kondisi ini mendorong pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 51 tahun 2014 yang membolehkan dilakukan revitalisasi di teluk Benoa yang luas keseluruhannya mencapai 3.300 Ha terdiri hutan mangrove 1.400 ha dan sisanya perairan yang telah alami sedimentasi.
Berdasarkan studi kelayakan bersama yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB), Intitut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), ITS dan UNHAS menghasilkan kawasan Teluk Benoa dapat direvitalisasi.
Rencananya dari luas keseluruhan 3.300 Ha yang akan direvitalisasi 1.400 Ha. Revitalisasi teluk Benoa dilakukan setelah melakukan kajian lingkungan, sosial dan budaya.
Kurangnya perhatian tersebut menyebabkan, daerah pariwisata itu hanya menarik bagi turis yang belum pernah berkunjung ke lokasi itu.
"Bali bisa bergeliat lagi dengan menawarkan pusat-pusat destinasi wisata baru, khususnya, destinasi di luar sentra Kuta, Legian, dan Denpasar karena di situ jalanan sudah macet," ujar Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy dalam keterangan resminya, Rabu (24/12/2014).
Didien menyarankan, perlu dibangun destinasi wisata baru di luar sentra-sentra yang sudah berkembang dan bisa menawarkan kenyamanan, akses mudah, dan tidak macet.
Maka itu dia mengapresiasi rencana revitalisasi di Teluk Benoa, Bali. Harapannya, rencana tersebut mampu menggeliatkan kembali wisata di Bali. Sehingga pamor Bali kembali meningkat dan tidak kalah saing dengan wisata di negara ASEAN lainnya.
"Selama masyarakat Bali menerima revitaliasi Teluk Benoa, maka itu tidak masalah, tapi harus tetap perhatikan faktor lingkungan," tukasnya.
Kondisi Teluk Benoa saat ini terjadi pendangkalan yang mengkhawatirkan terhadap kehidupan hutan mangrove akibat sedimentasi. Bahkan, sekarang ini Teluk Benoa dipenuhi sampah sisa pembangunan jalan tol maupun sampah rumah tangga. Bahkan, setiap hari sampah yang diangkut bisa mencapai sekitar empat truk.
Kondisi ini mendorong pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 51 tahun 2014 yang membolehkan dilakukan revitalisasi di teluk Benoa yang luas keseluruhannya mencapai 3.300 Ha terdiri hutan mangrove 1.400 ha dan sisanya perairan yang telah alami sedimentasi.
Berdasarkan studi kelayakan bersama yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB), Intitut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), ITS dan UNHAS menghasilkan kawasan Teluk Benoa dapat direvitalisasi.
Rencananya dari luas keseluruhan 3.300 Ha yang akan direvitalisasi 1.400 Ha. Revitalisasi teluk Benoa dilakukan setelah melakukan kajian lingkungan, sosial dan budaya.
(kur)