Lebih Simpel dengan Cashless
A
A
A
Kampanye bertransaksi dengan nontunai atau cashless saat ini sedang digencarkan berbagai pihak. Selain lebih aman dan simpel, transaksi cashlessjuga banyak memiliki keunggulan dibandingkan dengan transaksi tunai.
Direktur Utama PT Indosat Tbk (ISAT) Alexander Rusli mengatakan, sejak beberapa tahun lalu pihaknya telah mengeluarkan layanan bernama ‘Dompetku’. Layanan ini merupakan solusi dalam pengaplikasian prinsip cashless karena uang yang digunakan bersifat elektronik bukan secara fisik, sehingga dapat membantu pemerintah memperluas penggunaan e-money di Indonesia.
“Sebuah layanan financial device yang memungkinkan pengguna Indosat menyimpan uang cash dalam bentuk pulsa,” kata dia kepada KORAN SINDOdi kantornya akhir pekan lalu. Dia menjelaskan, layanan ini memungkinkan pengguna dapat menarik uang kas di ATM Bersama di manapun dan kapan pun di seluruh Indonesia. Bahkan, Indosat telah menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak seperti Alfamart, Indomart, Commuter Line, dan 7Eleven agar bisa menerima pembayaran melalui ‘Dompetku’.
Layanan ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap program BI (Bank Indonesia) untuk cashless, serta sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan kualitas akses perbankan bagi para konsumen. Karena bertransaksi melalui layanan ini terjamin keamanannya, memudahkan transaksi dan biayanya murah. Dalam meluncurkan layanan tersebut, Indosat bersinergi dengan perbankan.
Yang terbaru adalah bekerja sama dengan Bank Qatar National Bank (QNB) Indonesia untuk meluncurkan Kartu ATM Dompetku QNB. Melalui kartu ini, pelanggan Dompetku yang sekaligus nasabah QNB bisa melakukan tarik tunai dari seluruh ATM QNB dan jaringan ATM Bersama. Direktur/Chief Digital Service Officer PT XL Axiata Tbk (EXCL) Yessie D Yosetya mengatakan, perseroan memiliki layanan uang elektronik yang bernama XL Tunai.
Layanan ini memungkinkan pelanggan XL melakukan transaksi keuangan hanya dengan menggunakan ponsel. Jenis transaksi yang bisa digunakan adalah beli pulsa XL, bayar tagihan, belanja di toko, belanja online. Serta kirim uang dalam negeri dan luar negeri yang semuanya dapat dilakukan kapan saja maupun di mana saja.
Layanan ini diharapkan bisa menjembatani antara minimnya kepemilikan rekening perbankan dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat dalam pembiayaan. Dengan layanan tersebut, masyarakat bisa berbelanja hanya dengan pulsa ponsel yang dimilikinya.
“Pemilik rekening perbankan belum sebanyak yang diharapkan. Di sisi lain, pemilik ponsel sudah melebihi jumlah penduduk. Karena itu, kita mencoba membuat alternatif pembiayaan lain yang bisa dipergunakan masyarakat,” jelas dia. Pada saat ini, pihaknya terus melakukan edukasi agar masyarakat bisa mengenal lebih luas layanan tersebut. Baik itu bersama-sama dengan perbankan maupun operator seluler lainnya.
Semakin banyak masyarakat yang mempergunakan layanan tersebut tentunya akan berdampak positif bagi perekonomian nasional. Jumlah pelanggan XL Tunai yakni rekening ponsel/mobile money adalah 1,2 juta pelanggan, sedangkan jumlah pelanggan mobile banking XL adalah 2,3 juta pelanggan. Corporate Affairs Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Solihin mengatakan, layanan pembayaran di toko melalui e-banking bertujuan untuk memberikan kenyamanan lebih bagi pelanggan.
“Pelanggan kami dapat menikmati pengalaman “one-stop shop” untuk berbelanja kebutuhan pokok dan sehari-hari sekaligus melakukan transaksi perbankan melalui toko dengan menggunakan e-banking. Transaksi pembayaran nontunai, dalam hal ini e-banking, memiliki berbagai keuntungan, antara lain lebih efisien dan aman, karena konsumen tidak perlu repot membawa uang tunai ataupun kartu ATM ke mana-mana,” ucap dia dalam keterangan tertulisnya akhir pekan lalu.
Pengamat marketing Yuswohady menyebutkan hampir separuh persentase kegiatan transaksi nasabah kelas menengah dilakukan secara nontunai. Seperti belanja di toko, makan di luar rumah, belanja online, dan sebagainya.
