Kapal Tenggelam, 32 WNI Hilang
A
A
A
MOSKOW - Tragedi pelayaran yang menelan korban jiwa kembali terjadi. Seorang tewas dan lebih dari 50 orang hilang, termasuk di antaranya 32 warga negara Indonesia (WNI), ketika kapal penangkap ikan Korea Selatan Oryong 501 tenggelam di Laut Bering, Rusia, Senin (1/12) waktu setempat.
Upaya pencarian terus dilakukan sepanjang malam meskipun tim penyelamat berhadapan dengan badai dan gelombang tinggi.
”Diputuskan untuk melanjutkan pencarian ketika kita berpikir masih ada peluang menemukan awak yang hidup,” kata Kepala Koordinasi Angkatan Laut dan Pusat Penyelamatan di Petropavlosvsk-Kamchatsky Rusia, Artur Rets, kemarin. Kapal Oryong 501 yang dioperasikan Sajo Industries tenggelam di lepas pantai Semenanjung Chukotka, timur Rusia, saat mencari ikan.
KapaL berbobot 1.753 ton itu membawa 60 kru, terdiri atas 35 WNI, 13 warga Filipina, 11 warga Korsel, dan 1 orang Rusia. Penyelamatan sejauh ini menemukan 8 orang, 3 di antaranya WNI. Korban selamat lain termasuk Alexander Storozhenkov yang bertugas sebagai pengawas. Adapun satu warga Korsel ditemukan meninggal karena hipotermia. Tragedi ini direspons cepat Pemerintah Indonesia yang langsung melakukan koordinasi dengan otoritas setempat.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow kemarin juga mengirim tim khusus ke Pelabuhan Petropavlosk, Anadyr, untuk mengidentifikasi korban selamat dan memantau perkembangan insiden tersebut. Kepala Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Moskow Yul Edison menyebutkan, semua korban selamat belum dibawa ke darat. ”Mereka masih ditampung dalam kapal penyelamat Rusia yang sampai saat ini (kemarin) masih melakukan pencarian,” ujarnya dalam siaran pers kemarin.
Langkah serupa ditempuh KBRI Seoul yang terus melakukan koordinasi dengan Kemenlu Korsel. Staf KBRI Seoul, Deny Widodo, mengatakan pihaknya fokus memverifikasi data WNI dalam kapal tersebut. ”Karena itu, kami berkoordinasi dengan Sajo Industries selaku penanggung jawab kapal dan empat agen penyalur WNI tersebut,” tutur Deny.
Di Jakarta, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan Pemerintah Indonesia sudah berkomunikasi dengan sejumlah keluarga ABK Kapal Oryong 501. Menurut dia, pemerintah terus memantau perkembangan peristiwa ini dan berharap seluruh korban lain dapat ditemukan selamat. ”Saya sudah minta agar dilakukan koordinasi dengan pihak imigrasi, melacak keluarga korban, dan sudah mulai berkomunikasi dengan mereka,” kata Retno.
Cuaca Buruk
Oryong 501 merupakan kapal penangkap ikan jenis trawl. Kapal yang dibuat galangan Spanyol pada November 1978 itu diserahterimakan kepada Sajo Industries sebagai pengganti armada mereka yang lebih tua.
Kepemilikan kapal ini semula di tangan dua negara, Korsel dan Rusia, berdasarkan perjanjian codeshare. Namun pada Februari 2014, Oryong 501 resmi diambil alih Korsel. Kapal Oryong 501 meninggalkan Pelabuhan Busan pada 10 Juli 2014 sekitar pukul 14.00 waktu Korea menuju Rusia. Para awak tiba akhir November lalu dan ditugasi menangkap ikan maksimal selama 50 hari.
Artinya, mereka akan pulang pada 10 Januari 2015. Belum diketahui pasti tenggelamnya kapal itu. Namun diduga kuat karena empasan gelombang tinggi akibat cuaca buruk. Saat kejadian, angin berembus dengan kecepatan 25-27 meter per detik hingga membangkitkan ombak setinggi 5-6 meter. Adapun suhu mencapai - 4 derajat Celsius. Kapal diketahui bocor ketika terhantam ombak besar itu. ”Kapal perlahan-lahan miring setelah air masuk yang membuat para awak meninggalkannya,” tutur juru bicara Kementrian Kelautan dan Perikanan Korsel kepada kantor berita AFP .
Sebelum karam, alarm darurat sudah berbunyi di dalam kapal. Para awak diperintahkan untuk meninggalkan kapal dengan menggunakan pelampung dan menunggu kapal lainnya lewat. Namun tidak semuanya bisa menggunakan pelampung secara bersamaan. Kapal Oryong 501 hanya memiliki 8 pelampung dengan 2 ukuran.
Empat pelampung mampu menampung 20 orang, sementara sisanya mampu menampung 16 orang. Kepala Koordinasi Angkatan Laut dan Pusat Penyelamatan di Petropavlosvsk-Kamchatsky Rusia, Artur Rets, mengungkapkan, lima korban yang ditemukan berada di Kapal Karolina-77 yang mendatangi lokasi kejadian dan dua lainnya di Kapal Zaliv Zabiyaka. Selain itu Kapal Pelageal dan Astronom juga bergerak ke titik kecelakaan untuk mencari korban lain. Laporan terbaru menyebutkan Kapal US Coast Guard dapat bergabung dalam pencarian itu hari ini.
”Menurut dinas keamanan federal departemen perbatasan di wilayah Kamchatka, Kapal US Coast Guard akan menuju wilayah operasi penyelamatan,” kata laporan itu. Pemerintah Korsel juga ikut membantu dengan menerjunkan tim Rapid Response ke lokasi kecelakaan. Perdana Menteri Chung Hong-won mengatakan pada pertemuan kabinet bahwa pemerintah akan bekerja sama dengan Rusia untuk mempercepat upaya penyelamatan.
