Yogyakarta Siap Jadi Percontohan

Kamis, 11 Desember 2014 - 12:07 WIB
Yogyakarta Siap Jadi Percontohan
Yogyakarta Siap Jadi Percontohan
A A A
YOGYAKARTA - Pemberhentian sementara pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dinilai kurang tepat.

Meski masih memiliki kelemahan, pelaksanaan kurikulum baru seharusnya tetap dilanjutkan. Dengan catatan, wajib diimbangi dengan pembenahan dan evaluasi. “Sudah kepalang basah, harusnya dilanjutkan saja. Kalau balik ke Kurikulum 2006, guru-guru yang sudah menjalankan Kurikulum 2013 harus menyesuaikan lagi. Jadi, biarkan saja terus jalan sambil pembenahan.Biar kondisi ini juga jadi pembelajaran semua pihak bahwa jangan asal saja memaksakan kehendak yang persiapannya belum matang,” ungkap Kepala SMA Bopkri I Yogyakarta Andar Rujito, kemarin.

Kepada KORAN SINDO, Andar menuturkan, pihaknya akan terus menerapkan Kurikulum 2013.Hal tersebut sesuai surat edaran (SE) mendikbud yang menyebutkan bagi sekolah yang telah menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 2013– 2014 lalu diperbolehkan terus menerapkannya. Merasa mampu melanjutkan, pihak sekolah memutuskan tetap melanjutkannya.

“Mayoritas sekolah di DIY rasanya sudah siap melaksanakan Kurikulum 2013. Jadi kalau saya berharap semua sekolah di DIY bisa terus menerapkan kurikulum ini, daripada harus mundur lagi. Tapi pemerintah juga harus komitmen melakukan perbaikan agar semua daerah, tak hanya DIY benar- benar siap dengan Kurikulum 2013,” ujar Andar.

Terkait bagus tidaknya kurikulum, menurut Andar, semua kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia, termasuk Kurikulum 2006 dan 2013 ini baik. Kurikulum memang seharusnya ikut berkembang, tapi perubahannya tidak bisa serta merta tanpa kajian ilmiah dan uji coba. Sebagai pelaksana di lapangan, dia mengusulkan sejumlah pembenahan terkait pelaksanaan Kurikulum 2013.

“Pembenahan yang bisa dilakukan ialah pada sistem dan format penilaian. Penilaian harusnya sesuai kapasitas, kemampuan, dan pemahaman guru. Penilaian yang berlaku di Kurikulum 2013 menggunakan penilaian huruf yakni A, B, C, dan seterusnya yang disertai narasi. Kenapa itu tidak dikembalikan lagi ke penilaian terdahulu yang menggunakan angka 0–100 yang lebih mudah dipahami. Toh penilaian tetap mengintegrasikan antara kemampuan ilmu, sikap, dan keterampilan anak,” tuturnya.

Terpisah, Kepala SD Negeri Percobaan 4 WatesTimbul Widodo mengutarakan, para guru di sekolahnya selama ini tidak mengalami kendala serius terkait pelaksanaan Kurikulum 2013. Karena itu, pihaknya sepakatsaja jika penerapan akan terus dilakukan, begitu pula jika memang ada perintah untuk memberhentikan pelaksanaannya.

“Kami sendiri sudah melaksanakan Kurikulum 2013 sejak awal diterapkan 2013 lalu. Saat ini 80% guru kami sudah siap melaksanakannya. Memang masih ada kelas III dan VI yang masihmenggunakankurikulum lama. Tapi kalau Kurikulum 2013 mau dihentikan, berarti para guru kami harus melakukan penyesuaian kembali,” ucapnya.

Sama halnya dengan Andar, Timbul juga mengungkapkan kendala sistem penilaian yang terlalu rumit pada Kurikulum 2013. Menurut dia, sejak kurikulum lama, semua guru juga sudah memperhitungkan hasil pengamatan sikap dan keterampilan masing-masing siswa sebelum memberikan penilaian secara utuh.

“Untuk kebiasaan rasanya tidak perlu dilatih lagi karena para guru sejak dulu juga sudah dilakukan beberapa aspek selain nilaipelajaransebelummemberi nilai akhir. Hanya sistem penilaian menurut Kurikulum 2013 terlalu rumit karenanya perlu disederhanakan lagi,” ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, Kemendikbud menilai kualitas pendidikan di Yogyakarta sangat baik. Karena itu, daerah ini tetap bisa mengadopsi Kurikulum 2013. Hal ini disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan saat membuka International Fair of Special Educational Needs (IOSEN) 2014 di Hall Taman Pintar, Kota Yogyakarta.

Anies juga memastikan bahwa pemerintah tidak gontaganti kurikulum. Hanya perlu dilakukan persiapan yang lebih matang oleh sekolah jika akan menerapkan Kurikulum 2013. Terkait penerapan kurikulum yang saat ini ramai dibicarakan, dia mengutarakan, untuk sekolah di Yogyakarta tidak perlu khawatir dengan penggunaan Kurikulum 2013.

Hal itu mempertimbangkan kualitas pendidikan di Yogyakarta yang berbeda dengan daerah lain. “Masalahnya, guru-guru di Yogyakarta lebih siap. Mereka memiliki kemampuan melaksanakan Kurikulum 2013 ini,” ujarnya. Bahkan, bukan tidak mungkin DIY menjadi pilot project atau proyek percontohan dari penerapan kurikulum produksi Pemerintahan SBY.

“Jadi perlu digarisbawahi. Pemerintah bukan gonta-ganti kurikulum, tapi ini masalah kesiapan saja,” ucapnya. Mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut mengatakan, penerapanKurikulum2013 sangat tergantung dari kesiapan sekolah, bukan wilayah.

Ratih keswara
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7883 seconds (0.1#10.140)