Relokasi Korban Longsor Belum Pasti

Kamis, 18 Desember 2014 - 10:42 WIB
Relokasi Korban Longsor...
Relokasi Korban Longsor Belum Pasti
A A A
BANJARNEGARA - Bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, membuat ribuan warga yang tinggal di kawasan itu kini hidup dalam pengungsian.

Belum ada kejelasan sampai kapan mereka di sana. Pada bagian lain, lokasi bencana juga masih tertutup karena tim evakuasi terus bekerja mencari korban yang terjebak. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara menyatakan, menempatkan warga Dusun Jemblung di pengungsian sementara ini masih jadi opsi terbaik. Pemerintah sedang membahas relokasi dengan berbagai pihak.

”Itu (relokasi warga) membutuhkan lahan dan lahan tersebut nanti harus benarbenar aman. Ini sedang kami pikirkan,” kata Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno kemarin. Dia mengakui tak mungkin warga dusun itu terus tinggal di pengungsian. Sambil menunggu kemungkinan untuk relokasi, pemkab sedang menyiapkan hunian sementara (huntara) bagi warga. Ada tiga alternatif untuk huntara tersebut.

”Pertama , kita sewa rumah warga untuk ditempati. Kedua, kita dirikan bedeng (rumah semipermanen). Ketiga, pakai tenda besar seperti di Sijeruk dulu (longsor 2006),” katanya. Dari tiga pilihan tersebut, pemkab menilai sewa rumah merupakan pilihan paling memungkinkan. Dari sisi privasi dan kesehatan masyarakat akan terjaga.

”Tapi, itu nanti akan dimatangkan dulu,” ucapnya. Hadi mengungkapkan, selain faktor alam dan lingkungan, keberadaan kolam-kolam ikan milik masyarakat juga menjadi masalah. Dari kajian geologi, kolam-kolam tersebut mempercepat pelapukan tanah karena tidakdilapisiterpalatausemen. Padahal, hampir semua warga, termasuk yang tinggal di perbukitan, memiliki kolam ikan.

”Satu sisi itu meningkatkan perekonomian masyarakat, namun di sisi lain menimbulkan bahaya juga,” katanya. Karena itu, lanjut dia, ke depan perlu penataan yang komprehensif. ”Misalnya ada teknik-teknik tertentu sehingga perikanan terjaga, namun alam juga terjaga,” ucapnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kemarin menyatakan bahwa jumlah pengungsi akibat tanah longsor di dusun itu sebanyak 1.308 jiwa. Mereka tersebar di beberapa lokasi. Menurut Kepala BNPB Syamsul Maarif, Presiden Joko Widodo menanyakan jaminan hidup setelah warga yang menjadi korban longsor menetap kembali.

”Ini tugas Kemensos (Kementerian Sosial) bekerja sama dengan BNPB,” katanya. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan memastikan pemerintah akan menyiapkan proses relokasi secara menyeluruh dan terintegrasi bagi warga yang menjadi korban tanah longsor.

Relokasi itu akan meliputi penyiapan lahan dan pendidikan menyangkut lingkungan kepada masyarakat. ”Relokasi menyeluruh semua. Kami siapkan lahan, program penjelasannya, pendidikan untuk peduli lingkungan. Itu program jangka panjangnya seperti itu,” kata Ferry di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, kemarin.

Jasad Korban Tak Utuh

Sejumlah jasad korban tanah longsor di Dusun Jemblung ditemukan dalam kondisi sudah tidak utuh. Dalam evakuasi kemarin, tim penyelamat kembali menemukan potongan tubuh korban. Faktor lokasi dan besarnya bencana diperkirakan menjadi penyebab.

”Kemungkinan saat itu korban di posisi paling bawah kemudian terhantam timbunan tanah, lalu terpental ke bukit lain dan terseret lagi ke bawah,” ujar Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letkol Inf Edy Rochmatullah di lokasi bencana. Edy yang juga komandan penanggulangan bencana ini menuturkan, hingga kemarin petang korban tewas yang telah ditemukan sebanyak 83 orang.