Muh shamil
Upaya pencarian terus dilakukan sepanjang malam meskipun tim penyelamat berhadapan dengan badai dan gelombang tinggi.
”Diputuskan untuk melanjutkan pencarian ketika kita berpikir masih ada peluang menemukan awak yang hidup,” kata Kepala Koordinasi Angkatan Laut dan Pusat Penyelamatan di Petropavlosvsk-Kamchatsky Rusia, Artur Rets, kemarin. Kapal Oryong 501 yang dioperasikan Sajo Industries tenggelam di lepas pantai Semenanjung Chukotka, timur Rusia, saat mencari ikan.
KapaL berbobot 1.753 ton itu membawa 60 kru, terdiri atas 35 WNI, 13 warga Filipina, 11 warga Korsel, dan 1 orang Rusia. Penyelamatan sejauh ini menemukan 8 orang, 3 di antaranya WNI. Korban selamat lain termasuk Alexander Storozhenkov yang bertugas sebagai pengawas. Adapun satu warga Korsel ditemukan meninggal karena hipotermia. Tragedi ini direspons cepat Pemerintah Indonesia yang langsung melakukan koordinasi dengan otoritas setempat.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow kemarin juga mengirim tim khusus ke Pelabuhan Petropavlosk, Anadyr, untuk mengidentifikasi korban selamat dan memantau perkembangan insiden tersebut. Kepala Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Moskow Yul Edison menyebutkan, semua korban selamat belum dibawa ke darat. ”Mereka masih ditampung dalam kapal penyelamat Rusia yang sampai saat ini (kemarin) masih melakukan pencarian,” ujarnya dalam siaran pers kemarin.
Langkah serupa ditempuh KBRI Seoul yang terus melakukan koordinasi dengan Kemenlu Korsel. Staf KBRI Seoul, Deny Widodo, mengatakan pihaknya fokus memverifikasi data WNI dalam kapal tersebut. ”Karena itu, kami berkoordinasi dengan Sajo Industries selaku penanggung jawab kapal dan empat agen penyalur WNI tersebut,” tutur Deny.
Di Jakarta, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan Pemerintah Indonesia sudah berkomunikasi dengan sejumlah keluarga ABK Kapal Oryong 501. Menurut dia, pemerintah terus memantau perkembangan peristiwa ini dan berharap seluruh korban lain dapat ditemukan selamat. ”Saya sudah minta agar dilakukan koordinasi dengan pihak imigrasi, melacak keluarga korban, dan sudah mulai berkomunikasi dengan mereka,” kata Retno.
Cuaca Buruk
Oryong 501 merupakan kapal penangkap ikan jenis trawl. Kapal yang dibuat galangan Spanyol pada November 1978 itu diserahterimakan kepada Sajo Industries sebagai pengganti armada mereka yang lebih tua.
Kepemilikan kapal ini semula di tangan dua negara, Korsel dan Rusia, berdasarkan perjanjian codeshare. Namun pada Februari 2014, Oryong 501 resmi diambil alih Korsel. Kapal Oryong 501 meninggalkan Pelabuhan Busan pada 10 Juli 2014 sekitar pukul 14.00 waktu Korea menuju Rusia. Para awak tiba akhir November lalu dan ditugasi menangkap ikan maksimal selama 50 hari.
Artinya, mereka akan pulang pada 10 Januari 2015. Belum diketahui pasti tenggelamnya kapal itu. Namun diduga kuat karena empasan gelombang tinggi akibat cuaca buruk. Saat kejadian, angin berembus dengan kecepatan 25-27 meter per detik hingga membangkitkan ombak setinggi 5-6 meter. Adapun suhu mencapai - 4 derajat Celsius. Kapal diketahui bocor ketika terhantam ombak besar itu. ”Kapal perlahan-lahan miring setelah air masuk yang membuat para awak meninggalkannya,” tutur juru bicara Kementrian Kelautan dan Perikanan Korsel kepada kantor berita AFP .
Sebelum karam, alarm darurat sudah berbunyi di dalam kapal. Para awak diperintahkan untuk meninggalkan kapal dengan menggunakan pelampung dan menunggu kapal lainnya lewat. Namun tidak semuanya bisa menggunakan pelampung secara bersamaan. Kapal Oryong 501 hanya memiliki 8 pelampung dengan 2 ukuran.
Empat pelampung mampu menampung 20 orang, sementara sisanya mampu menampung 16 orang. Kepala Koordinasi Angkatan Laut dan Pusat Penyelamatan di Petropavlosvsk-Kamchatsky Rusia, Artur Rets, mengungkapkan, lima korban yang ditemukan berada di Kapal Karolina-77 yang mendatangi lokasi kejadian dan dua lainnya di Kapal Zaliv Zabiyaka. Selain itu Kapal Pelageal dan Astronom juga bergerak ke titik kecelakaan untuk mencari korban lain. Laporan terbaru menyebutkan Kapal US Coast Guard dapat bergabung dalam pencarian itu hari ini.
”Menurut dinas keamanan federal departemen perbatasan di wilayah Kamchatka, Kapal US Coast Guard akan menuju wilayah operasi penyelamatan,” kata laporan itu. Pemerintah Korsel juga ikut membantu dengan menerjunkan tim Rapid Response ke lokasi kecelakaan. Perdana Menteri Chung Hong-won mengatakan pada pertemuan kabinet bahwa pemerintah akan bekerja sama dengan Rusia untuk mempercepat upaya penyelamatan.
Muh shamil
(ars)