Kampanye Pemilu Jepang Dimulai
A
A
A
SENDAI - Waktunya perubahan dimulai. Kemarin Jepang mengawali masa kampanye untuk pemilihan anggota parlemen yang akan dilangsungkan 14 Desember. Sebanyak 1.180 calon anggota parlemen bersaing memperebutkan 475 kursi.
Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe pada masa awal kampanyenya mengemukakan optimismenya memenangi pemilu. Melalui slogan “Abenomics”, Abe berupaya menggalang dukungan masyarakat guna merealisasikan janji memperbaiki perekonomian Jepang.
“Kami bertekad memenangi pemilihan dan saya berjanji membuat Jepang menjadi negeri yang mampu bersinar lagi di tengah pergaulan dunia,” kata Abe di hadapan pemilih dalam pidato kampanye hari pertamanya di wilayah pelabuhan utara Soma. Kota tersebut terletak sekitar 40 kilometer dari pembangkit nuklir Fukushima Daiichi, yang mana pengoperasiannya dihentikan karena bencana tsunami 2011.
Abe, yang berada di kubu Partai Liberal Demokrat (LDP), digadang-gadang akan memperoleh mayoritas suara dalam pemilihan. Abe merasa optimistis dengan kebijakannya sehingga membubarkan parlemen untuk kembali mendapatkan dukungan publik guna mengatasi krisis ekonomi yang melanda Negeri Sakura sejak 2012. Abe berharap menyelesaikan tugasnya yang tertunda yakni membangun ekonomi Jepang.
Untuk mewujudkan itu, dia ingin melanjutkan rancangan pembangunan ekonominya yang disebut Abenomics . Abenomics merupakan sistem pembangunan ekonomi yang sudah dijalankan sejak 2012. Sayangnya sistem ini tidak membuah hasil positif, sebaliknya Jepang justru terus merasakan krisis. Terutama karena nilai tukar yen yang melemah. Akibatnya banyak investor asing mendirikan lapangan kerja dengan upah rendah dan menurunkan tingkat kesejahteraan warga Jepang.
Para pakar menilai Abenomics justru memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. Kegagalan sistem Abenomics inilah yang memaksa Abe membubarkan parlemen sebelum waktunya. Dia juga berencana untuk menunda kenaikan retribusi pajak yang berpotensi memukul usaha kecil menengah. Keputusan ini dikeluarkan setelah sebelumnya Jepang mengalami resesi secara tibatiba selama Juli-September akibat dari naiknya retribusi 8%.
Resesi ini sangat mengejutkan Abe yang sebelumnya sangat optimistis dapat membayar utang luar negeri serta meningkatkan pelayanan masyarakat melalui pendapatan retribusi. Abe menargetkan kestabilan fiskal pada musim panas tahun depan. Namun, rencana ini tampaknya bakal sulit terwujud mengingat minimnya dukungan untuk Abe.
Para pengamat bahkan meramalkan bahwa Abe bisa kehilangan setidaknya 295 kursi akibat skandal pengeluaran menteri kabinet, pembubaran parlemen, dan rencana pembangunan tenaga nuklir yang sangat ditentang masyarakat. Para kritikus juga mencemooh pemilu ini lantaran dianggap hanya membuang-buang uang untuk pemilu yang tidak jelas.
Namun, Abe menegaskan pemilu atau referendum ini sangat diperlukan Jepang untuk menentukan rancangan belanja untuk tahun depan. “Ini adalah pemilu yang bertujuan menilai kebijakan ekonomi yang kita sebut Abenomics , kebijakan yang telah kita dorong sejak lama,” jelas Abe.
Pendapat berbeda disuarakan oleh surat kabar Asahi . Melalui hasil survei yang diterbitkan menunjukkan masih banyak masyarakat yang percaya dengan Abe dan partainya LDP. Terbukti selama survei, 34% mengatakan akan memilih LDP, diikuti 13% berpihak pada partai oposisi, Partai Demokrat. Pertumbuhan ekonomi, parlemen, kesehatan serta perempuan dinilai sebagai isu-isu yang akan mendongkrak popularitas Abe.
