Antara Mengajar dan Bermusik
A
A
A
Musik mampu menjadi penawar penat dari rutinitas. Para penggemar apalagi penggila musik akan mencari cara apa pun agar dapat meluangkan waktu menyalurkan hobi bermusik mereka meski aktivitas pekerjaan atau bisnisnya sangat padat.
Musik bisa menyen tuh semua lapisan masyarakat. Tak mengenal usia juga latar belakang profesi. Banyak pekerja kantoran, guru, eksekutif, dan profesional yang membentuk grup band demi memanjakan dahaga mereka akan bermusik. Seperti The Professor Band (TPB), grup band beraliran jazz yang digawangi sejumlah profesor dari Universitas Indonesia (UI).
Para profesor yang tergabung dalamTPBadalahSarlito Wirawan Sarwono (saksofon), Gumilar Rusliwa Soemantri (caracas), Ronny Nitibaskara (mandolin), Usman Chatib Warsa (vokalis), Ichramsyah A Rahman (vokalis), Safri Nugraha (vokalis), Nugroho B Sukamdani(vokalis), AgusSarjono (gitar), Triyatno Yudo Haryoko (gitar), Benny Hoed (harmonika), Paulus Wirutomo (drum), dan Catharina Paulus Wirotomo (saksofon/ saksofon).
Band ini telah merilis satu album dan bersiap meluncurkan album kedua. Kecuali tahun lalu, TPB tak pernah absen manggung di ajang Java Jazz Festival sejak tujuh tahun lalu. “Profesi dan jabatan setiap anggota TPB beragam. Ada yang guru besar psikologi, dokter bedah, mantan rektor, serta guru besar ilmu sosial dan politik. Namun, yang cukup aktif adalah Prof Agus Sarjono, Prof Ronny Nitibaskara, Prof Paulus Wirutomo, dan saya sendiri,” tutur Sarlito.
Setiap pekan TPB berlatih selama satu hingga dua jam yakni setiap Minggu malam. Band ini terbentuk pada 2003. Awalnya mereka mengisi acara wisuda di Kampus UI atas undangan panitia. Semakin sering mereka tampil, lama-lama undangan pentas pun semakin banyak. Tak hanya manggung di acara musik jazz, tapi juga hingga mengisi salah satu sesi dalam seminar, talkshow, atau peluncuran buku.
TPB pun sudah sering manggung bersama sejumlah grup band dan penyanyi ternama seperti Tompi, Idang Rasjidi Band, Jeffrey and Friends, The Grasshopper Band, The Old Timer Band, The Flash Back Band, dan Glen Dauna and Friends. Selain para profesor yang punya kesibukan “selingan”, namun eksis dengan band beraliran jazz, ada juga seorang perempuan berprofesi sebagai guru taman kanak-kanak yang menjadi vokalis band hardcore, Gugat.
Dia adalah Asri Yuniar yang biasa disapa Achi. Suaranya di atas panggung saat membawakan lagu-lagu cadas begitu powerful, pembawaannya garang dengan aura bintang yang mampu “menyihir” penonton. Berbanding terbalik dengan sikapnya saat menjalankan kiprah sebagai pendidik. Seharihari penampilan mojang priangan ini begitu anggun, lembut, dan keibuan.
Perempuan berjilbab ini mengungkapkan, aktivitas ngeband dilakoninya setelah selesai mengajar di Taman Kanak-kanak (TK) Kuncup Harapan warisan ibunya di Jalan Karanganyar, Bandung. Dia berlatih band di lingkungan komunitas band-band cadas underground di kawasan Ujungberung yang sudah tersohor secara global.
“Pagi hari saya mengajari anak-anak TK bernyanyi, sementara sore hari saya berkumpul dengan teman-teman di komunitas termasuk berlatih,” urai perempuan kelahiran 19 Januari 1982 ini. Dia sudah menjadi vokalis band jauh sebelum menjalani profesi sebagai guru TK pada 2006. Ketika pertama kali menjadi guru, dia kurang percaya diri dengan citra anak band musik cadas di tengah masyarakat.
Namun, kini dia merasa mendapat hikmahyangluarbiasa. Mengajar di TK memberikan kehidupan yang tenang dan kepuasan batin yang tak ternilai. Sementara beraktivitas di band dan komunitas yang penuh agenda memberi warna tersendiri bagi hidupnya. “Keduanya saling mendukung.
Setelah sibuk mengurusi pertunjukan, konser, atau latihan yang melelahkan, bertemu anak-anak didik rasanya merupakan penyegaran. Demikian pula sebaliknya,” tutur Achi. Sejauh ini tidak ada persoalan antara profesinya sebagai vokalis grup band hardcore dan pengabdiannya sebagai guru TK. “Menjadi guru TK merupakan tanggung jawab moral dan sosial saya untuk meneruskan kerja sosial orang tua,” katanya.
