Melayani Masyarakat dengan Bahasa Rakyat
A
A
A
JAKARTA - Menjadi hal lumrah ketika seorang bupati disapa dengan sapaan Pak atau Bu. Namun, tidak demikian dengan Bupati Kuningan Utje Ch Hamid Suganda, sering kali dipanggil Bunda oleh rakyatnya.
“Kurang lebih 50% masyarakat Kuningan memanggil saya Bunda,” ujar Utje saat melakukan kunjungan ke Kantor KORAN SINDO di Gedung Sindo kemarin. Dia mengatakan, panggilan itu tidak serta-merta diperoleh dengan mudah. Sapaan itu karena rakyat Kuningan merasa dekat dengannya. Kedekatan itu harus dilakukan dengan menyentuh dan menyapa langsung rakyat di bawah.
“Sebelum menjadi bupati dan masih menjadi ketua PKK, saya menyampaikan kepada masyarakat dengan bahasa mereka. Rakyat butuh sentuhan. Tidak bisa menjerit saja. Kami harus sampai ke bawah menyentuh dan menyapa,” ujarnya.
Tidak hanya dari panggilan, Utje mengaku masyarakat Kuningan juga tahu makanan kesukaannya. Karena itu, setiap melakukan kunjungan selalu ada makanan kesukaannya yang dihidangkan. “Mereka tahu saya suka buras. Setiap saya datang, itu pasti ada. Mau enak atau enggak enak, pasti saya makan. Dengan begitu, mereka akan senang,” ungkapnya.
Menurutnya, sudah bukan zamannya pemimpin yang feodal. Saat ini waktunya pemimpin melayani masyarakat. Karena itu, dia tak segan berjalan kaki demi menyapa rakyatnya secara langsung ketika melakukan kunjungan. “Bahasa kerennya pejabat harus melayani, bukan dilayani. Ini sudah bukan zaman feodal lagi. Ini tentang cara kita menyentuh masyarakat,” ujarnya.
Melayani masyarakat dengan langsung turun dan menyentuh ke bawah bukanlah hal baru bagi perempuan 62 tahun ini. Selain sebelumnya sebagai ketua PKK, Utje juga pernah menjadi pekerja sosial. “Saya ini mungkin karena basic-nya pekerja sosial atau volunter di sebuah organisasi yang namanya dulu Tenaga Sukarela Sosial. Terlepas dari saat itu saya istri bupati, kemudian dapat berkah dari Allah menjadi bupati.
Tetap konsentrasinya sama, yakni saya melayani masyarakat sebaik- baiknya sesuai kapasitas dan hati nurani saya,” ujarnya. Istri mantan bupati Kuningan dua periode, Aang Hamid Suganda, ini mengatakan, selain faktor pemimpin, media juga turut andil dalam membangun daerah. Hal ini pun dia sampaikan kepada jajaran redaksi di KORAN SINDO kemarin.
“Untuk media sebesar SINDO ini, bagaimana kita harus bisa menciptakan character building di masyarakat dan jajaran pemda untuk dibangun. Bangsa Indonesia ini besar dan begitu luar biasa. Secara pribadi maupun sebagai bupati, saya mengharapkan kerja sama dengan teman-teman media. Memang sifatnya ingin membangun daerah itu supaya lebih diketahui masyarakat banyak.
Apakah di internal Kuningan maupun di luar Kuningan,” paparnya. Lewat kerja sama dengan media, potensi Kabupaten Kuningan dapat diketahui berbagai kalangan masyarakat. Potensi ini dapat mendatangkan investasi guna membangun Kabupaten Kuningan. Apalagi, kabupaten itu memiliki potensi luar biasa.
“Sumber daya alamnya menjanjikan seperti Gunung Ciremai dan banyaknya objek-objek wisata. Nanti mungkin dengan dibuka bandara internasional di Majalengka, Kuningan akan menjadi daerah penunjang atau pendukung wisata. Pelabuhan laut internasional pun nantinya di Indramayu. Kebun Raya Kuningan pun bulan depan akan dilaunching,” ujarnya.
Utje juga menegaskan komitmennya menjadikan Kuningan sebagai kabupaten konservasi. Hal ini dilakukannya dengan tidak mengeluarkan kebijakan membangun pabrik-pabrik industri seperti di Bekasi dan Karawang.
“Kami akan memberikan kontribusi, setidak-tidaknya untuk Jawa Barat ruang terbuka hijau. Saya sudah mencanangkan 70%-30%. Tapi sekarang baru 60% ruang terbuka hijau, 40% bangunan. Jadi, izin apa saja yang sifatnya membangun rumah atau gedung harus seperti itu. Dan, di Jabar, kami yang jadi pionir,” ujarnya.
