Demi Anak-Anak, 50 Tahun Menjadi Sinterklas
A
A
A
Menjadi Sinterklas adalah tugas mulia karena keberadaannya memberikan harapan dan senyuman bagi anak-anak. Karena alasan itulah Llewellyn Jones rela menjadi Sinterklas di Melbourne, Australia, selama 50 tahun.
Sejak berusia 14 tahun Jones sudah berdiri di depan toko Mountain Gambier, mengenakan pakaian Sinterklas lengkap dengan jenggot putih panjang. Selama 50 tahun perayaan Natal dia melakukan rutinitas itu dan membuat setiap anak yang datang ke toko Mountain Gambier tersenyum gembira. Sebagian ada yang meminta berfoto, memeluk bahkan mencium pipinya yang dipenuhi jenggot palsu.
Bertemu dengan ribuan anak-anak setiap Sabtu pagi di bulan Desember menjadi momen terbaik dalam hidup Jones. Momen pertama Jones menjadi Sinterklas terjadi pada 1964 ketika itu dia membagikan milkshakegratis kepada para pelanggan yang datang ke Mountain Gambier. Namun membahagiakan anak-anak bukanlah perkara mudah, berdiri berjam-jam di depan mal atau membangunkan anak-anak di pagi buta diakui Jones sebagai pekerjaan yang melelahkan.
Namun anehnya, menurut Jones, semua rasa lelah itu sepadan dengan senyum bahagia yang dia dapat dari anak-anak. “Ini adalah misteri magis, saya harus melakukan pekerjaan dengan benar atau tidak melakukannya sama sekali,” kata Jones seperti dilansir ABC. Menurut Jones, selama perjalanannya menjadi Sinterklas ada banyak perubahan yang dia lihat dalam diri anakanak, terutama jenis permohonan yang mereka minta.
Jika dulu permintaan anak-anak cukup sederhana, kini dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat anak-anak pun meminta hadiah yang cukup mahal, salah satunya gadget terbaru. Biasanya Jones tidak mengabulkan permintaan jenis ini, namun sebisa mungkin menghubungi orang tua anak untuk memberitahukan kepada mereka hadiah Natal apa yang diinginkan anak-anak mereka.
Selain menghadapi momenmomen membahagiakan bersama anak-anak, pria 64 tahun ini juga mengaku kerap mendapati pengalaman sedih, terutama ketika anak-anak memintanya untuk melindungi sang ibu dari kekerasan yang dilakukan ayahnya. Ketika hal itu terjadi Jones hanya bisa menangis. Tapi kini momen sedih itu mungkin tak akan lagi didapati Jones karena Pemerintah Australia menyusun peraturan baru mengenai keberadaan Sinterklas di berbagai pusat perbelanjaan.
Pemerintah Australia kini tak lagi mengizinkan Sinterklas untuk bersentuhan langsung dengan anak-anak. Acara menggendong anak pun dicoret dalam daftar. Anakanak hanya boleh berfoto secara berdampingan dengan Jones.
Perubahan ini membuat Jones sedih, tetapi dia sadar peraturan ini dirancang untuk melindungi kedua pihak. Jones mungkin sudah tak bisa memeluk semua anakanak, tetapi dia masih berharap kehadirannya bisa menjadi kado Natal paling indah.
Rini Agustina
Jakarta
Sejak berusia 14 tahun Jones sudah berdiri di depan toko Mountain Gambier, mengenakan pakaian Sinterklas lengkap dengan jenggot putih panjang. Selama 50 tahun perayaan Natal dia melakukan rutinitas itu dan membuat setiap anak yang datang ke toko Mountain Gambier tersenyum gembira. Sebagian ada yang meminta berfoto, memeluk bahkan mencium pipinya yang dipenuhi jenggot palsu.
Bertemu dengan ribuan anak-anak setiap Sabtu pagi di bulan Desember menjadi momen terbaik dalam hidup Jones. Momen pertama Jones menjadi Sinterklas terjadi pada 1964 ketika itu dia membagikan milkshakegratis kepada para pelanggan yang datang ke Mountain Gambier. Namun membahagiakan anak-anak bukanlah perkara mudah, berdiri berjam-jam di depan mal atau membangunkan anak-anak di pagi buta diakui Jones sebagai pekerjaan yang melelahkan.
Namun anehnya, menurut Jones, semua rasa lelah itu sepadan dengan senyum bahagia yang dia dapat dari anak-anak. “Ini adalah misteri magis, saya harus melakukan pekerjaan dengan benar atau tidak melakukannya sama sekali,” kata Jones seperti dilansir ABC. Menurut Jones, selama perjalanannya menjadi Sinterklas ada banyak perubahan yang dia lihat dalam diri anakanak, terutama jenis permohonan yang mereka minta.
Jika dulu permintaan anak-anak cukup sederhana, kini dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat anak-anak pun meminta hadiah yang cukup mahal, salah satunya gadget terbaru. Biasanya Jones tidak mengabulkan permintaan jenis ini, namun sebisa mungkin menghubungi orang tua anak untuk memberitahukan kepada mereka hadiah Natal apa yang diinginkan anak-anak mereka.
Selain menghadapi momenmomen membahagiakan bersama anak-anak, pria 64 tahun ini juga mengaku kerap mendapati pengalaman sedih, terutama ketika anak-anak memintanya untuk melindungi sang ibu dari kekerasan yang dilakukan ayahnya. Ketika hal itu terjadi Jones hanya bisa menangis. Tapi kini momen sedih itu mungkin tak akan lagi didapati Jones karena Pemerintah Australia menyusun peraturan baru mengenai keberadaan Sinterklas di berbagai pusat perbelanjaan.
Pemerintah Australia kini tak lagi mengizinkan Sinterklas untuk bersentuhan langsung dengan anak-anak. Acara menggendong anak pun dicoret dalam daftar. Anakanak hanya boleh berfoto secara berdampingan dengan Jones.
Perubahan ini membuat Jones sedih, tetapi dia sadar peraturan ini dirancang untuk melindungi kedua pihak. Jones mungkin sudah tak bisa memeluk semua anakanak, tetapi dia masih berharap kehadirannya bisa menjadi kado Natal paling indah.
Rini Agustina
Jakarta
(ars)