Dari Staf hingga Direktur Biasa Berjalan Kaki ke Kantor

Selasa, 09 Desember 2014 - 11:30 WIB
Dari Staf hingga Direktur Biasa Berjalan Kaki ke Kantor
Dari Staf hingga Direktur Biasa Berjalan Kaki ke Kantor
A A A
Rabu (3/12) pagi, udara terasa dingin di Shinjuku, Tokyo, Jepang. Masyarakat terlihat ramai hilir mudik berjalan kaki di sepanjang trotoar. Umumnya mereka muncul dari akses keluar masuk stasiun kereta bawah tanah (subway ) Shinjuku.

Stasiun itu memang terkoneksi hampir ke seluruh gedung di sekitar sana. Dengan berpakaian rapi dan formal, warga Tokyo tidak segan berjalan menyusuri trotoar menuju tempat kerja. Tidak peduli mereka siapa, apakah staf biasa, direktur atau pejabat eksekutif lainnya. Kebetulan pekan lalu Negeri Sakura tengah musim dingin.

Hal ini membuat warga semakin bersemangat berjalan kaki untuk menuju tempat kerja. Lokasi yang dituju bermacammacam. Ada yang mengarah ke Tokyo Metropolitan Government Buildings atau perkantoran komersial lainnya. Jarak perjalanan yang ditempuh pun beragam, mulai 500 meter hingga 1 km.

Mia San, 51, seorang warga Tokyo menuturkan, umumnya masyarakat lebih banyak berjalan kaki dan naik angkutan massal ke mana pun pergi. Angkutan massal dianggap lebih murah dan cepat dibandingkan kendaraan pribadi.

“Di sini kalau punya mobil mewah seperti Mercy pajaknya mahal, Rp9 juta/tahun. Kalau city car dengan kapasitas 700 CC pajaknya Rp700.000- 800.000/tahun. Syarat menggunakan mobil juga sangat rumit sehingga orang sini (Jepang) lebih memilih menggunakan angkutan umum,” terangnya kepada KORAN SINDO di Tokyo pekan lalu.

Dengan kebutuhan perjalanan yang bergantung pada angkutan umum, tidak heran trotoar selalu ramai oleh pejalan kaki. Menurut Mia San, bagi orang Jepang berjalan kaku sepanjang 2 km belumlah jauh. Tak hanya trotoar yang nyaman, udara di tengah kota begitu segar. Tidak ada kepulan asap yang menyembur dari kendaraan bermotor di jalan raya. Lalu lintas pun tidak padat.

Sepeda motor terlihat jarang melintas. Jika pun ada hanya satu dua dalam waktu satu jam. Pejalan kaki tidak perlu waswas diseruduk mobil atau sepeda motor yang ngebut . Pengendara selalu mendahulukan pejalan kaki ketika menyeberang jalan. Tidak ada sepeda motor yang berusaha mencuri jalur untuk bisa melintas lebih cepat. Tidak ada juga sepeda motor yang nekat melintas di atas trotoar.

Jikapun ada pengguna trotoar selain pejalan kaki, hanya pengguna sepeda. Di sepanjang trotoar juga dihiasi parkir sepeda. “Parkir sepeda umumnya gratis. Kalau parkir kendaraan bermotor bayar. Tarifnya lumayan,” ungkap wanita yang pernah tinggal beberapa tahun di Jakarta pada era 1990-an itu.

Yang paling menarik di sepanjang trotoar selalu dilengkapi garis kuning sebagai penunjuk arah bagi kaum disabilitas. Penyediaan fasilitas seperti ini menjadi bagian utama dalam pembangunan pemerintah setempat. Deputy Director Office of Project Development Railway Bureau, Ministry of Land, Infrastructure, Transport, and Tourism (MLIT) Jepang Akihiro Kurihara menyebutkan, pemerintah Jepang memang mengutamakan fasilitas publik, salah satunya trotoar yang luas dan nyaman.

Apalagi Jepang sudah lama menggalakkan penggunaan moda transportasi publik bagi masyarakat. Trotoar lebar dan nyaman pun menjadi fasilitas penting yang harus dibangun. Dia menerangkan, di tengah kota metropolitan seperti Tokyo, Nagoya, atau Osaka, tingkat perjalanan masyarakat sangat tinggi.

Mereka membutuhkan kepastian waktu dalam beraktivitas, termasuk efisiensi biaya. Agar keinginan semua lapisan masyarakat terakomodir, pemerintah Jepang membuat beberapa kebijakan, yakni membatasi penggunaan kendaraan pribadi dan mendorong warga memanfaatkan angkutan publik, seperti menggunakan kereta metro serta bus rapid transit (BRT).

“Trotoar sangat penting dibangun dan harus didukung fasilitas pendukung,” ungkapnya. Lalu bagaimana dengan Jakarta? Kenyamanan seperti ini tampaknya belum bisa hadir dalam waktu dekat ini di Ibu Kota. Lihat saja setiap hari jaringan jalan tidak pernah sepi. Transportasi publik belum memadai sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Kemacetan pun bertambah parah. Pejalan kaki juga harus bersaing dengan pengguna sepeda motor yang sering menerobos trotoar dengan alasan menghindari macet.

Ilham safutra
Tokyo
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6303 seconds (0.1#10.140)