Survei tersebut menunjukkan, sudah cukup banyak nasabah kelas menengah yang menggunakan transaksi nontunai (cashless) dengan memanfaatkan layanan transaksi elektronik seperti ATM, kartu debit, kartu kredit, internet banking, mobile banking, dan e-money. Bahkan mobile banking disebutnya akan mengalahkan penggunaan kartu. Karena layanannya bisa lebih lengkap dibandingkan kartu yang terbatas.
“Awalnya e-banking pasti ada resistensi. Ini akan menjadi tantangan untuk sosialisasi Tapi masyarakat kita suka meniru,” ujarnya. Lebih dari 10 tahun terakhir nasabah telah belajar menggunakan berbagai layanan transaksi elektronik tersebut. Dan kini mereka mulai merasa nyaman dan biasa. Karena itu, dia memperkirakan tren cashless society di kalangan kelas menengah kian menemukan critical mass-nya.
Diperkuat lagi dengan pertumbuhan fenomena belanja online yang kian signifikan. Segmen kelas menengah tersebar dalam menggunakan kartu debit (24%), internet banking (23%), dan kartu kredit (13%). Untuk keperluan makan di luar rumah, cukup besar mereka yang menggunakan kartu debit (21%) dan kartu kredit (14%). Sementara untuk berbagai tagihan (listrik, air, telepon, TV kabel, dll.) mereka juga mulai nyaman menggunakan kartu debit (25%), kartu kredit (10%), dan internet banking (8%).
Dampak lebih luasnya lagi ialah konsolidasi perbankan tidak akan terelakkan. Bank yang terlalu banyak tidak dapat mencapai efisiensi dan tingkat keekonomian dalam teknologi. Karena memenangkan layanan teknologi e-banking juga berarti meningkatkan porsi dana murah (CASA). Upaya untuk menarik nasabah ke CASA pada komposisi DPK berarti harus dilakukan dengan mengoptimalkan peran sebagai transactional banking.
Ini berarti juga meningkatkan pendapatan berbasis komisi (fee based income) dan sekaligus pertumbuhan dana berbiaya rendah. “Dana murah itu lebih baik. Dalam porsi kecil dibandingkan dana korporasi yang riskan dan mahal. Bank di sini terlalu banyak dan pasti tidak akan bisa bersaing dalam teknologi,” ujarnya.
Hermansah/ Hafid fuad
Direktur Utama PT Indosat Tbk (ISAT) Alexander Rusli mengatakan, sejak beberapa tahun lalu pihaknya telah mengeluarkan layanan bernama ‘Dompetku’. Layanan ini merupakan solusi dalam pengaplikasian prinsip cashless karena uang yang digunakan bersifat elektronik bukan secara fisik, sehingga dapat membantu pemerintah memperluas penggunaan e-money di Indonesia.
“Sebuah layanan financial device yang memungkinkan pengguna Indosat menyimpan uang cash dalam bentuk pulsa,” kata dia kepada KORAN SINDOdi kantornya akhir pekan lalu. Dia menjelaskan, layanan ini memungkinkan pengguna dapat menarik uang kas di ATM Bersama di manapun dan kapan pun di seluruh Indonesia. Bahkan, Indosat telah menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak seperti Alfamart, Indomart, Commuter Line, dan 7Eleven agar bisa menerima pembayaran melalui ‘Dompetku’.
Layanan ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap program BI (Bank Indonesia) untuk cashless, serta sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan kualitas akses perbankan bagi para konsumen. Karena bertransaksi melalui layanan ini terjamin keamanannya, memudahkan transaksi dan biayanya murah. Dalam meluncurkan layanan tersebut, Indosat bersinergi dengan perbankan.
Yang terbaru adalah bekerja sama dengan Bank Qatar National Bank (QNB) Indonesia untuk meluncurkan Kartu ATM Dompetku QNB. Melalui kartu ini, pelanggan Dompetku yang sekaligus nasabah QNB bisa melakukan tarik tunai dari seluruh ATM QNB dan jaringan ATM Bersama. Direktur/Chief Digital Service Officer PT XL Axiata Tbk (EXCL) Yessie D Yosetya mengatakan, perseroan memiliki layanan uang elektronik yang bernama XL Tunai.
Layanan ini memungkinkan pelanggan XL melakukan transaksi keuangan hanya dengan menggunakan ponsel. Jenis transaksi yang bisa digunakan adalah beli pulsa XL, bayar tagihan, belanja di toko, belanja online. Serta kirim uang dalam negeri dan luar negeri yang semuanya dapat dilakukan kapan saja maupun di mana saja.
