Enam Tokoh Dianugerahi Penghargaan Achmad Bakrie

Kamis, 11 Desember 2014 - 11:32 WIB
Enam Tokoh Dianugerahi Penghargaan Achmad Bakrie
Enam Tokoh Dianugerahi Penghargaan Achmad Bakrie
A A A
JAKARTA - Enam tokoh dianugerahi Penghargaan Achmad Bakrie 2014 atas kontribusinya dalam pembangunan bangsa. Mereka dinilai berjasa besar dan memberikan inspirasi terhadap masyarakat luas lewat berbagai keahlian di bidangnya.

”Indonesia pantas berterima kasih karena karya-karya mereka memberi inspirasi, jalan hidup mereka menjadi angin segar bagi kemajuan bangsa. Selamat dan saya berikan apresiasi kepada para tokoh yang menerima penghargaan ini,” kata Aburizal Bakrie dalam malam penganugerahan Penghargaan Achmad Bakrie XII di Ballroom Gedung Jakarta Theater, Jakarta, tadi malam.

Aburizal menuturkan, Indonesia merupakan bangsa yang menghargai pengetahuan. Dalam konteks itu, Penghargaan Achmad Bakrie merupakan proses untuk membuka diri menjadi bangsa yang maju. ARB lantas mengajak masyarakat khususnya pemuda untuk menghargai pengetahuan, dunia pemikiran, kebudayaan, dan teknologi. ”Bangsa besar adalah bangsayangmenghargaiilmupengetahuan. Gagasan para ilmuwan mengubah cara pandang dunia. Kita butuh kaum sastrawan, filosof, dan budayawan memberi cinta, penuh nilai dan makna,” ungkap ketua umum DPP Partai Golkar ini.

Penghargaan Achmad Bakrie merupakan penganugerahan yang dipersembahkan keluarga besar Achmad Bakrie kepada tokoh-tokoh inspirasional yang telah berjasa dalam kehidupan bangsa. Sejak pertama digelar pada 2003 hingga kini sudah ada 45 anak bangsa berprestasi yang telah menerima penghargaan ini. Tahun ini penghargaan memasuki penyelenggaraan ke-12 dan diberikan kepada enam tokoh.

Mereka adalah Indrawati Gandjar di bidang sains, I Gede Wenten di bidang teknologi, Gunawan Indrayanto di bidang kesehatan, Mundardjito dan Emil Salim di bidang pemikiran sosial, serta Khoirul Anwar yang meraih penghargaan ilmuwan muda berprestasi. Salah satu penerima penghargaan, Mundardjito, mengaku terkejut atas apresiasi tersebut. Menurut dia, belum ada arkeolog sebelumnya yang mendapatkan penghargaan ini.

”Gagasan Achmad Bakrie patut dihargai, apalagi penghargaan ini berkelanjutan dan menjadi warisan bagi generasi selanjutnya. Saya berterima kasih,” katanya seusai menerima penghargaan itu. Sebagai arkeolog, dia mengaku mengemban tugas berat karena harus membuat sejarah bisa hidup kembali. Di sisi lain, banyak warisan sejarah dan budaya Indonesia yang masih tersimpan baik di dalam tanah maupun laut terancam oleh pembangunan.

”Pembangunan berbasis pelestarian harus digencarkan sebab warisan budaya dan sejarah sejatinya untuk kita semua,” ucapnya. Indrawati Gandjar yang menerima penghargaan di bidang sains mengemukakan, dirinya mulai melakukan penelitian tentang mikroorganisme pada tempe sejak 1961. ”Tempe kedelai adalah makanan khas Indonesia yang diakui peneliti dunia mempunyai gizi tinggi. Tempe membantu masyarakat kurang mampu bisa memenuhi gizinya. Saya ingin produk yang dipandang memiliki status sosial rendah menjadi lebih dihargai,” sebutnya.

Sementara Gunawan Indrayanto dalam sambutannya mengaku telah 40 tahun meneliti tanaman Indonesia. Menurutnya, alam Indonesia sangat luas dan potensial untuk pengembangan obat. ”Sebanyak 25% obat berasal dari tanaman. Kita meneliti bagaimana tanaman bisa membentuk bahan kimia dengan sendirinya kemudian menghasilkan obat. Jika kita mau berkolaborasi mengembangkan ini, bukan mustahil kita bisa swasembada obat, tidak lagi impor,” ungkapnya.

Dalam laporan Penghargaan Achmad Bakrie XII, I Gede Wenten dianugerahi atas dedikasinya yang aktif membangun industri membran di Indonesia. Salah satu aplikasi terbesar teknologi membran belakangan ini adalah di bidang pengolahan dan reklamasi air. Adapun Khoirul Anwar berhak atas penghargaan ini berkat jasanya pada bidang coding dan information theory untuk teknologi apa pun di bidang telekomunikasi.

Emil Salim yang memperoleh penghargaan bidang pemikiran sosial pernah menolak penghargaan ini tahun lalu. Tahun ini dia menerima dan menyerukan pentingnya dimensi lingkungan dalam pembangunan saat pembuat kebijakan buta lingkungan.

Khoirul muzakki
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4860 seconds (0.1#10.140)