Obsesi Merajai Industri Perikanan

Senin, 22 Desember 2014 - 11:19 WIB
Obsesi Merajai Industri Perikanan
Obsesi Merajai Industri Perikanan
A A A
Lautan seluas 5,8 juta kilometer persegi yang dimiliki Indonesia merupakan anugerah begitu besar yang patut disyukuri. Dari dalam laut banyak potensi bisnis yang bisa digali, terutama perikanan. Sayangnya, potensi ini belum maksimal diberdayakan.

Melihat tidak optimalnya penggarapan sektor perikanan di Indonesia, membuat pemerintahan Joko Widodo menaruh perhatian khusus. Kementerian Koordinator bidang Maritim pun dibentuk untuk bisa mengoordinasi kementerian yang terkait langsung dengan bidang kemaritiman.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga menargetkan hasil produksi perikanan dan kelautan setiap tahun terus meningkat, berbagai upaya untuk mewujudkan target produksi terus dilakukan. Jika Indonesia mampu memaksimalkan potensi laut, tak mustahil bisa menjadi raja di sektor perikanan dalam beberapa tahun ke depan. Sayangnya, potensi perikanan yang sedemikian besar belum mampu dimanfaatkan secara baik.

Satu contoh kecil adalah produksi ikan tuna, Indonesia masih kalah dengan Thailand. Jika Thailand yang hanya punya luas laut 205.600 kilometer persegi bisa memproduksi ikan tuna sebanyak 800.000 ton per tahun, kenapa Indonesia hanya mampu menghasilkan 600.000 ton per tahun. Tentu saja, ada yang tidak beres dalam pengelolaan sektor perikanan nasional selama ini.

Dalam hal ini perikanan memiliki arti yang cukup luas meliputi penangkapan, pembudi daya ikan, kerang, rumput laut, udang, hingga bagian pengolahan hasilhasil perikanan sektor produksi, seperti sushi, tempura, breaded, dan surimi. Semua hasil perikanan ini diharapkan bisa mendatangkan nilai tambah bagi perekonomian nasional.

Kepala Pusat Analisis Kerja Sama Internasional dan Antar Lembaga Kementerian Kelautan dan Perikanan( KKP) Anang Noegroho mengatakan, potensi produksi perikanan Indonesia pada 2015 diprediksi bisa mencapai 13,82 juta ton. Jumlah tersebut belum termasuk potensi produksi rumput laut dan ikan nonkonsumsi.

Sementara, target potensi produksi hingga akhir 2019 diharapkan bisa mencapai 24,11 juta ton dengan perkiraan pertumbuhan 14,96%. Di sisi hasil penangkapan ikan pada tahun depan, diprediksi bisa mencapai 6,15 juta ton. Lalu, jika sektor nelayan tangkap ikan pertumbuhannya bisa mencapai 1,73% pada 2019, berarti para nelayan bisa menghasilkan ikan tangkap sebesar 6,59 juta ton.

Sementara untuk produksi budi daya ikan pada 2015, diperkirakan akan meraih target 9,15 juta ton. Bila dengan pertumbuhan sebesar 20,62%, maka pada 2019 bisa mencapai 17,52 juta ton ikan hasil budi daya. Pada 2013 kinerja ekspor perikanan Indonesia menghasilkan nilai tambah ekonomi sebesar USD4.181 juta, dengan komposisi udang (USD1.614 juta), tuna (USD764 juta), kepiting dan rajungan (USD359 juta), dan ikan lainnya (USD857 juta).

“Di tahun-tahun berikutnya kita berharap ekspor perikanan kita semakin besar sehingga berkontribusi bagi pendapatan negara. Target hingga akhir 2014 ini diharapkan bisa mencapai USD5.650 juta, pada 2015 sebesar USD6.190 juta, dan USD6.820 juta target pada 2016,” kata Anang yang juga menjabat sebagai Kepala Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Center kepada KORAN SINDOkemarin.

Demi merealisasikan target dan pencapaian kemajuan sektor perikanan tersebut, Indonesia harus mulai fokus ke nilai tambah yang mendukung sumber perikanan nasional. Beberapa upaya yang mesti dilakukan adalah pembangunan infrastruktur, seperti pengadaan akses listrik ke sejumlah daerah nelayan tertentu, pengembangan pola pemasaran ikan dengan sistem rantai dingin, menyediakan sejumlah pesawat terbang kecil yang memungkinkan untuk mengangkat logistik ikan antar pulau, membuka jaringan pembeli, serta mengadakan asistensi sertifikasi produk untuk skala kecil.

Demi memacu daya saing kualitas ikan sebagai hasil nelayan tangkap, kelompok nelayan dan kalangan pengecer ikan di tempat pelelangan ikan perlu diberi subsidi sarana pendingin ikan. “Agar komoditas perdagangan di sektor perikanan kita bisa terus berekspansi ke pasar luas, Indonesia perlu mendorong munculnya produk-produk masa depan, seperti halnya berupa ikan olahan sushi, tempura, breaded,dan surimi,” jelas Anang.

Hingga saat ini sekitar 80% potensi kekayaan kelautan Indonesia belum terjamah. Potensi maritim Indonesia mampu menghasilkan USD1,2 triliun per tahun dan mampu menyerap 40 juta tenaga kerja. Tak dimungkiri bahwa salah satu kekayaan terbesar laut Indonesia adalah dari sektor perikanan.

Karena itu, pemerintah harus mendorong industri pengolahan di bidang ini agar meningkatkan kontribusi sektor kelautan terhadap ekonomi nasional. Selain itu, pemerintah dituntut untuk memaksimalkan keberadaan unit pengelolaan ikan (UPI) agar bisa menggairahkan pengelolaan ikan di daratan.

Menurut Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Gellwynn Jusuf, pada tahun 2013, dari total 627 UPI, baru sekitar 56% yang bisa terpenuhi. Padahal jika dimaksimalkan, UPI berpotensi menghasilkan 10–15 ton hasil olahan (processing) dan menghasilkan 600–1.200 lapangan pekerjaan baru setiap tahun.

“Adanya kebijakan penghentian alih muatan (transhipment) beberapa waktu lalu diharapkan dapat membuat aktivitas di darat, seperti penyimpanan ikan, semakin bergairah dan pasokan bahan baku di unit-unit pengelolaan ikan menjadi kian terpenuhi,” ujar Gellwynn. Sementara, pengamat perikanan dari Universitas Khairun (Unkhair) Ternate Thamrin A. Ibrahim juga mengamini besarnya potensi ekonomi Indonesia dari sektor perikanan.

Menurut dia, tak ada yang memungkiri bahwa sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan yang menyimpan potensi perikanan sangat besar. Selain itu, jutaan warga Indonesia menggantungkan kehidupannya dari hasil perikanan, demikian juga kontribusi perikanan terhadap produk domestik bruto, serta terhadap pemasukan devisa negara dari hasil ekspor selama ini sungguh tak ternilai besarnya. “Karena itu, sudah menjadi hal yang mutlak bagi Indonesia untuk memaksimalkan pendapatan ekonomi nasional dari sektor perikanan,” ungkap Khairun.

Nafi’ muthohirin/ Ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3810 seconds (0.1#10.140)