Korban Tewas Ditemukan 53 Orang

Selasa, 16 Desember 2014 - 09:32 WIB
Korban Tewas Ditemukan...
Korban Tewas Ditemukan 53 Orang
A A A
BANJARNEGARA - Korban meninggal akibat bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara terus bertambah. Hingga kemarin, korban yang ditemukan mencapai 56 orang.

Sebanyak 53 jasad di antaranya berhasil diidentifikasi. Kebanyakan warga yang ditemukan tim SAR gabungan berada di hilir sungai setempat. Diduga, para korban hanyut terbawa lumpur dan material longsor lainnya ke sungai tersebut. ”Hampir ujung sungai atau hilir. Mungkin para korban terbawa arus material hingga sampai hilir sungai itu,” kata Kepala Basarnas Wilayah Jateng-DIY Agus Haryono kemarin.

Berdasarkan data Basarnas, sebagian besar korban meninggal yang sudah ditemukan bukan warga kampung setempat. Mereka diidentifikasi menjadi korban karena saat longsor terjadi tengah melintas di jalur utama Banjarnegara-Pekalongan itu. Saat ditemukan, ada beberapa korban masih di dalam mobil dan menggunakan motor, bahkan ada yang masih mengenakan helm.

Dengan adanya fakta korban yang ditemukan sebagian besar berasal dari warga luar kampung, jumlah korban dikhawatirkan semakin membengkak. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memaparkan, warga di Dusun Jemblung sekitar 308 jiwa, di mana 200 jiwa berhasil menyelamatkan diri, sedangkan 108 jiwa diperkirakan tertimbun longsor.

Namun berapa kemungkinan jumlah total korban, BPNB belum memastikan. ”Ada informasi pada saat bersamaan longsor ada mobil dan sepeda motor yang melintas di jalan dan tersapu longsor, hingga saat ini masih dilakukan klarifikasi dan pendataan,” paparnya.

Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengatakan, upaya pencarian terhadap para korban akan terus dilakukan hingga semua korban hilang bisa ditemukan. Karena itu, dia akan mengusulkan jadwal tanggap darurat yang sudah ditetapkan hingga 19 Desember bisa diperpanjang. ”Sampai korban ditemukan semua,” katanya.

Proses pencarian korban hilang memang berjalan tidak mudah. Seperti kemarin, proses evakuasi tidak bisa berlangsung sehari penuh, sebab sekitar pukul 14.30 WIB gerimis turun. Selain itu, kabut juga menutup puncak perbukitan lokasi longsor. Tidak mau ambil risiko, sejumlah alat berat yang dikerahkan pun dijauhkan dari lokasi bencana.

Sementara itu, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jateng menyebut jenazah korban longsor tetap bisa diidentifikasi walaupun dengan kondisi hancur. Hal ini untuk menjawab keresahan warga di sekitar lokasi bencana yang kebingungan, sebab masih ada beberapa anggota keluarganya yang hilang tidak diketahui pasti nasibnya, apakah meninggal atau masih hidup.

Kepala Bidang Kedokteran Kesehatan (Dokkes) Polda Jateng Kombes Pol Rini Muliawati menyebut proses identifikasi jenazah bisa dilakukan dengan tes DNA. ”Mau waktunya kapan, mau sebulan atau lebih, masih bisa dikenali. Lewat DNA. Nanti jika ada pihak keluarga yang mengaku anggota keluarganya hilang (meninggal) bisa dites DNA.Lalu dibandingkan. Jika identik (cocok) berarti itu keluarganya,” ungkapnya.

DVI Polda Jateng sendiri telah membuka posko Ante Mortem di lokasi. Mereka menerima laporan warga yang kehilangan anggota keluarganya. Di pos ini, pihak keluarga memberikan keterangan ciri-ciri orang hilang yang dimaksud, di antaranya pakaian terakhir yang dikenakan korban, apakah ada tanda lahir atau bekas luka, tinggi badan, berat badan, model rambut ataupun foto semasa hidup. ”Berapa lama posko ini dibuka, kami menyesuaikan dengan tim evakuasi,” tandasnya.

Muncul Kolam, Longsor Susulan Rawan terjadi

Sebuah kolam berukuran 30 meter persegi berisi air dengan kedalaman satu meter terbentuk di sisi timur puncak longsor yang terjadi di Dusun Jemblung, Sampang, Karangkobar, Banjarnegara. Keberadaan kolam tersebut dapat memicu longsoran yang lebih besar dari sebelumnya. Sebab jika sampai terjadi longsor lagi, material tanah yang saat ini sudah menimbun pemukiman warga, masih bisa terbawa lagi.

”Ini adalah kesimpulan sementara dari tim gerakan tanah yang kita minta untuk melakukan kajian tanah di sekitar kawasan longsor,” ujar Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno kemarin. Saat ini, jelas dia, sedang disusun upaya untuk menghilangkan air di kolam tersebut. Namun, langkah itu butuh kehati- hatian sebab kondisi tanah di lokasi longsor juga masih sangat berbahaya.

”Jangan sampai ada korban lagi,” tegasnya. Dia lantas menuturkan adanya hasil penelitian tentang gerakan tanah yang cukup signifikan di sisi barat. Pada Sabtu (13/12) lalu, gerakan tanah yang terjadi di lokasi itu mengakibatkan rekahan dengan kedalaman 75 cm. Namun kemarin (kemarin), kedalaman rekahan sudah mencapai 1,5 m. Padahal tidak terjadi hujan yang cukup deras, sejak Sabtu lalu.

Jika terus terjadi hujan deras, lanjut dia, rekahan itu bisa terus terdorong ke bawah. Rekahan itu mengarah ke dusun Krakal, Desa Slatri. ”Rekomendasi kita agar warga terus waspada. Baik pada saat hujan maupun setelah hujan,” sebutnya. Kasubdit Mitigasi Bencana Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Kegunungapian (PVMBG) Kristiyanto mengatakan, pembuangan air di kolam tersebut tidak boleh sembarangan.

”Kemungkinan akan kita gunakan pipa-pipa kecil sehingga air tidak terbuang secara langsung,” jelasnya. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FHB Soelistiyo juga mengkhawatirkan kembali terjadinya longsor. Dia memaparkan, dari hasil pantauan udara diketahui sejumlah wilayah di Banjarnegara sudah mulai terkelupas.

”Dari pantauan udara yang kami lakukan tadi, ternyata benar apa yang dikatakan oleh pejabat-pejabat sebelumnya, bahwa Banjarnegara berpotensi longsor. Banyak tanah yang sudah terkelupas dan timbul retakan-retakan,” katanya. Yang lebih mengkhawatirkan, di sekitar tanah yang retak tersebut masih banyak permukiman penduduknya. Ada yang permukimannya di atas retakan, ada yang di bawah retakan.

Eka setiawan/Prahayuda febrianto/Muh slamet
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0857 seconds (0.1#10.140)