Saatnya Pertarungan Layanan E-Banking
A
A
A
Anda boleh ketinggalan dompet, tapi tidak handphone. Ini ungkapan lazim yang menandakan orang Indonesia tidak bisa lepas dari telepon genggam (handphone) ataupun telepon pintar (smartphone).
Fakta ini berdampak dalam banyak hal. Tidak hanya untuk sekadar berkomunikasi, tetapi juga untuk kegiatan produktif.
Adalah perbankan yang memanfaatkan smartphone untuk kegiatan bisnisnya. Walaupun disebut hanya sebagai layanan e-bankingpada nasabah, tidak dapat dimungkiri potongan biaya berupa fee (fee based income) dari e-bankingmenjadi primadona di industri bank saat ini.
Kontribusinya pun semakin digenjot untuk mendukung pendapatan. Saat ini pengguna handphonetelah melebihi jumlah rakyat Indonesia, dan telepon pintar hampir mencapai 90%. Apabila setengahnya saja bisa digarap untuk menggunakan layanan e-banking, tentu ini berarti potensi feebased yang akan menggiurkan.
Potongan fee tersebut dirasa wajar mengingat dibutuhkan investasi teknologi dan perawatan yang tidak murah. Pengamat marketing Yuswohady mengingatkan tren e-banking akan semakin marak di masa depan. Perkembangan kemapanan kelas menengah dan penetrasi handphone dan smartphone membuat layanan mobileakanterustumbuh. Dari hasilrisetnya di tahun lalu, dia masih yakin perkembangan teknologi bank akan semakin signifikan.
”Lihat sekarang BRI sudah punya satelit. Semua ingin menyaingi kesuk-sesan BCA dalam meraih fee based income. Apalagi dalam masalikuiditasketatsepertisekarang,” ujarYuswohady. Dari survei di enam kota besar Indonesia terhadap nasabah kelas menengah (pengeluaran Rp4–17 juta), terlihat tren perpindahan transaksi nasabah dari kantor cabang ke layanan mobile banking.
Dan ini diikuti fakta lebih dari 33% nasabah kelas menengah menyatakan tidak tertarik ke bank. Mereka lebih memilih transaksi yang sifatnya mobile. “Ini yang menjadi peluang bagi perbankan untuk mengembangkan online channel. Bank ke depannya tentang modal besar dan investasi teknologi,” katanya.
Menurut dia, basis nasabah utama bank saat ini merupakan segmen kelas menengah. Dan karakter nasabah ini ialah membutuhkan self service dalam pelayanan. Bank hanya dapat menyediakan layanan dan mereka sendiri yang menentukan. Dan segmen pasar ini yang coba ditangkap oleh consumer banking.
“Karena itu, bank berlomba di segmen konsumer yang konsumtif dan agresif. Daya tarik bank di mata nasabah ini pada kekuatan teknologinya,” ujarnya. Retail Banking Director PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) Lani Darmawan mengatakan ebankingmerupakan salah satu fokus utama pihaknya untuk dikembangkan. Ekspansi layanan tentu saja dengan memperhatikan minat dan kebutuhan nasabah.
Saat ini lebih dari 80% transaksi oleh nasabah ritel disebutnya telah dilakukan secara elektronik noncabang. Dan yang terbesar perkembangannya adalah mobile banking, diikuti internet banking. “Kami harapkan tahun depan pertumbuhan pengguna e-bankingbisa lebih dari 30%,” papar Lani. Namun, tantangan terbesar tentu saja melakukan promosi dan edukasi kepada nasabah semua segmen.
Strategi sosialisasi diperlukan untuk menambah minat nasabah bertran-saksi melalui ebanking. Strategi akan mengandalkan melalui undian berhadiah, insentif biaya lebih murah, hingga info eksklusif dikirimkan kepada nasabah secara umum maupun target nasabah potensial. Lani menjelaskan fee based income perseroan datang dari berbagai sumber transaksi.
Namun tidak hanya itu karena juga masih ada admin feerutin. Fokus utamanya di tahun depan adalah mengembangkan layanan cash management, forexdan perdagangan. Ini berarti mencakup nasabah korporasi, komersial dan nasabah UKM yang potensial kami garap. Tidak hanya itu pihaknya juga akan terus memperluas volume di produk wealth management.
”Kami akan perluas produk bank assurancedan investasi lainnya. Sehingga diharapkan kontribusi fee based incomebisa mencapai di atas 30% dari revenuetahun depan,” paparnya. Senior Executive Vice Presiden Transaction Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans mengatakan, pihaknya akan fokus memperbanyak infrastruktur ATM dan EDC di merchant.
Selama ini kontribusi fee based e-banking disebutnya terus meningkat karena pertumbuhan transaksi yang meningkat. “Saat ini sekitar 88-90% transaksi sudah dilakukan via eChannel. Ditargetkan fee based kira kira tumbuh 25% minimalnya di tahun depan,” ujar Rico beberapa waktu lalu.
