Longsor Susulan Mengancam

Senin, 15 Desember 2014 - 10:26 WIB
Longsor Susulan Mengancam
Longsor Susulan Mengancam
A A A
BANJARNEGARA - Longsor susulan masih mengancam sejumlah dusun di Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Kontur tanah yang berbukit-bukit dan rapuh serta curah hujan yang tinggi menjadikan daerah itu semakin rawan.

Wilayah yang rentan tanah longsor antara lain Desa Gumelar, Desa Paweden, Desa Sampang, Desa Karangkobar, Desa Slatri, Desa Tanggapan, Desa Pagerrpelah dan Desa Pasuruan.

”Memang bisa dikatakan hampir seluruh wilayah di Kecamatan Karangkobar ini rawan longsor. Tidak hanya Dusun Jemblungsaja. Bahkansebenarnya musibah longsor Dusun Jemblung di luar perkiraan kami (terjadi longsor),” kata Camat Karangkobar, Yusuf Arigar, kemarin. Ribuan warga yang berada di kawasan longsor sudah dipindahkan ke tempat pengungsian.

Hingga kemarin siang, jumlah total pengungsi mencapai sekitar 2.031 jiwa. ”Sejumlah posko pengungsian yakni di Kantor Kecamatan Karangkobar, Perhutani, GOR SMA Karangkobar, Balai Desa Leksana, Balai Desa Karangkobar, Pos TPQ Ngaliyan, Madrasah Sodagaran dan sejumlah rumah warga,” tambahnya.

Kasi Trantib Kecamatan Karangkobar, Priyo Triyono mengakui, bencana longsor yang menimpa Dusun Jemblung itu di luar perkiraan. Sebab wilayah tersebut sangat jarang terjadi longsor. ”Yang kemarin sudah longsor itu malah Dusun Diweg, Desa Karangkobar. Tapi memang belum semuanya. Kalau Dusun Jemblung itu malah mengagetkan istilahnya. Serba di luar prediksi kami,” tandasnya.

Kepala Subbid Litigasi Bidang Tanah Badan Geologi, Kristianto mengatakan, Dusun Jemblung dan sekitarnya memiliki potensi kerentanan gerakan tanah tingkat menengah hingga tinggi. ”Kami sudah petakan sebelumnya, sehingga kami imbau warga untuk berhati- hati saat curah hujan tinggi,” tambahnya.

Longsor menerjang Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jumat (12/12) petang. Hingga kemarin, tim gabungan telah mengevakuasi 22 jenazah korban longsor di dusun tersebut.

Dengan demikian, total korban tewas yang telah ditemukan mencapai 42 orang. Adapun 66 orang masih dalam pencarian. Pencarian korban longsor terus dilakukan oleh tim SAR Gabungan. Total relawan yang sudah tercatat di Posko Induk sekitar 2.200 orang. ”Jumlah itu di luar anggota TNI dan Polri,” kata Koordinator Tim SAR bencana tanah longsor Jemblung, Setiyo Bangun.

Namun jumlah itu akan terus bertambah karena hingga kemarin siang ratusan relawan dari berbagai daerah terus berdatangan. ”Ada sekitar 95 kelompok relawan dari seluruh Pulau Jawa yang ke sini. Belum lagi tambahan dari Kostrad dan Kopassus,” terangnya.

Jenazah korban longsor yang telah ditemukan kemudian dibawa ke Posko Pemulasaran Jenazah dan Posko Post Mortem Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jateng. Kepala Bidang Kedokteran Kepolisian (Dokkes) Polda Jateng Kombes Pol Rini Muliawati mengatakan, proses identifikasi jenazah dilakukan bersama keluarga yang mengaku kehilangan anggota keluarganya dengan melihat langsung korban disertai dengan ciri-ciri lainnya.

Untuk memudahkan identifikasi, DVI Polda Jateng membuka Posko Ante Mortem di dekat lokasi longsor di Dusun Jemblung. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jateng mengimbau proses pencarian korban longsor di Dusun Jemblung hanya dilakukan pada pagi hingga siang hari.

Ini lantaran pada sore hingga malam hari berpotensi hujan sedang hingga lebat sehingga membahayakan para tim gabungan di lapangan. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng, Reni Kraningtyas, mengatakan di wilayah Jateng bagian tengah, selatan, dan timur berpotensi terjadi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan. Kabupaten Banjarnegara masuk dalam bagian tengah.

”Dominan hujan sedang hingga lebat diperkirakan terjadi pada sore hingga malam sehingga kami mengimbau evakuasi atau pencarian korban longsor di Banjarnegara sebaiknya pada pagi hingga siang hari,” katanya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin mengunjungi lokasi bencana longsor. Jokowi melihat langsung proses evakuasi salah satu korban yang terkubur longsor. ”Fokus pertama evakuasi dulu. Kita tidak bisa bicara lain lagi dulu,” katanya. Presiden juga berharap, akses jalan utama yang tertimbun longsor, segera teratasi.

”Sehingga alat berat bisa masuk lokasi bencana,” tandasnya. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meminta kebutuhan para pengungsi dipenuhi, baik kebutuhan makanan maupun sandang. ”Terutama selimut terpenuhi, sebab kalau malam di sini dingin. Selain itu juga kebutuhan pakaian anak-anak karena jumlah pengungsi terus meningkat,” katanya.

Rawan Longsor

Wilayah Banjarnegara memang merupakan salah satu kawasan di Jateng yang memiliki potensi longsor tinggi karena tanahnya labil. Hal itu karena di kabupaten tersebut banyak lereng curam sehingga memengaruhi kekuatan tanah.

”Karena faktor kecuraman lereng membuat tanah di tempat itu tidak kuat sehingga lerengnya tidak stabil ketika curah hujan tinggi turun,” ujar pakar geologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Dwiyanto Joko Suprapto.

Dia menyebut terjadinya tanah longsor dipengaruhi banyak faktor. Selain jenis tanah, juga kondisi lereng dan kekuatan tanah. Faktor lainnya seperti curah hujan tinggi dan faktor manusia yang membuat permukiman dengan memangkas bukit.

”Tanah yang paling mudah longsor itu jenis lempung murni, yakni tanah yang berasal dari pelapukan batu lempung,” ujarnya. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bertambahnya jumlah penduduk dan curah hujan ekstrem menyebabkan risiko longsor makin tinggi.

Di Indonesia, ada sekitar 40,9 juta jiwa penduduk yang terpapar bahaya longsor sedang hingga tinggi. ”Wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah provinsi yang paling banyak bencana longsor,” tambahnya.

Prahayuda febrianto/ Eka setiawan/ Muh slamet/Susilo himawan/Ratih keswara/M abduh
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6327 seconds (0.1#10.140)