Layanan ini diharapkan bisa menjembatani antara minimnya kepemilikan rekening perbankan dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat dalam pembiayaan. Dengan layanan tersebut, masyarakat bisa berbelanja hanya dengan pulsa ponsel yang dimilikinya.
“Pemilik rekening perbankan belum sebanyak yang diharapkan. Di sisi lain, pemilik ponsel sudah melebihi jumlah penduduk. Karena itu, kita mencoba membuat alternatif pembiayaan lain yang bisa dipergunakan masyarakat,” jelas dia. Pada saat ini, pihaknya terus melakukan edukasi agar masyarakat bisa mengenal lebih luas layanan tersebut. Baik itu bersama-sama dengan perbankan maupun operator seluler lainnya.
Semakin banyak masyarakat yang mempergunakan layanan tersebut tentunya akan berdampak positif bagi perekonomian nasional. Jumlah pelanggan XL Tunai yakni rekening ponsel/mobile money adalah 1,2 juta pelanggan, sedangkan jumlah pelanggan mobile banking XL adalah 2,3 juta pelanggan. Corporate Affairs Director PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Solihin mengatakan, layanan pembayaran di toko melalui e-banking bertujuan untuk memberikan kenyamanan lebih bagi pelanggan.
“Pelanggan kami dapat menikmati pengalaman “one-stop shop” untuk berbelanja kebutuhan pokok dan sehari-hari sekaligus melakukan transaksi perbankan melalui toko dengan menggunakan e-banking. Transaksi pembayaran nontunai, dalam hal ini e-banking, memiliki berbagai keuntungan, antara lain lebih efisien dan aman, karena konsumen tidak perlu repot membawa uang tunai ataupun kartu ATM ke mana-mana,” ucap dia dalam keterangan tertulisnya akhir pekan lalu.
Pengamat marketing Yuswohady menyebutkan hampir separuh persentase kegiatan transaksi nasabah kelas menengah dilakukan secara nontunai. Seperti belanja di toko, makan di luar rumah, belanja online, dan sebagainya.
Survei tersebut menunjukkan, sudah cukup banyak nasabah kelas menengah yang menggunakan transaksi nontunai (cashless) dengan memanfaatkan layanan transaksi elektronik seperti ATM, kartu debit, kartu kredit, internet banking, mobile banking, dan e-money. Bahkan mobile banking disebutnya akan mengalahkan penggunaan kartu. Karena layanannya bisa lebih lengkap dibandingkan kartu yang terbatas.
“Awalnya e-banking pasti ada resistensi. Ini akan menjadi tantangan untuk sosialisasi Tapi masyarakat kita suka meniru,” ujarnya. Lebih dari 10 tahun terakhir nasabah telah belajar menggunakan berbagai layanan transaksi elektronik tersebut. Dan kini mereka mulai merasa nyaman dan biasa. Karena itu, dia memperkirakan tren cashless society di kalangan kelas menengah kian menemukan critical mass-nya.
Diperkuat lagi dengan pertumbuhan fenomena belanja online yang kian signifikan. Segmen kelas menengah tersebar dalam menggunakan kartu debit (24%), internet banking (23%), dan kartu kredit (13%). Untuk keperluan makan di luar rumah, cukup besar mereka yang menggunakan kartu debit (21%) dan kartu kredit (14%). Sementara untuk berbagai tagihan (listrik, air, telepon, TV kabel, dll.) mereka juga mulai nyaman menggunakan kartu debit (25%), kartu kredit (10%), dan internet banking (8%).
Dampak lebih luasnya lagi ialah konsolidasi perbankan tidak akan terelakkan. Bank yang terlalu banyak tidak dapat mencapai efisiensi dan tingkat keekonomian dalam teknologi. Karena memenangkan layanan teknologi e-banking juga berarti meningkatkan porsi dana murah (CASA). Upaya untuk menarik nasabah ke CASA pada komposisi DPK berarti harus dilakukan dengan mengoptimalkan peran sebagai transactional banking.
Ini berarti juga meningkatkan pendapatan berbasis komisi (fee based income) dan sekaligus pertumbuhan dana berbiaya rendah. “Dana murah itu lebih baik. Dalam porsi kecil dibandingkan dana korporasi yang riskan dan mahal. Bank di sini terlalu banyak dan pasti tidak akan bisa bersaing dalam teknologi,” ujarnya.
Hermansah/ Hafid fuad
(ars)