Hafid fuad
Fakta ini berdampak dalam banyak hal. Tidak hanya untuk sekadar berkomunikasi, tetapi juga untuk kegiatan produktif.
Adalah perbankan yang memanfaatkan smartphone untuk kegiatan bisnisnya. Walaupun disebut hanya sebagai layanan e-bankingpada nasabah, tidak dapat dimungkiri potongan biaya berupa fee (fee based income) dari e-bankingmenjadi primadona di industri bank saat ini.
Kontribusinya pun semakin digenjot untuk mendukung pendapatan. Saat ini pengguna handphonetelah melebihi jumlah rakyat Indonesia, dan telepon pintar hampir mencapai 90%. Apabila setengahnya saja bisa digarap untuk menggunakan layanan e-banking, tentu ini berarti potensi feebased yang akan menggiurkan.
Potongan fee tersebut dirasa wajar mengingat dibutuhkan investasi teknologi dan perawatan yang tidak murah. Pengamat marketing Yuswohady mengingatkan tren e-banking akan semakin marak di masa depan. Perkembangan kemapanan kelas menengah dan penetrasi handphone dan smartphone membuat layanan mobileakanterustumbuh. Dari hasilrisetnya di tahun lalu, dia masih yakin perkembangan teknologi bank akan semakin signifikan.
”Lihat sekarang BRI sudah punya satelit. Semua ingin menyaingi kesuk-sesan BCA dalam meraih fee based income. Apalagi dalam masalikuiditasketatsepertisekarang,” ujarYuswohady. Dari survei di enam kota besar Indonesia terhadap nasabah kelas menengah (pengeluaran Rp4–17 juta), terlihat tren perpindahan transaksi nasabah dari kantor cabang ke layanan mobile banking.
Dan ini diikuti fakta lebih dari 33% nasabah kelas menengah menyatakan tidak tertarik ke bank. Mereka lebih memilih transaksi yang sifatnya mobile. “Ini yang menjadi peluang bagi perbankan untuk mengembangkan online channel. Bank ke depannya tentang modal besar dan investasi teknologi,” katanya.
Menurut dia, basis nasabah utama bank saat ini merupakan segmen kelas menengah. Dan karakter nasabah ini ialah membutuhkan self service dalam pelayanan. Bank hanya dapat menyediakan layanan dan mereka sendiri yang menentukan. Dan segmen pasar ini yang coba ditangkap oleh consumer banking.
“Karena itu, bank berlomba di segmen konsumer yang konsumtif dan agresif. Daya tarik bank di mata nasabah ini pada kekuatan teknologinya,” ujarnya. Retail Banking Director PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) Lani Darmawan mengatakan ebankingmerupakan salah satu fokus utama pihaknya untuk dikembangkan. Ekspansi layanan tentu saja dengan memperhatikan minat dan kebutuhan nasabah.
Saat ini lebih dari 80% transaksi oleh nasabah ritel disebutnya telah dilakukan secara elektronik noncabang. Dan yang terbesar perkembangannya adalah mobile banking, diikuti internet banking. “Kami harapkan tahun depan pertumbuhan pengguna e-bankingbisa lebih dari 30%,” papar Lani. Namun, tantangan terbesar tentu saja melakukan promosi dan edukasi kepada nasabah semua segmen.
Strategi sosialisasi diperlukan untuk menambah minat nasabah bertran-saksi melalui ebanking. Strategi akan mengandalkan melalui undian berhadiah, insentif biaya lebih murah, hingga info eksklusif dikirimkan kepada nasabah secara umum maupun target nasabah potensial. Lani menjelaskan fee based income perseroan datang dari berbagai sumber transaksi.
Namun tidak hanya itu karena juga masih ada admin feerutin. Fokus utamanya di tahun depan adalah mengembangkan layanan cash management, forexdan perdagangan. Ini berarti mencakup nasabah korporasi, komersial dan nasabah UKM yang potensial kami garap. Tidak hanya itu pihaknya juga akan terus memperluas volume di produk wealth management.
”Kami akan perluas produk bank assurancedan investasi lainnya. Sehingga diharapkan kontribusi fee based incomebisa mencapai di atas 30% dari revenuetahun depan,” paparnya. Senior Executive Vice Presiden Transaction Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans mengatakan, pihaknya akan fokus memperbanyak infrastruktur ATM dan EDC di merchant.
Selama ini kontribusi fee based e-banking disebutnya terus meningkat karena pertumbuhan transaksi yang meningkat. “Saat ini sekitar 88-90% transaksi sudah dilakukan via eChannel. Ditargetkan fee based kira kira tumbuh 25% minimalnya di tahun depan,” ujar Rico beberapa waktu lalu.
Hafid fuad
(ars)