Permudah Birokrasi Mahasiswa Asing

Kamis, 11 Desember 2014 - 11:25 WIB
Permudah Birokrasi Mahasiswa Asing
Permudah Birokrasi Mahasiswa Asing
A A A
JAKARTA - Pemerintah diminta mempermudah birokrasi bagi warga asing yang ingin bersekolah di Indonesia. Ini penting agar semakin banyak warga asing yang menuntut ilmu di Indonesia dan tidak lari ke negara tetangga seperti selama ini.

Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi Hamid mengatakan, sistem administrasi untuk penerimaan calon mahasiswa asing terlalu panjang. “Sistem administrasi harus dipermudah. Jangan terlalu birokratis untuk urusan di pendidikan tinggi jika tidak ingin mereka kabur untuk sekolah ke negara tetangga,” katanya kepada KORAN SINDOkemarin.

Berdasarkan data, jumlah mahasiswa asing di Indonesia mencapai 10.000 orang. Proses yang mesti ditempuh mereka untuk belajar di Indonesia terlalu bertele-tele. Misalnya, setelah menghubungi universitas yang dituju dan dinyatakan diterima, mereka harus mengurus sendiri izin kuliah dan visa.

Edy menjelaskan, Indonesia sangat berbeda dengan luar negeri yang tidak memperumit urusan administrasi. Mereka bahkan hanya meminta diurus visa pelajar dan tidak ada embelembel dokumen lain. Misalnya saja di Malaysia, setiap pelajar asing yang baru datang diminta untuk mendatangi international office(IO) yang akan mengurusi paspor dan visa pelajar.

Berkaca dari Malaysia, di Indonesia pun seharusnya pihak sekolah yang mengurus dokumen tersebut sesuai mekanisme yang berlaku. Meski begitu, tidak sembarang kampus bisa menggaet warga asing untuk bersekolah di Indonesia. Ada syarat khusus yang harus dipenuhi perguruan tinggi untuk dapat menerima mahasiswa asing belajar di universitasnya.

Dia mencontohkan kampus mesti menunjukkan dulu kinerja yang berstandar internasional, terutama dalam proses belajar mengajar. Selain tidak hanya harus didukung dosen yang berkualitas, tapi juga harus memiliki sarana prasarana yang memadai di antaranya teknologi dan perpustakaan yang canggih. ‘’Yang terpenting adalah proses interaksi berbahasa asing, terutama bahasa Inggris harus ada (di universitas tersebut),’’ paparnya.

Terkait hal di atas, dia mengharap makin banyak perguruan tinggi swasta di Indonesia yang program studinya terakreditasi pada skala internasional hingga berstatus world class university. “Sehingga arah ke depan ialah lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang berdaya saing,’’ katanya. Edy menerangkan, kampus swasta harus melakukan penguatan kelembagaan dan perubahan paradigma yang tidak sekadar berorientasi pada output.

Banyak warga asing memilih bersekolah di Singapura, Malaysia, hingga Australia. Rumitnya birokrasi di Indonesia ditengarai menjadi salah satu penghalang masuknya mahasiswa asing ke Indonesia. Padahal secara kualitas banyak universitas yang kualitasnya tak kalah dengan di luar negeri. Sebut saja Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, hingga Binus University.

Rektor Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung Ganjar Kurnia mengatakan, di kampusnya ada sekitar 1.100 mahasiswa asing. Dia mengakui urusan administrasi yang dianggap menyulitkan memang ada, khususnya pada perpanjangan visa yang harus dilakukan secara berkala. Karena itu, dia mendukung jika ada sistem yang baru untuk mempermudah proses pengurusan izin tinggal tersebut.

Ganjar mengungkapkan, untuk menarik minat warga asing belajar ke kampus Indonesia, programstudiumumsepertiteknik, kedokteran, dan sebagainya harus memiliki kualitas tinggi dan atau memiliki kekhasan yang tidak ada di tempat mereka. Seperti mata pelajaran bahasa Jawa yang bisa diambil sebagai mata kuliah warga asing tersebut.

Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Djaali menjelaskan, kampusnya juga diminati warga asing seperti dari Turki, Maroko, Rusia, Filipina, dan Thailand. Mereka rata-rata ingin mempelajari ilmu bahasa dan manajemen pendidikan. Kebanyakan mereka kuliah di UNJ karena kerja sama antarkampus. “Kedutaan besar mereka memfasilitasi dan proaktif agar mahasiswa dari negara mereka bisa kuliah di sini,” ungkapnya.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, pelajar atau mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri ataupun sebaliknya bisa juga berperan menjadi marketing agent yang memopulerkan destinasi wisata Indonesia sehingga akhirnya akan meningkatkan kunjungan wisatawan.

Strategi ini juga sudah dilakukan oleh China. “Orang-orang yang vokal di jejering sosial itu kebanyakan memang mahasiswa, jadi ini ide bagus,” ujarnya.Mengingat pemasaran lewat media sosial dan digital lebih murah dan berdaya jangkau lebih luas, Kementerian Pariwisata akan menggencarkan model pemasaran digital untuk promosi pariwisata Indonesia. “Kita juga akan undang para bloggeruntuk berpartisipasi,” sebutnya.

Neneng zubaidah/Inda susanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6121 seconds (0.1#10.140)