Meski demikian, partai oposisi masih berpeluang merebut suara dari LDP. Salah satu yang membuat oposisi yakin tak lain posisi Abe yang rentan karena sejumlah kebijakan yang dianggap tak populer. Belum lagi kabinet yang bermasalah.
Rini agustina
Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe pada masa awal kampanyenya mengemukakan optimismenya memenangi pemilu. Melalui slogan “Abenomics”, Abe berupaya menggalang dukungan masyarakat guna merealisasikan janji memperbaiki perekonomian Jepang.
“Kami bertekad memenangi pemilihan dan saya berjanji membuat Jepang menjadi negeri yang mampu bersinar lagi di tengah pergaulan dunia,” kata Abe di hadapan pemilih dalam pidato kampanye hari pertamanya di wilayah pelabuhan utara Soma. Kota tersebut terletak sekitar 40 kilometer dari pembangkit nuklir Fukushima Daiichi, yang mana pengoperasiannya dihentikan karena bencana tsunami 2011.
Abe, yang berada di kubu Partai Liberal Demokrat (LDP), digadang-gadang akan memperoleh mayoritas suara dalam pemilihan. Abe merasa optimistis dengan kebijakannya sehingga membubarkan parlemen untuk kembali mendapatkan dukungan publik guna mengatasi krisis ekonomi yang melanda Negeri Sakura sejak 2012. Abe berharap menyelesaikan tugasnya yang tertunda yakni membangun ekonomi Jepang.
Untuk mewujudkan itu, dia ingin melanjutkan rancangan pembangunan ekonominya yang disebut Abenomics . Abenomics merupakan sistem pembangunan ekonomi yang sudah dijalankan sejak 2012. Sayangnya sistem ini tidak membuah hasil positif, sebaliknya Jepang justru terus merasakan krisis. Terutama karena nilai tukar yen yang melemah. Akibatnya banyak investor asing mendirikan lapangan kerja dengan upah rendah dan menurunkan tingkat kesejahteraan warga Jepang.
Para pakar menilai Abenomics justru memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. Kegagalan sistem Abenomics inilah yang memaksa Abe membubarkan parlemen sebelum waktunya. Dia juga berencana untuk menunda kenaikan retribusi pajak yang berpotensi memukul usaha kecil menengah. Keputusan ini dikeluarkan setelah sebelumnya Jepang mengalami resesi secara tibatiba selama Juli-September akibat dari naiknya retribusi 8%.
Resesi ini sangat mengejutkan Abe yang sebelumnya sangat optimistis dapat membayar utang luar negeri serta meningkatkan pelayanan masyarakat melalui pendapatan retribusi. Abe menargetkan kestabilan fiskal pada musim panas tahun depan. Namun, rencana ini tampaknya bakal sulit terwujud mengingat minimnya dukungan untuk Abe.
Para pengamat bahkan meramalkan bahwa Abe bisa kehilangan setidaknya 295 kursi akibat skandal pengeluaran menteri kabinet, pembubaran parlemen, dan rencana pembangunan tenaga nuklir yang sangat ditentang masyarakat. Para kritikus juga mencemooh pemilu ini lantaran dianggap hanya membuang-buang uang untuk pemilu yang tidak jelas.
Namun, Abe menegaskan pemilu atau referendum ini sangat diperlukan Jepang untuk menentukan rancangan belanja untuk tahun depan. “Ini adalah pemilu yang bertujuan menilai kebijakan ekonomi yang kita sebut Abenomics , kebijakan yang telah kita dorong sejak lama,” jelas Abe.
Pendapat berbeda disuarakan oleh surat kabar Asahi . Melalui hasil survei yang diterbitkan menunjukkan masih banyak masyarakat yang percaya dengan Abe dan partainya LDP. Terbukti selama survei, 34% mengatakan akan memilih LDP, diikuti 13% berpihak pada partai oposisi, Partai Demokrat. Pertumbuhan ekonomi, parlemen, kesehatan serta perempuan dinilai sebagai isu-isu yang akan mendongkrak popularitas Abe.
Meski demikian, partai oposisi masih berpeluang merebut suara dari LDP. Salah satu yang membuat oposisi yakin tak lain posisi Abe yang rentan karena sejumlah kebijakan yang dianggap tak populer. Belum lagi kabinet yang bermasalah.
Rini agustina
(ars)