Nafi muthohirin
Musik bisa menyen tuh semua lapisan masyarakat. Tak mengenal usia juga latar belakang profesi. Banyak pekerja kantoran, guru, eksekutif, dan profesional yang membentuk grup band demi memanjakan dahaga mereka akan bermusik. Seperti The Professor Band (TPB), grup band beraliran jazz yang digawangi sejumlah profesor dari Universitas Indonesia (UI).
Para profesor yang tergabung dalamTPBadalahSarlito Wirawan Sarwono (saksofon), Gumilar Rusliwa Soemantri (caracas), Ronny Nitibaskara (mandolin), Usman Chatib Warsa (vokalis), Ichramsyah A Rahman (vokalis), Safri Nugraha (vokalis), Nugroho B Sukamdani(vokalis), AgusSarjono (gitar), Triyatno Yudo Haryoko (gitar), Benny Hoed (harmonika), Paulus Wirutomo (drum), dan Catharina Paulus Wirotomo (saksofon/ saksofon).
Band ini telah merilis satu album dan bersiap meluncurkan album kedua. Kecuali tahun lalu, TPB tak pernah absen manggung di ajang Java Jazz Festival sejak tujuh tahun lalu. “Profesi dan jabatan setiap anggota TPB beragam. Ada yang guru besar psikologi, dokter bedah, mantan rektor, serta guru besar ilmu sosial dan politik. Namun, yang cukup aktif adalah Prof Agus Sarjono, Prof Ronny Nitibaskara, Prof Paulus Wirutomo, dan saya sendiri,” tutur Sarlito.
Setiap pekan TPB berlatih selama satu hingga dua jam yakni setiap Minggu malam. Band ini terbentuk pada 2003. Awalnya mereka mengisi acara wisuda di Kampus UI atas undangan panitia. Semakin sering mereka tampil, lama-lama undangan pentas pun semakin banyak. Tak hanya manggung di acara musik jazz, tapi juga hingga mengisi salah satu sesi dalam seminar, talkshow, atau peluncuran buku.
TPB pun sudah sering manggung bersama sejumlah grup band dan penyanyi ternama seperti Tompi, Idang Rasjidi Band, Jeffrey and Friends, The Grasshopper Band, The Old Timer Band, The Flash Back Band, dan Glen Dauna and Friends. Selain para profesor yang punya kesibukan “selingan”, namun eksis dengan band beraliran jazz, ada juga seorang perempuan berprofesi sebagai guru taman kanak-kanak yang menjadi vokalis band hardcore, Gugat.
Dia adalah Asri Yuniar yang biasa disapa Achi. Suaranya di atas panggung saat membawakan lagu-lagu cadas begitu powerful, pembawaannya garang dengan aura bintang yang mampu “menyihir” penonton. Berbanding terbalik dengan sikapnya saat menjalankan kiprah sebagai pendidik. Seharihari penampilan mojang priangan ini begitu anggun, lembut, dan keibuan.
Perempuan berjilbab ini mengungkapkan, aktivitas ngeband dilakoninya setelah selesai mengajar di Taman Kanak-kanak (TK) Kuncup Harapan warisan ibunya di Jalan Karanganyar, Bandung. Dia berlatih band di lingkungan komunitas band-band cadas underground di kawasan Ujungberung yang sudah tersohor secara global.
“Pagi hari saya mengajari anak-anak TK bernyanyi, sementara sore hari saya berkumpul dengan teman-teman di komunitas termasuk berlatih,” urai perempuan kelahiran 19 Januari 1982 ini. Dia sudah menjadi vokalis band jauh sebelum menjalani profesi sebagai guru TK pada 2006. Ketika pertama kali menjadi guru, dia kurang percaya diri dengan citra anak band musik cadas di tengah masyarakat.
Namun, kini dia merasa mendapat hikmahyangluarbiasa. Mengajar di TK memberikan kehidupan yang tenang dan kepuasan batin yang tak ternilai. Sementara beraktivitas di band dan komunitas yang penuh agenda memberi warna tersendiri bagi hidupnya. “Keduanya saling mendukung.
Setelah sibuk mengurusi pertunjukan, konser, atau latihan yang melelahkan, bertemu anak-anak didik rasanya merupakan penyegaran. Demikian pula sebaliknya,” tutur Achi. Sejauh ini tidak ada persoalan antara profesinya sebagai vokalis grup band hardcore dan pengabdiannya sebagai guru TK. “Menjadi guru TK merupakan tanggung jawab moral dan sosial saya untuk meneruskan kerja sosial orang tua,” katanya.
Nafi muthohirin
(bbg)