Ulama Minta Dilibatkan Tanggulangi Terorisme

Kamis, 04 Desember 2014 - 13:09 WIB
Ulama Minta Dilibatkan...
Ulama Minta Dilibatkan Tanggulangi Terorisme
A A A
JAKARTA - Masalah terorisme tidak akan selesai jika penanggulangannya hanya dilakukan di tingkat hilir. Akar masalah terorisme harus diurai untuk bisa menentukan solusi yang tepat untuk mengatasinya.

Hal itu diungkapkan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi dalam konferensi pers “Pelibatan 300 Ulama dalam Penanggulangan Terorisme” di Kantor ICIS, Jakarta, kemarin. Menurut Hasyim, pemerintah belum mampu mengatasi terorisme dari sektor hulu.

“Terorisme menyangkut doktrin dan pemikiran. Polisi tidak dapat mengatasi akar masalah terorisme yang menyangkut doktrin dan pemikiran karena tidak punya kapasitas di situ,” tandas Hasyim. Untuk bisa menumpas terorisme sampai ke akarnya, dia mengusulkan perlunya keterlibatan ulama dalam melakukan sinergitas bersama pemerintah untuk memberantas terorisme.

“Radikalisme berawal dari pemahaman agama secara parsial, padahal mestinya agama dipahami secara utuh. Ulama bisa berperan di situ untuk memberikan pemahaman yang utuh tentang agama. Sayangnya, saat ini negara belum memfungsikan ulama,” paparnya.

Terorisme, lanjutnya, adalah isu global. Terorisme di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari lingkaran terorisme global, sehingga beberapa kalangan menganggap terorisme di Indonesia sengaja didesain oleh konspirasi global.

“Seperti penyakit, jika ingin obat dan rumah sakit laku, maka penyakitnya harus diciptakan dulu. Di sisi lain, banyak negara yang tidak suka jika Islam tenteram dan tidak ada masalah. Terorisme bisa juga dipolitisasi. Ketika isu terorisme menguat, ‘bisnis’ bencana akan laku,” tandasnya. Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengakui pendekatan penegakan hukum yang selama ini dilakukan belum mampu menyelesaikan masalah terorisme di Indonesia.

“Pengalaman kami, penegakan hukum ini belum bisa menyelesaikan masalah. Dari 991 pelaku terorisme yang kami proses, masih ada sekitar 25 orang yang radikal. Artinya, itu tidak menyelesaikan masalah, tidak membuat mereka berubah, tetap radikal,” tandas Kepala BNPT Irjen Pol Saud Usman Nasution.

Karena itu, perlu dilakukan pendekatan kedua berupa deradikalisasi. Program itu antara lain bersifat rehabilitasi, reedukasi, dan resosialisasi. Itu berlaku bagi pelaku teror yang tertangkap atau yang sudah melalui proses hukum.

Bagi masyarakat umum dilakukan pendekatan counter radikalisasi. Khusus pendekatan ke masyarakat tersebut, BNPT melakukan berbagai kegiatan, salah satunya memberdayakan organisasi masyarakat untuk sosialisasi.

Khoirul muzzaki
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7101 seconds (0.1#10.140)