Meningkatkan Ekonomi Mandiri
A
A
A
Pengelolaan destinasi wisata dan pertambangan Indonesia dirasa belum cukup mandiri. Kita seolah masih belajar merangkak untuk memajukan dua sektor tersebut. Ini terlihat dari masih banyak pihak asing yang turun tangan mengelola destinasi wisata dan pertambangan Indonesia.
Kepandaian mereka dalam mengelola didukung dengan kemudahan akses berbisnis di Indonesia menjadikan bangsa Indonesia kalah saing. Kini destinasi wisata bahari Indonesia sedang naik daun. Ini didukung dengan wacana Presiden Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia kembali menjadi negara maritim.
Alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pun digadang-gadang akan dialihkan untuk sektor maritim. Faktanya, destinasi wisata bahari Indonesia masih banyak dikelola pihak asing. Misalnya Raja Ampat di Papua, wisata alam bawah laut yang memesona para penyelam, seharusnya menjadikan warganya sejahtera, tetapi kenyataannya tidak.
Belum mampunya pemerintah mengelola destinasi wisata dan tambang seolah menjadi legitimasi pihak asing untuk datang dan membantu mengelola sumber daya alam kita. Padahal, jika kita dapat mengelola secara mandiri, itu akan memajukan perekonomian Indonesia. Indonesia sebenarnya mampu berdiri sendiri mengelola sumber daya alam dengan baik.
Itu ditunjang dengan sumber daya manusia Indonesia yang mulai bersaing di kancah internasional. Banyak generasi penerus bangsa yang dapat mengelola dan menciptakan jaringan kuat dalam ekonomi mandiri. Selain itu, mereka juga mampu menciptakan beragam alat yang dapat digunakan untuk mendukung pengelolaan sektor wisata bahari dan pertambangan.
Namun, semua itu akan sia-sia jika tak ada perhatian pemerintah. Karena itu, marilah kita sebagai bangsa Indonesia meningkatkan kualitas diri sebelum Masyarakat Ekonomi ASEAN dibuka. Saat kita sudah mampu memperkuat ekonomi dengan mengelola secara mandiri sumber daya yang ada di Indonesia, kita tidak perlu takut kalah saing dengan pihak asing. Bangsa Indonesia haruslah tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Kepandaian mereka dalam mengelola didukung dengan kemudahan akses berbisnis di Indonesia menjadikan bangsa Indonesia kalah saing. Kini destinasi wisata bahari Indonesia sedang naik daun. Ini didukung dengan wacana Presiden Joko Widodo yang ingin menjadikan Indonesia kembali menjadi negara maritim.
Alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pun digadang-gadang akan dialihkan untuk sektor maritim. Faktanya, destinasi wisata bahari Indonesia masih banyak dikelola pihak asing. Misalnya Raja Ampat di Papua, wisata alam bawah laut yang memesona para penyelam, seharusnya menjadikan warganya sejahtera, tetapi kenyataannya tidak.
Belum mampunya pemerintah mengelola destinasi wisata dan tambang seolah menjadi legitimasi pihak asing untuk datang dan membantu mengelola sumber daya alam kita. Padahal, jika kita dapat mengelola secara mandiri, itu akan memajukan perekonomian Indonesia. Indonesia sebenarnya mampu berdiri sendiri mengelola sumber daya alam dengan baik.
Itu ditunjang dengan sumber daya manusia Indonesia yang mulai bersaing di kancah internasional. Banyak generasi penerus bangsa yang dapat mengelola dan menciptakan jaringan kuat dalam ekonomi mandiri. Selain itu, mereka juga mampu menciptakan beragam alat yang dapat digunakan untuk mendukung pengelolaan sektor wisata bahari dan pertambangan.
Namun, semua itu akan sia-sia jika tak ada perhatian pemerintah. Karena itu, marilah kita sebagai bangsa Indonesia meningkatkan kualitas diri sebelum Masyarakat Ekonomi ASEAN dibuka. Saat kita sudah mampu memperkuat ekonomi dengan mengelola secara mandiri sumber daya yang ada di Indonesia, kita tidak perlu takut kalah saing dengan pihak asing. Bangsa Indonesia haruslah tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
(bbg)