Tiga Perampok dalam Taksi Ditangkap
A
A
A
JAKARTA - Penyelidikan teror perampokan dalam taksi mulai terkuak setelah polisi menangkap tiga pelakunya. Ketiganya diringkus di lokasi berbeda, sedangkan satu lagi masih dalam pengejaran.
Tiga pelaku yakni Sutrisno alias Tris, 41, Agus Supriyanto, 22, dibekuk di Citayam, Depok, Minggu (7/12); dan Edwar Syah Jaya alias Eed, 31, ditangkap di Harmoni, Jakarta Pusat, Sabtu (6/12); serta yang masih buron berinisial J. ”Tris dibekuk ketika sedang membawa penumpang di Sektor 2 Bintaro, Tangerang Selatan, Minggu (7/12).
Lalu tersangka dibawa ke indekosnya di Kampung Makassar, Cililitan, Jakarta Timur, untuk mencari barang bukti. Saat ini ketiganya masih dalam pemeriksaan,” kata Kasubdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan kemarin.
Dari hasil pemeriksaan, Tris diketahui sebagai otak aksi perampokan dalam taksi yang terjadi pada empat kasus serupa, yakni kejadian 26 November lalu menimpa karyawati di Kuningan, 28 November yang dialami dua karyawati di SCBD dan Kuningan, serta 1 Desember yang menimpa karyawati di SCBD, Jakarta Selatan. Herry mengungkapkan Tris juga merupakan sopir salah satu perusahaan taksi ternama.
”Tris kerja di perusahaan taksi biru dan sudah empat tahun kerja di sana,” ucapnya. Bahkan, polisi telah menyita sejumlah barang bukti, termasuk seragam tempat Tris bekerja. Sementara itu, Eed bekerja sebagai sopir angkot 08 jurusan Tanah Abang-Kota. Pelaku ini berperan bersembunyi di dalam bagasi.
Pelaku lainnya yakni Agus, juga bertugas sembunyi di dalam bagasi pada perampokan di kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Herry menjelaskan, komplotan spesialis perampokan dalam taksi ini menggunakan Express dalam setiap aksinya. Taksi tersebut diperoleh oleh Tris dengan cara mencurinya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, 21 November, kemudian pihak Express baru melaporkan pada 24 November lalu.
”Sopir Taksi Express yang asli saat itu sedang makan, kuncinya masih nyantol di dalam taksi, lalu dia (Tris) curi taksi tersebut,” ujarnya. Atas kehilangan taksi ini, polisi telah mengecek ke pul Express di Kranggan, Cibubur, dan menyatakan memang ada taksi yang hilang. Setelah mencuri taksi tersebut, awalnya Tris berniat menjualnya.
Namun karena tidak ada yang membeli, akhirnya dia menyimpannya di indekosnya di Kampung Makassar, Cililitan. ”Kemudian dia pakai untuk merampok bersama teman-temannya,” kata Herry. Sebelum beraksi, Tris mengubah nomor lambung Taksi Express dari yang asli BD 6075 menjadi DP 8015.
Saat ini polisi masih mencari taksi tersebut, karena berdasarkan keterangan tersangka, Taksi Express hilang saat diparkir di indekosnya, pada Kamis (4/12) lalu. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengatakan, satu dari empat pelaku merupakan residivis dalam kasus yang sama. Namun, dia enggan menjelaskan identitas pelaku yang dimaksud dengan alasan masih dalam pengembangan.
”Penangkapan tiga pelaku berdasarkan keterangan korban yang mengenali ciri-ciri pelaku,” ucapnya. Menurut Senior Manager Costumer Service Express Group M Chalid, sampai saat ini pihaknya belum bisa memberikan komentar terkait penangkapan tiga perampok dalam taksi yang menggunakan Taksi Express. ”Kita masih rapat untuk membahasnya baik penangkapan maupun taksi yang hilang,” katanya.
PT Blue Bird Tbk membantah keterlibatan salah satu sopir perusahaannya dalam kasus perampokan dalam taksi di kawasan SCBD dan Kuningan, Jakarta Selatan. Public Relations PT Blue Bird Teguh Wijayanto mengaku masih bingung dengan informasi yang beredar terkait keterlibatan seorang sopir taksi berwarna biru. Pasalnya, tak hanya Blue Bird yang memiliki taksi biru.
”Taksi biru itu kan banyak, jadi kita perlu konfirmasi kembali,” katanya. Meski demikian, dia mengapresiasi upaya polisi untuk menangkap pelaku. Pihaknya juga mendukung langkah kepolisian untuk menyelesaikan kasus tersebut, sebab kasus semacam itu cukup merugikan pengelola taksi.
Kriminolog Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar mengatakan, kasus perampokan dalam taksi yang terjadi beberapa waktu lalu murni kriminal. Hanya, pelakunya melakukan pergeseran modus yaitu dengan membajak taksi lain ketika beraksi. Dengan demikian, identitas pelaku bisa tersamarkan. ”Kalau pakai taksi orang lain maka identitas pelaku tersamarkan.
Dibandingkan menggunakan taksi tempatnya bekerja, jejaknya mudah diketahui. Ini pertimbangan pelakumemakaitaksioranglain,” ujarnya. Jika dilihat dari latar belakang pekerjaan, pelaku dipastikan sudah mengetahui cara kerja kejahatan jalanan. ”Pelaku adalah pemain yang biasa beraksi. Mungkin dulunya pelaku bukanlah perampok taksi, tapi sekarang bergeser modusnya dengan menggunakan taksi orang lain,” katanya.
