Stasiun Terkoneksi dengan Pusat Bisnis

Senin, 08 Desember 2014 - 12:19 WIB
Stasiun Terkoneksi dengan Pusat Bisnis
Stasiun Terkoneksi dengan Pusat Bisnis
A A A
Jepang merupakan salah satu negara besar yang telah berpengalaman mengelola transportasi massal berbasis rel. Moda transportasi tersebut hadir dan menjadi salah satu bagian penggerak perekonomian negara.

Mobilitas masyarakat Jepang sangat bergantung dengan moda transportasi yang dibangun sejak awal abad ke-20 itu. Kini di Jepang terdapat rel kereta sepanjang 27.607 km.

Semua itu terdiri dari jaringan Japan railway (JR), major privat railway, subway, dan regional railways. Jaringan itu dimanfaatkan 205 operator yang meliputi kereta jarak jauh, kereta komuter, kereta dalam kota, dan sebagainya.

Khusus subway memiliki panjang jaringan 749 km. Deputy Director Office of Project Development Railway Bureau, Ministry of Land, Infrastructure, Transport, and Tourism (MLIT) Jepang Akihiro Kurihara menuturkan, setiap tahun pemerintah Jepang bersama pengelola menambah jaringan kereta agar bisa melayani seluruh perjalanan publik, baik dalam kota maupun antarkota. Mobilitas masyarakat pun sangat mengandalkan angkutan ini dari satu titik ke titik lainnya.

“Untuk di dalam kota, perjalanan kereta banyak dilayani kereta metro seperti, Tokyo Metro Area, Nagoya Metro Area, dan Osaka Metro Area. Angkutan itu melintas di bawah tanah. Ada juga melayang. Pada jalur melayang, line kereta metro ada yang menembus gedung-gedung tinggi,” ujar Akihiro Kurihara di sela-sela menerima kunjungan delegasi Journalist Fellowship Program (JFP) PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta ke Jepang pekan lalu.

Delegasi JFP PT MRT Jakarta yang terdiri dari 10 wartawan Indonesia ini melihat seperti apa pengelolaan dan bisnis angkutan massal berbasis rel di Jepang, terutama di Tokyo dan Osaka. Studi banding ini untuk dijadikan referensi PT MRT Jakarta saat mengoperasikan transportasi massal pada 2018. Dengan begitu bagusnya jaringan kereta di Jepang, pengguna angkutan tersebut mencapai 52% dari total seluruh moda angkutan. Angka itu setara dengan 55 juta per hari atau 20 miliar/tahun.

Sementara pengguna kendaraan pribadi mencapai 39,8%, bus 5,8%, dan taksi 2,4%. Yang patut diacungi jempol adalah tingginya intensitas perjalanan setiap hari ini, rasio tingkat kecelakaan per tahun hanya satu kejadian. Angka itu paling rendah dibandingkan dengan negara lain. Di Spanyol rasio kecelakaan kereta mencapai 5,15 kejadian, India (4,59), Amerika Serikat (4,06), Prancis (3,22), dan Jerman (1,36).

Saat delegasi JFP MRT Jakarta berkunjung ke Tokyo, terdapat beberapa lokasi yang sedang menjalani proses pengembangan, salah satunya di Stasiun Shibuya. Stasiun itu dikelola Tokyu Railway Company. Perusahaan itu tengah melakukan pengembangan di sekitar stasiun yang selama ini dianggap sangat padat dan terbatas. Setiap hari di stasiun terdapat 3 juta penumpang. Stasiun ini juga terkoneksi dengan enam jalur kereta, salah satunya jaringan bawah tanah (subway ).

Di dekat stasiun ini juga terdapat terminal bus. Properti yang dikelola perusahaan itu ikut dikembangkan lebih besar lagi untuk menampung kegiatan bisnis di area tersebut. Di sekitar Stasiun Shibuya, Tokyu Railway Company memiliki beberapa properti vertikal dengan gedung tertinggi mencapai 46 lantai. Di lokasi bisnis ini terdapat pusat perbelanjaan, perkantoran, apartemen, tempat hiburan, hingga perhotelan.

Railway Engineer Manager Tokyu Railway Company Ikuya Yoda menyebutkan, pihaknya tidak bisa hanya mengandalkan pendapatan usaha dari tiket kereta saja. Mereka mengembangkan properti untuk mendukung bisnis kereta. Hasil yang didapatkan dari sektor bisnis ke bisnis lain untuk peningkatan pelayanan publik yaitu kereta.

“Kami menyadari mengelola kereta ini tidak hanya membawa penumpang, tapi menggiring mereka ke lokasi bisnis atau tujuan perjalanan yang memiliki nilai bisnis,” terangnya. Kota besar lain yang tidak kalah padat yakni Osaka. Di kota ini terdapat beberapa perusahaan yang mengelola kereta komuter dan kereta metro, salah satunya West Japan Railway Company (JR-West).

General Manager Business Development Headquarters JR-West Kazuhisa Kaneda menuturkan, sejak 30 tahun lalu di Stasiun Osaka City tidak ada inovasi. Kini stasiun ini akan dikembangkan menjadi Grand Osaka Station City. Apalagi, di antara stasiun terdapat dua gedung besar yang dikelola JR-West bersama 70 anak perusahaannya.

Gedung dengan 27 lantai ini difungsikan sebagai pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel, restoran, dan klinik. “Pendapatan dari seluruh bisnis JR-West di Osaka Stasion Ciy tahun ini mencapai 1,331 miliar yen,” ungkapnya. Kepala Divisi Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta Iwan Prijanto mengatakan, hasil studi banding ini akan dijadikan referensi untuk mengelola MRT di Jakarta.

Saat ini PT MRT Jakarta sedang menyiapkan formula untuk bisa bermitra dengan sejumlah stakeholder agar operasional MRT bisa terus berkembang dan menjadi idola masyarakat. ”Sejumlah gedung yang dilewati MRT telah menyatakan siap mendukung dengan mengoneksikan stasiun dengan bangunannya,” ujarnya.

Laporan Wartawan Koran Sindo
Ilham Safutra
Tokyo dan Osaka
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6335 seconds (0.1#10.140)