Inspirasi Seni Berargumentasi
A
A
A
Muda, namun sudah banyak pengalaman. Itulah yang tergambar dari sosok pengacara kondang Andi Simangunsong. Pria berusia 33 tahun ini telah merintis karier hukum sejak 2002 ketika menjadi pengacara publik di sebuah lembaga bantuan hukum (LBH) di Jakarta.
Meski mengaku tidak mendapat bayaran dari para kliennya kala itu, Andi begitu biasa dia disapa terus menekuni profesi yang telah menjadi passion -nya itu. Walau saat bersamaan keluarga serta orang di sekelilingnya sempat menentang. Bagaimanakah upaya Andi hingga akhirnya berhasil menjalani karier lawyer dan meyakinkan keluarga serta orang-orang di sekelilingnya? Berikut petikan wawancara yang berhasil dihimpun KORAN SINDO.
Sebetulnya apa motivasi Anda ingin menjadi lawyer?
Keluarga saya tidak ada yang menjadi lawyer. Justru saya tertarik menjadi pengacara setelah membaca buku Gerry Spence berjudul Seni Berargumentasi dan Menang Setiap Saat . Buku itu membuat saya tertarik untuk menjadi seorang lawyer.
Untuk mewujudkannya, apa yang Anda lakukan?
Saya mulai ambil kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Selepas lulus, saya memulai karier di LBH. Di sana selama tujuh tahun (2002-2009) saya menjadi public defender (pembela rakyat). Namun, saat bersamaan saya juga menjadi lawyer komersial di Kantor Pak Hotma Sitompul.
Benar pada awalnya ada pertentangan dari keluarga?
Awal saya masuk Fakultas Hukum memang banyak yang mempertanyakan karena saya dari jurusan ilmu pasti, lalu kenapa saya justru ambil lawyer? Sebagian mempertanyakan dan bilang enggak salah pilih tuh ? Apalagi waktu itu menjadi lawyer belum terlalu favorit. Tapi, karena itu menjadi passion saya makanya saya pilih. Keluarga juga sama, karena mereka kan pasti memikirkan yang terbaik untuk kita. Mereka awalnya berpikir, itu bukan yang terbaik. Tapi, begitu melihat ke depan, mereka menyadari bahwa ternyata sepanjang seseorang itu menjalani passion-nya, ya sudah, keluarga men-support saja.
Sebagai lawyer muda, apakah tantangannya?
Saya kelahiran 1981, jadi sekarang usia saya 33 tahun. Namun, saya sudah berhasil membuka kantor di usia 28 tahun pada 2009 di Menara Thamrin. Kalau ditanya tantangan, sebenarnya muda atau tua sama. Kami ini tantangan utamanya sebenarnya trust. Bagaimana orang-orang yang memiliki masalah itu bisa mempercayakan masalahnya kepada kita. Kita kerja ini menawarkan jasa.
Tapi, orang muda biasanya suka dipandang sebelah mata?
Memang kalau dulu sempat ada yang menyampaikan kalau lawyer muda itu kurang dipilih oleh klien. Tapi, itu saya buktikan dan saya patahkan. Klien melihat trek rekor dan pencapaian kita. Klien sekarang biasanya sebelum datang sudah melihat background dulu sebelum dia bertemu kita dan menunjuk kita sebagai lawyer yang akan menghandel masalahnya.
Strategi Anda untuk menjaga kepercayaan klien?
Mereka biasanya surprise begitu bertemu dan melihat kok muda sekali. Tapi, karena mereka melihat kita merancang strategi dan akhirnya menjalankan perkaranya itu dengan baik, mereka umumnya lebih comfort. Hampir seluruh klien kami comfort dengan penanganan kami. Tantangan lawyer Indonesia itu adalah repeat order . Banyak lawyer yang setelah menangani klien, namun setelah itu kliennya malah kapok tidak mau pakai lagi.
Kalau kita di kantor, klien kita itu hampir semua klien repeat order karena dia happy dengan penanganan kita. Maka case berikutnya, transaksi berikutnya dikasih ke kita. Karena pemilihan lawyer itu tidak mudah. Ini jasa dan integritas nomor satu. Kalau sampai lawyer tidak punya integritas, bisa berantakan nasib dari klien. Jadi kalau sudah teman tepercaya, keluarga yang me-refer itu ada nilai tambah bahwa orang itu berintegritas.
Klien Anda datang dari mana saja?
Bermacam-macam ya , ada dari perseorangan, kelompok, atau instansi. Tapi, kebanyakan memang klien kita itu by references. Jadi ada referensi dari existing client yang karena mereka happy dengan pelayanan kita akhirnya begitu ada temannya yang membutuhkan lawyer yang bisa dipercaya, kemudian mereka suka me-refer kepada kita.
Dari sekian banyak kasus yang pernah Anda tangani, adakah yang berkesan?