Dita angga
“Kurang lebih 50% masyarakat Kuningan memanggil saya Bunda,” ujar Utje saat melakukan kunjungan ke Kantor KORAN SINDO di Gedung Sindo kemarin. Dia mengatakan, panggilan itu tidak serta-merta diperoleh dengan mudah. Sapaan itu karena rakyat Kuningan merasa dekat dengannya. Kedekatan itu harus dilakukan dengan menyentuh dan menyapa langsung rakyat di bawah.
“Sebelum menjadi bupati dan masih menjadi ketua PKK, saya menyampaikan kepada masyarakat dengan bahasa mereka. Rakyat butuh sentuhan. Tidak bisa menjerit saja. Kami harus sampai ke bawah menyentuh dan menyapa,” ujarnya.
Tidak hanya dari panggilan, Utje mengaku masyarakat Kuningan juga tahu makanan kesukaannya. Karena itu, setiap melakukan kunjungan selalu ada makanan kesukaannya yang dihidangkan. “Mereka tahu saya suka buras. Setiap saya datang, itu pasti ada. Mau enak atau enggak enak, pasti saya makan. Dengan begitu, mereka akan senang,” ungkapnya.
Menurutnya, sudah bukan zamannya pemimpin yang feodal. Saat ini waktunya pemimpin melayani masyarakat. Karena itu, dia tak segan berjalan kaki demi menyapa rakyatnya secara langsung ketika melakukan kunjungan. “Bahasa kerennya pejabat harus melayani, bukan dilayani. Ini sudah bukan zaman feodal lagi. Ini tentang cara kita menyentuh masyarakat,” ujarnya.
Melayani masyarakat dengan langsung turun dan menyentuh ke bawah bukanlah hal baru bagi perempuan 62 tahun ini. Selain sebelumnya sebagai ketua PKK, Utje juga pernah menjadi pekerja sosial. “Saya ini mungkin karena basic-nya pekerja sosial atau volunter di sebuah organisasi yang namanya dulu Tenaga Sukarela Sosial. Terlepas dari saat itu saya istri bupati, kemudian dapat berkah dari Allah menjadi bupati.
Tetap konsentrasinya sama, yakni saya melayani masyarakat sebaik- baiknya sesuai kapasitas dan hati nurani saya,” ujarnya. Istri mantan bupati Kuningan dua periode, Aang Hamid Suganda, ini mengatakan, selain faktor pemimpin, media juga turut andil dalam membangun daerah. Hal ini pun dia sampaikan kepada jajaran redaksi di KORAN SINDO kemarin.
“Untuk media sebesar SINDO ini, bagaimana kita harus bisa menciptakan character building di masyarakat dan jajaran pemda untuk dibangun. Bangsa Indonesia ini besar dan begitu luar biasa. Secara pribadi maupun sebagai bupati, saya mengharapkan kerja sama dengan teman-teman media. Memang sifatnya ingin membangun daerah itu supaya lebih diketahui masyarakat banyak.
Apakah di internal Kuningan maupun di luar Kuningan,” paparnya. Lewat kerja sama dengan media, potensi Kabupaten Kuningan dapat diketahui berbagai kalangan masyarakat. Potensi ini dapat mendatangkan investasi guna membangun Kabupaten Kuningan. Apalagi, kabupaten itu memiliki potensi luar biasa.
“Sumber daya alamnya menjanjikan seperti Gunung Ciremai dan banyaknya objek-objek wisata. Nanti mungkin dengan dibuka bandara internasional di Majalengka, Kuningan akan menjadi daerah penunjang atau pendukung wisata. Pelabuhan laut internasional pun nantinya di Indramayu. Kebun Raya Kuningan pun bulan depan akan dilaunching,” ujarnya.
Utje juga menegaskan komitmennya menjadikan Kuningan sebagai kabupaten konservasi. Hal ini dilakukannya dengan tidak mengeluarkan kebijakan membangun pabrik-pabrik industri seperti di Bekasi dan Karawang.
“Kami akan memberikan kontribusi, setidak-tidaknya untuk Jawa Barat ruang terbuka hijau. Saya sudah mencanangkan 70%-30%. Tapi sekarang baru 60% ruang terbuka hijau, 40% bangunan. Jadi, izin apa saja yang sifatnya membangun rumah atau gedung harus seperti itu. Dan, di Jabar, kami yang jadi pionir,” ujarnya.
Dita angga
(bbg)