Dari jumlah itu, lima di antaranya belum teridentifikasi. Dua korban terbaru ditemukan di Sungai Merawu, Desa Sijeruk, Banjarnegara. ”Dua jenazah berjenis kelamin perempuan ditemukan di tempat terpisah,” katanya. Satu jenazah ditemukan di Jembatan Sijeruk yang berjarak sekitar 7 kilometer dari lokasi longsor. Jenazah lain ditemukan sekitar 10 kilometer dari lokasi longsor atau 3 kilometer dari lokasi penemuan jenazah pertama.

Edy menuturkan, tim evakuasi akan terus bekerja mencari korban lain yang masih tertimbun. Pencarian akan lebih optimal karena pembersihan timbunan tanah di jalan utama sudah selesai. Dengan demikian, sejumlah alat berat sudah bisa melakukan evakuasi di lokasi kejadian.

Disinggung mengenai permintaan masyarakat untuk bisa menggunakan kembali jalan itu, Edy mengaku masih mempertimbangkan keadaan. Jika jalan utama dilalui masyarakat, dikhawatirkan mengganggu evakuasi korban. ”Memang benar ada harapan dari pemkab agar jalan itu dibuka untuk umum supaya ekonomi masyarakat bisa kembali bergeliat. Karena itu, kita akan lihat situasi dulu,” ucapnya.

Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengakui pemkab meminta kepada tim penanggulangan bencana agar jalan utama dusun itu bisa kembali diakses masyarakat, terutamauntukmobilisasibarangataujasamerekake pasar. Namun, dia tidak memaksakanitukarenasemuatetap mempertimbangkan faktor keselamatan dan kebutuhan tim evakuasi.

”Yang jelas evakuasi akan terus dilakukan hingga semua korban ditemukan. Meskipun nanti mungkin tinggal tulang, kitaupayakansemuabisaditemukan,” kata dia. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah meminta pemkab mengefektifkan peringatan dini bencana sebagai langkah antisipasi agar peristiwaserupatidakterjadilagi.

Dia juga mendesak pemkab mengusulkan dana untuk sistem mitigasi bencana nasional yang komprehensif. Dana tersebut bisa dialokasikan pada pengadaan satelit mitigasi bencana. ”Jadi, ketika kita menggunakan satelit itu bisa mengetahui pergerakan tanah secara rutin. Meski di situ tidak ada penduduk, kita tetap bisa memberikan peringatan,” ungkapnya di Banjarnegara kemarin.

Kepala BNPB Syamsul Maarif mengatakan, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan pemasangan alat deteksi dini di titik-titik rawan longsor. Untuk itu, BNPB akan bekerja sama dengan berbagai instansi lain seperti Universitas Gadjah Mada, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Seorang pekerja evakuasi, Ahmad Nurudin, tewas di lokasi bencana Selasa (16/12) malam. Ahmad mengalami kecelakaan ketika akan memindahkan alat beratnya ke atas truk pengangkut. Karena cuaca gelap dan hujan deras, alat berat yang dikemudikannya tergelincir. Nahas, alat berat tersebut terpelanting ke jalan.

Pada saat bersamaan, Ahmad juga terbanting ke tanah dan kepalanya terbentur sangat keras. Warga Beringin, Srumbung, Kabupaten Magelang ini meninggal dunia dalam perjalanan menuju RSUD Banjarnegara. ”Atas nama Pemkab Banjarnegara, kami mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan almarhum selama proses evakuasi. Segala keperluan dan pengiriman jenazah ditanggung Pemkab Banjarnegara,” kataHadiSupeno.

Muh slamet/Prahayuda febrianto/Muh slamet/Rarasati syarief
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0991 seconds (0.1#10.140)