Helmi syarif/R Ratna purnama
Tiga pelaku yakni Sutrisno alias Tris, 41, Agus Supriyanto, 22, dibekuk di Citayam, Depok, Minggu (7/12); dan Edwar Syah Jaya alias Eed, 31, ditangkap di Harmoni, Jakarta Pusat, Sabtu (6/12); serta yang masih buron berinisial J. ”Tris dibekuk ketika sedang membawa penumpang di Sektor 2 Bintaro, Tangerang Selatan, Minggu (7/12).
Lalu tersangka dibawa ke indekosnya di Kampung Makassar, Cililitan, Jakarta Timur, untuk mencari barang bukti. Saat ini ketiganya masih dalam pemeriksaan,” kata Kasubdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan kemarin.
Dari hasil pemeriksaan, Tris diketahui sebagai otak aksi perampokan dalam taksi yang terjadi pada empat kasus serupa, yakni kejadian 26 November lalu menimpa karyawati di Kuningan, 28 November yang dialami dua karyawati di SCBD dan Kuningan, serta 1 Desember yang menimpa karyawati di SCBD, Jakarta Selatan. Herry mengungkapkan Tris juga merupakan sopir salah satu perusahaan taksi ternama.
”Tris kerja di perusahaan taksi biru dan sudah empat tahun kerja di sana,” ucapnya. Bahkan, polisi telah menyita sejumlah barang bukti, termasuk seragam tempat Tris bekerja. Sementara itu, Eed bekerja sebagai sopir angkot 08 jurusan Tanah Abang-Kota. Pelaku ini berperan bersembunyi di dalam bagasi.
Pelaku lainnya yakni Agus, juga bertugas sembunyi di dalam bagasi pada perampokan di kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Herry menjelaskan, komplotan spesialis perampokan dalam taksi ini menggunakan Express dalam setiap aksinya. Taksi tersebut diperoleh oleh Tris dengan cara mencurinya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, 21 November, kemudian pihak Express baru melaporkan pada 24 November lalu.
”Sopir Taksi Express yang asli saat itu sedang makan, kuncinya masih nyantol di dalam taksi, lalu dia (Tris) curi taksi tersebut,” ujarnya. Atas kehilangan taksi ini, polisi telah mengecek ke pul Express di Kranggan, Cibubur, dan menyatakan memang ada taksi yang hilang. Setelah mencuri taksi tersebut, awalnya Tris berniat menjualnya.
Namun karena tidak ada yang membeli, akhirnya dia menyimpannya di indekosnya di Kampung Makassar, Cililitan. ”Kemudian dia pakai untuk merampok bersama teman-temannya,” kata Herry. Sebelum beraksi, Tris mengubah nomor lambung Taksi Express dari yang asli BD 6075 menjadi DP 8015.
Saat ini polisi masih mencari taksi tersebut, karena berdasarkan keterangan tersangka, Taksi Express hilang saat diparkir di indekosnya, pada Kamis (4/12) lalu. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengatakan, satu dari empat pelaku merupakan residivis dalam kasus yang sama. Namun, dia enggan menjelaskan identitas pelaku yang dimaksud dengan alasan masih dalam pengembangan.
”Penangkapan tiga pelaku berdasarkan keterangan korban yang mengenali ciri-ciri pelaku,” ucapnya. Menurut Senior Manager Costumer Service Express Group M Chalid, sampai saat ini pihaknya belum bisa memberikan komentar terkait penangkapan tiga perampok dalam taksi yang menggunakan Taksi Express. ”Kita masih rapat untuk membahasnya baik penangkapan maupun taksi yang hilang,” katanya.
PT Blue Bird Tbk membantah keterlibatan salah satu sopir perusahaannya dalam kasus perampokan dalam taksi di kawasan SCBD dan Kuningan, Jakarta Selatan. Public Relations PT Blue Bird Teguh Wijayanto mengaku masih bingung dengan informasi yang beredar terkait keterlibatan seorang sopir taksi berwarna biru. Pasalnya, tak hanya Blue Bird yang memiliki taksi biru.
”Taksi biru itu kan banyak, jadi kita perlu konfirmasi kembali,” katanya. Meski demikian, dia mengapresiasi upaya polisi untuk menangkap pelaku. Pihaknya juga mendukung langkah kepolisian untuk menyelesaikan kasus tersebut, sebab kasus semacam itu cukup merugikan pengelola taksi.
Kriminolog Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar mengatakan, kasus perampokan dalam taksi yang terjadi beberapa waktu lalu murni kriminal. Hanya, pelakunya melakukan pergeseran modus yaitu dengan membajak taksi lain ketika beraksi. Dengan demikian, identitas pelaku bisa tersamarkan. ”Kalau pakai taksi orang lain maka identitas pelaku tersamarkan.
Dibandingkan menggunakan taksi tempatnya bekerja, jejaknya mudah diketahui. Ini pertimbangan pelakumemakaitaksioranglain,” ujarnya. Jika dilihat dari latar belakang pekerjaan, pelaku dipastikan sudah mengetahui cara kerja kejahatan jalanan. ”Pelaku adalah pemain yang biasa beraksi. Mungkin dulunya pelaku bukanlah perampok taksi, tapi sekarang bergeser modusnya dengan menggunakan taksi orang lain,” katanya.
Helmi syarif/R Ratna purnama
(bbg)