Ingin Jadi Lumbung Pangan dan Energi

Rabu, 03 Desember 2014 - 10:29 WIB
Ingin Jadi Lumbung Pangan dan Energi
Ingin Jadi Lumbung Pangan dan Energi
A A A
Kang Yoto, pada periode kedua pemerintahannya, yakni tahun 2013-2018, ingin membangun hal yang lebih fundamental, seperti membangun sumber daya manusia yang sehat dan produktif, membangun fondasi pertumbuhan ekonomi yang kuat, menjaga lingkungan hidup, dan membangun kepemimpinan yang transformatif.

“Saya ingin pembangunan di Bojonegoro bisa berkelanjutan,” ujarnya. Suyoto mengatakan, untuk mewujudkan Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energi nasional memang tidak mudah. Tetapi, ia yakin dapat mencapainya. Hasil panen padi yang sebelumnya 800.000 ton kini naik menjadi 900.000 ton. Ia menargetkan hasil panen padi dapat mencapai 1 juta ton.

Untuk meningkatkan hasil panen padi, kata Suyoto, lahan pertanian di Bojonegoro tidak boleh dikurangi. Selain itu, hasil panen padi yang semula satu kali setahun dinaikkan menjadi dua kali setahun. Pengairan pertaniannya berasal dari Bendungan Gerak Sungai Bengawan Sol, Waduk Pacal dan Waduk Gongseng, yang akan dibangun di wilayah selatan Bojonegoro serta embung. Bojonegoro juga dikenal sebagai lumbung energi nasional.

Sejumlah lapangan minyak dan gas bumi (migas) kini sedang dibor di antaranya, lapangan migas Banyu Urip Blok Cepu yang dikelola Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL), anak perusahaan Exxon Mobil Corporations asal Amerika Serikat, lapangan migas Sukowati yang dikelola Joint Operating Body Pertamina- Petrochina East Java (JOB PPEJ), dan sumur Tiung Biru (TBR) yang dikelola Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 4 Field Cepu.

Produksi minyak mentah lapangan migas Banyu Urip Blok Cepu kini mencapai 40.000 barel per hari.Produksi minyak mentah lapangan migas Sukowati sekitar 34.000 barel per hari. Sementara produksi minyak mentah sumur Tiung Biru mencapai 1.400 barel per hari. Selain itu, masih ada potensi gas bumi Jambaran-Tiung Biru yang kini masih tahap eksplorasi.

Cadangan gas bumi di sumur Jambaran dan Tiung Biru diperkirakan mencapai 2,5 triliun hingga 3 triliun kaki kubik. Sedangkan produksi gas bumi nanti diperkirakan bisa mencapai 315 juta kaki kubik per hari. Namun, sumber daya alam yang melimpah itu jika diambil terus juga akan habis. Karena itu, Kang Yoto mengaku mulai menyiapkan dana abadi perminyakan.

Dana yang diperoleh dari pendapatan dan penghasilan sektor migas itu nanti dapat dipakai untuk kebutuhan generasi yang akan datang. Menggeliatnya industri migas di Bojonegoro juga tidak selalu berbanding lurus dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Menurut Direktur Bojonegoro Institute, lembaga swadaya masyarakat yang fokus masalah kesejahteraan masyarakat Bojonegoro, Saiful Huda, angka kemiskinan di Bojonegoro masih tinggi. Ia menyebutkan, tahun 2011 angka kemiskinan di Bojonegoro mencapai 212.000 (17,47%), kemudian tahun 2012 angka kemiskinan mencapai 203.000 (16,60%), dan tahun 2013 angka kemiskinan di Bojonegoro mencapai 196.000 (15,95%).

“Angka kemiskinan di Bojonegoro memang turun, tetapi masih cukup tinggi.Berarti keberadaan sumber daya alam minyak dan gas bumi di Bojonegoro belum mampu menyejahterakan rakyat,” katanya.

Muhammad roqib
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6538 seconds (0.1#10.140)