Semua kasus punya kesan manisnya tersendiri, baik dari kasus yang tidak berfokus pada financial ataupun yang dibayar. Seperti pada penanganan kasuskasus di LBH, saya banyak membantu dan tidak dibayar sama sekali. Kalaupun mereka ingin memberi, kita tolak karena kita tahu mereka orang tidak mampu yang minta bantuan ke LBH.
Jadi saat ditanya kasus mana yang berkesan, mungkin jawabnya di setiap kasus yang bagaimana kita melihat orang itu bergantung dan kita harus menjaga kepercayaannya. Jangan sampai kita let them down ,jangan sampai buat mereka kecewa.
Pengetahuan masyarakat terhadap hukum?
Pemahaman hukum di masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun sudah semakin meningkat. Itu tercermin dari masyarakat kita sekarang sudah mengerti bahwa kalau ada masalah memang jalur hukumlah tempatnya. Kalau mungkin dulu ada jalur-jalur lain, melalui kekerasan dan hukum rimba atau diam saja menerima nasib, tapi sekarang sudah mulai normal dan wajar di masyarakat. Kalau ada sengketa, yang dihubungi pengacara dan tempuh jalur hukum.
Harapan untuk karier ke depan?
Saya berharap semakin ke depan hukum kita semakin profesional. Artinya yang membuat seseorang menang atas perkaranya adalah pure karena faktafakta dan kepiawaian dari lawyernya, bukan faktor lain. Dengan demikian, kepercayaan atas institusi pengadilan akan meningkat.
Kalau orang beperkara dan satu-satunya faktor yang menentukan adalah substansi serta kepiawaian dari lawyer- nya, jangankan masyarakat Indonesia, masyarakat asing pun akan percaya pada peradilan kita, pada arbitrase di negara kita. Jadi hal yang koneksi seharusnya bukan menjadi pertimbangan sama sekali di dalam pemutusan perkara.
Saya bersyukur punya koneksi dan kenalan yang cukup luas, tapi saya menyadari tidak semua lawyer punya itu. Saya ingin semua orang bisa bersaing fair trial, di mana tanpa koneksi pun, sepanjang substansi perkaranya kuat dan kuasa hukum bisa membawakannya dengan cara cukup baik, dia bisa memenangkan perkara.
Saran untuk menjadi lawyer sukses?
Kunci keberhasilan itu passion untuk menjadi yang terbaik. Menjadi pengacara jangan berharap mengejar menjadi kaya, tetapi lakukan yang terbaik. Apabila kita sudah masuk ke dalam jajaran lawyer papan atas, materi akan mengikuti.
Dian ramdhani
Meski mengaku tidak mendapat bayaran dari para kliennya kala itu, Andi begitu biasa dia disapa terus menekuni profesi yang telah menjadi passion -nya itu. Walau saat bersamaan keluarga serta orang di sekelilingnya sempat menentang. Bagaimanakah upaya Andi hingga akhirnya berhasil menjalani karier lawyer dan meyakinkan keluarga serta orang-orang di sekelilingnya? Berikut petikan wawancara yang berhasil dihimpun KORAN SINDO.
Sebetulnya apa motivasi Anda ingin menjadi lawyer?
Keluarga saya tidak ada yang menjadi lawyer. Justru saya tertarik menjadi pengacara setelah membaca buku Gerry Spence berjudul Seni Berargumentasi dan Menang Setiap Saat . Buku itu membuat saya tertarik untuk menjadi seorang lawyer.
Untuk mewujudkannya, apa yang Anda lakukan?
Saya mulai ambil kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Selepas lulus, saya memulai karier di LBH. Di sana selama tujuh tahun (2002-2009) saya menjadi public defender (pembela rakyat). Namun, saat bersamaan saya juga menjadi lawyer komersial di Kantor Pak Hotma Sitompul.
Benar pada awalnya ada pertentangan dari keluarga?
Awal saya masuk Fakultas Hukum memang banyak yang mempertanyakan karena saya dari jurusan ilmu pasti, lalu kenapa saya justru ambil lawyer? Sebagian mempertanyakan dan bilang enggak salah pilih tuh ? Apalagi waktu itu menjadi lawyer belum terlalu favorit. Tapi, karena itu menjadi passion saya makanya saya pilih. Keluarga juga sama, karena mereka kan pasti memikirkan yang terbaik untuk kita. Mereka awalnya berpikir, itu bukan yang terbaik. Tapi, begitu melihat ke depan, mereka menyadari bahwa ternyata sepanjang seseorang itu menjalani passion-nya, ya sudah, keluarga men-support saja.
Sebagai lawyer muda, apakah tantangannya?
