Perampokan di Taksi Bermotif Ekonomi

Rabu, 10 Desember 2014 - 16:35 WIB
Perampokan di Taksi Bermotif Ekonomi
Perampokan di Taksi Bermotif Ekonomi
A A A
JAKARTA - Perampokan dalam taksi yang dilakukan Sutrisno dkk murni bermotif ekonomi. Hal ini sekaligus menepis dugaan adanya persaingan bisnis operasional taksi. Kepada penyidik, Sutrisno mengaku perampokan dilakukan karena terdesak kebutuhan ekonomi.

“Motifnya karena para pelaku ini terimpit masalah ekonomi. Sejauh ini pengakuannya begitu, jadi murni ini kriminal,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto kemarin. Mengenai kemungkinan dugaan persaingan bisnis, Rikwanto menepis karena hingga saat ini penyidik belum menemukan indikasi ke arah sana. Bahkan, awalnya Sutrisno mencuri Express untuk dijual.

Karena tidak ada peminat, akhirnya taksi tersebut digunakan untuk merampok. “Awalnya taksi itu ditawarkan ke temannya, Edward alias ED. Namun kata ED enggak akan ada yang mau, akhirnya dipakai untuk merampok,” jelasnya. Penyidik Jatanras Polda Metro Jaya masih melacak keberadaan Express yang digunakan komplotan ini untuk merampok.

Pasalnya, seusai digunakan untuk merampok, para pelaku mengaku taksi tersebut hilang dibawa kabur oleh empat pria berpakaian safari. Rikwanto mengatakan, tiga tersangka terus mengaku Express tersebut hilang saat diparkir di indekos Sutrisno. “Anggota masih di lapangan untuk mencarinya karena mereka (pelaku) mengaku tidak tahu,” terangnya.

Polisi juga masih melacak identitas pria berbaju safari yang disebut Trisno telah mengambil Express tersebut. “Pengakuan Taksi Express diambil pria berbaju safari perlu dibuktikan kebenarannya,” tegasnya. Saat diwawancarai, Sutrisno mengaku nekat merampok karena membutuhkan biaya untuk menyekolahkan anaknya. Sejak ditinggal istrinya, Sutrisno menitipkan anaknya di rumah orang tuanya di Depok.

“Karena penghasilan saya sebagai sopir taksi tidak cukup, saya jadi gelap mata,” tukasnya. Diketahui, polisi telah berhasil menangkap tiga perampok dalam taksi. Ketiganya diringkus di lokasi berbeda, sedangkan satu lagi masih dalam pengejaran.

Tiga pelaku yakni Sutrisno alias Tris, 41, Agus Supriyanto, 22, dibekuk di Citayam, Depok, Minggu (7/12); dan Edwar Syah Jaya alias Eed, 31, ditangkap di Harmoni, Jakarta Pusat, Sabtu (6/12); serta yang masih buron berinisial J. Sutrisno dibekuk ketika sedang membawa penumpang di Sektor 2 Bintaro, Tangerang Selatan, Minggu (7/12). Lalu tersangka dibawa ke indekosnya di Kampung Makassar, Cililitan, Jakarta Timur, untuk mencari barang bukti.

Dari hasil pemeriksaan, Sutrisno diketahui sebagai otak aksi perampokan dalam taksi yang terjadi pada empat kasus serupa, yakni kejadian 26 November lalu menimpa karyawati di Kuningan, 28 November yang dialami dua karyawati di SCBD dan Kuningan, serta 1 Desember yang menimpa karyawati di SCBD, Jakarta Selatan. Head Public Relation Blue Bird Group Teguh Wijayanto mengakui, Sutrisno adalah sopir Taksi Blue Bird.

Dari catatan perusahaan, Sutrisno baru masuk pada September 2013. “Dia memang paramudi kami, namun dia itu pernah keluar dan masuk lagi pada September lalu,” jelasnya. Dari data perusahaan, Sutrisno tidak pernah melakukan tindak kejahatan bahkan dia termasuk pengemudi yang memiliki prestasi dan penghasilan di atas rata-rata. “Sistem kami ini kemitraan yaitu bagi hasil, sehingga tidak ada yang menjadi karyawan,” tuturnya.

Dengan terbukti terlibat dalam aksi kejahatan ini, secara otomatis Sutrisno diberhentikan sebagai sopir Blue Bird. Dengan bukti-bukti yang ada, Teguh menegaskan Blue Bird tidak terlibat serta tidak ada sangkut pautnya karena tindakan yang dilakukan adalah murni individu.

“Ini murni kriminal tidak ada kaitan dengan saingan bisnis, karena jumlah taksi di Jabodetabek tarifnya beda. Masing-masing manajemen punya sendiri,” tandasnya. Blue Bird juga mendukung polisi mengusut tuntas kasus ini. “Ini bukan bicara taksi biru dan putih, tapi makro kepercayaan masyarakat sebagai pengguna taksi. Kita mendorong masyarakat supaya menggunakan angkutan umum, jadi tidak perlu khawatir, apalagi masing-masing punya kelebihan dan kekurangan,” terangnya.

Pengamat transportasi Martin Budi Ilham mengapresiasi kecepatan Polda Metro Jaya yang telah menangkap pelaku perampokan di dalam taksi. Selain masyarakat, kejadian ini juga meresahkan pengelola taksi yang beroperasi di kawasan Jabodetabek. “Perusahaan operator taksi juga merasakan dampak dari kasus tersebut terhadap operasional mereka,” jelasnya.

Menurut Martin, pelaku perampokan harus dihukum seberat- beratnya karena telah menimbulkan keresahan, baik masyarakat maupun perusahaan taksi. Dengan penangkapan tiga pelaku, Martin menilai perusahaan taksi tentu senang dengan telah tertangkapnya tiga pelaku perampokan tersebut.

Diharapkan satu pelaku lagi dapat tertangkap dan sindikat perampok taksi ini bisa terungkap tuntas hingga akarakarnya, terutama siapa aktor intelektual di balik aksi tersebut. “Dengan demikian, para penumpang taksi di kawasan Jabodetabek merasa aman saat menaiki taksi, apa pun pilihannya,” tandas alumnus Edward College Transportation Dept, Australia ini.

Helmi syarif
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2940 seconds (0.1#10.140)