Gempa Guncang Matengba

Senin, 08 Desember 2014 - 11:45 WIB
Gempa Guncang Matengba
Gempa Guncang Matengba
A A A
JAKARTA - Gempa berkekuatan 6 Skala Richter (SR) mengguncang Maluku Tenggara Barat (Matengba) pukul 05.05 WIB kemarin. Pusat gempa berada di 165 km barat laut Maluku Tenggara Barat dengan kedalaman 133 km.

“Kejadian itu tidak berpotensi tsunami. Getaran gempa dirasakan cukup keras beberapa detik dan sempat membuat warga panik. Namun, belum ada laporan kerusakan bangunan,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dilansir laman resmi BNPB. Wilayah di sekitar Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya adalah daerah yang rawan tinggi gempa.

Kedua wilayah itu berada pada pertemuan subduksi Hindia Australia dan Eurasia. Menurut Sutopo, lokasi pusat gempa yang terjadi kemarin berada pada palung dalam. Tingginya aktivitas tektonik dari sesar Wetar (Wetar Thrust ) yang membujur dari utara Pulau Alor hingga Pulau Romang menyebabkan sering terjadi gempa cukup besar. Untungnya, pusat gempa cukup dalam, yaitu di posisi 133 km.

Gempa 7,4 SR juga pernah terjadi pada daerah yang sama pada 10 Desember 2012. Wilayah timur Indonesia memiliki ancaman gempa dan tsunami yang lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian barat. Kompleksnya kondisi geologi dan bercampurnya subduksi lempeng Hindia Australia, Pasifik, Eurasia, dan Filipina, menyebabkan seismisitas lebih rumit.

“Sayangnya, penelitian di wilayah ini masih minim. Padahal, sejarah mencatat bahwa gempa dan tsunami pernah terjadi di wilayah itu. Bahkan, berdasarkan catatan tsunami di Indonesia dari 1629 hingga 2014 terdapat 174 kejadian tsunami yang 60% di antaranya terjadi di Kawasan Indonesia Timur,” tegas Sutopo.

Dia menambahkan, dengan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah itu, sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih serius dengan mengalokasikan anggaran penelitian terkait gempa bumi dan tsunami serta kesiapsiagaan masyarakatnya. “Jika tidak, gempa dan tsunami pasti akan terjadi suatu saat sesuai siklus geologinya yang berpotensi menimbulkan korban jiwa yang besar,” urai Sutopo.

Sementara dari Toraja Utara, sedikitnya 10 rumah dan 80 lumbung padi milik warga di tiga desa Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, porak-poranda diterjang angin puting beliung yang disertai hujan deras.

Ketiga desa itu adalah Desa Pangli, Pangli Selatan, dan Pallawa. Camat Sesean Arman Pasinggi mengatakan, angin puting beliung yang menerjang tiga desa di kecamatan Sesean terjadi pada Sabtu sore (6/12) sekitar pukul 15.00 Wita. Angin kencang yang datang tiba-tiba itu langsung memorak-porandakan rumah warga yang terdiri dari rumah pribadi dan rumah adat, sehingga tidak bisa ditinggali lagi.

Beruntung, tidak ada warga yang menjadi korban. “Warga yang rumahnya rusak sudah diungsikan ke rumah- rumah tetangga yang luput dari terjangan angin kencang. Pihak kecamatan juga sudah melaporkan peristiwa angin puting beliung ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Toraja Utara,” ujar Arman kemarin.

Para warga di tiga desa yang dilanda angin kencang secara gotong royong mulai membersihkan puing-puing bangunan rumah dan lumbung yang roboh akibat terjangan angin puting beliung. Mereka juga masih menunggu bantuan terutama logistik yang segera disalurkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Toraja Utara melalui BPBD setempat.

Kepala BPBD Toraja Utara Paulus Kombong mengatakan, pihaknya sudah mengerahkan sejumlah personel ke lokasi yang dilanda angin puting beliung di Kecamatan Sesean. Petugas juga masih mendata seluruh kepala keluarga (KK) di tiga desa yang rumahnya mengalami kerusakan. Pendataan tersebut untuk penyaluran bantuan yang akan dibagikan kepada warga yang menjadi korban angin puting beliung.

Rencananya, BPBD akan menyalurkan bantuan pada Senin (8/12). Selain bantuan, BPBD juga akan mendirikan dapur umum di lokasi bencana. “Kami masih mendata warga yang rumahnya rusak untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Di lokasi bencana juga akan kami buatkan dapur umum untuk kebutuhan makan minum warga yang rumahnya rusak,” kata Paulus.

Dia juga mengimbau seluruh warga selalu waspada menghadapi ancaman cuaca ekstrem pada musim hujan. Pasalnya, beberapa hari terakhir intensitas curah hujan yang tinggi disertai angin kencang terjadi di sejumlah kecamatan di Toraja Utara.

M ridwan/ Joni Lembang
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0675 seconds (0.1#10.140)