Saya kelahiran 1981, jadi sekarang usia saya 33 tahun. Namun, saya sudah berhasil membuka kantor di usia 28 tahun pada 2009 di Menara Thamrin. Kalau ditanya tantangan, sebenarnya muda atau tua sama. Kami ini tantangan utamanya sebenarnya trust. Bagaimana orang-orang yang memiliki masalah itu bisa mempercayakan masalahnya kepada kita. Kita kerja ini menawarkan jasa.
Tapi, orang muda biasanya suka dipandang sebelah mata?
Memang kalau dulu sempat ada yang menyampaikan kalau lawyer muda itu kurang dipilih oleh klien. Tapi, itu saya buktikan dan saya patahkan. Klien melihat trek rekor dan pencapaian kita. Klien sekarang biasanya sebelum datang sudah melihat background dulu sebelum dia bertemu kita dan menunjuk kita sebagai lawyer yang akan menghandel masalahnya.
Strategi Anda untuk menjaga kepercayaan klien?
Mereka biasanya surprise begitu bertemu dan melihat kok muda sekali. Tapi, karena mereka melihat kita merancang strategi dan akhirnya menjalankan perkaranya itu dengan baik, mereka umumnya lebih comfort. Hampir seluruh klien kami comfort dengan penanganan kami. Tantangan lawyer Indonesia itu adalah repeat order . Banyak lawyer yang setelah menangani klien, namun setelah itu kliennya malah kapok tidak mau pakai lagi.
Kalau kita di kantor, klien kita itu hampir semua klien repeat order karena dia happy dengan penanganan kita. Maka case berikutnya, transaksi berikutnya dikasih ke kita. Karena pemilihan lawyer itu tidak mudah. Ini jasa dan integritas nomor satu. Kalau sampai lawyer tidak punya integritas, bisa berantakan nasib dari klien. Jadi kalau sudah teman tepercaya, keluarga yang me-refer itu ada nilai tambah bahwa orang itu berintegritas.
Klien Anda datang dari mana saja?
Bermacam-macam ya , ada dari perseorangan, kelompok, atau instansi. Tapi, kebanyakan memang klien kita itu by references. Jadi ada referensi dari existing client yang karena mereka happy dengan pelayanan kita akhirnya begitu ada temannya yang membutuhkan lawyer yang bisa dipercaya, kemudian mereka suka me-refer kepada kita.
Dari sekian banyak kasus yang pernah Anda tangani, adakah yang berkesan?
Semua kasus punya kesan manisnya tersendiri, baik dari kasus yang tidak berfokus pada financial ataupun yang dibayar. Seperti pada penanganan kasuskasus di LBH, saya banyak membantu dan tidak dibayar sama sekali. Kalaupun mereka ingin memberi, kita tolak karena kita tahu mereka orang tidak mampu yang minta bantuan ke LBH.
Jadi saat ditanya kasus mana yang berkesan, mungkin jawabnya di setiap kasus yang bagaimana kita melihat orang itu bergantung dan kita harus menjaga kepercayaannya. Jangan sampai kita let them down ,jangan sampai buat mereka kecewa.
Pengetahuan masyarakat terhadap hukum?
Pemahaman hukum di masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun sudah semakin meningkat. Itu tercermin dari masyarakat kita sekarang sudah mengerti bahwa kalau ada masalah memang jalur hukumlah tempatnya. Kalau mungkin dulu ada jalur-jalur lain, melalui kekerasan dan hukum rimba atau diam saja menerima nasib, tapi sekarang sudah mulai normal dan wajar di masyarakat. Kalau ada sengketa, yang dihubungi pengacara dan tempuh jalur hukum.
Harapan untuk karier ke depan?
Saya berharap semakin ke depan hukum kita semakin profesional. Artinya yang membuat seseorang menang atas perkaranya adalah pure karena faktafakta dan kepiawaian dari lawyernya, bukan faktor lain. Dengan demikian, kepercayaan atas institusi pengadilan akan meningkat.
Kalau orang beperkara dan satu-satunya faktor yang menentukan adalah substansi serta kepiawaian dari lawyer- nya, jangankan masyarakat Indonesia, masyarakat asing pun akan percaya pada peradilan kita, pada arbitrase di negara kita. Jadi hal yang koneksi seharusnya bukan menjadi pertimbangan sama sekali di dalam pemutusan perkara.
Saya bersyukur punya koneksi dan kenalan yang cukup luas, tapi saya menyadari tidak semua lawyer punya itu. Saya ingin semua orang bisa bersaing fair trial, di mana tanpa koneksi pun, sepanjang substansi perkaranya kuat dan kuasa hukum bisa membawakannya dengan cara cukup baik, dia bisa memenangkan perkara.
Saran untuk menjadi lawyer sukses?
Kunci keberhasilan itu passion untuk menjadi yang terbaik. Menjadi pengacara jangan berharap mengejar menjadi kaya, tetapi lakukan yang terbaik. Apabila kita sudah masuk ke dalam jajaran lawyer papan atas, materi akan mengikuti.
Dian ramdhani
(bbg)