Karyawati Dirampok dalam Taksi

Selasa, 02 Desember 2014 - 12:08 WIB
Karyawati Dirampok dalam...
Karyawati Dirampok dalam Taksi
A A A
JAKARTA - Kejahatan dalam taksi kembali terjadi. Kali ini menimpa seorang karyawati sepulang dari tempat bekerja pada malam hari. Tiga pelaku merampok dua ponseldan sejumlah uang milik korban berinisial RW, 27.

Dari keterangan korban, dia menumpang taksi putih dari kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (28/11) lalu. Namun baru beberapa menit melaju, tiba-tiba dari jok belakang muncul orang dengan cara keluar dari bagasi.

“Pelaku langsung mengancam korban,” kata Kapolsek Setiabudi AKBP Audy Latuheru kemarin. Korban diajak berputarputar hingga akhirnya taksi berhenti dan masuk kembali satu pria yang meminta korban menyerahkan tas dan ponselnya. “Di dalam taksi, korban menyerahkan dua ponsel dan uang tunai Rp80.000,” ujarnya.

Setelah memberikan barang- barangnya, korban dilepaskan para pelaku di sebuah kompleks perumahan di Cikini, Jakarta Pusat. Korban pun melaporkan kejadian yang menimpanya ke Polsek Setiabudi, setelah sebelumnya diantar petugas dari Polsek Menteng. Sampai saat ini, kasusnya masih dalam proses penyelidikan. Masih soal perampokan yang meresahkan masyarakat.

Khusus Edy Palembang, perampok kawakan yang dikenal sadis dalam setiap aksinya, untuk kali ini tidak berkutik di tangan polisi. Tim gabungan Subdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Ditreskrimum Polda Metro Jaya bersama Subdit Jatanras Polda Riau menembak mati Edy saat penyergapan di rumah kontrakan yang berada di Srengseng Sawah Balong RT 06/04, Kembangan, Jakarta Barat, kemarin.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengatakan, pelaku sudah puluhan kali beraksi di Sumatera, terutama di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat. “Kita masih gali kemungkinan tersangka Edy pernah beraksi di Jakarta. Dia juga sudah menembak mati petugas Polda Riau beberapa waktu lalu,” ujarnya.

Jika Edy ditembak mati karena melawan, dua teman pelaku lainnya yakni Budi Suman alias Ujang, warga Kampung Baru Cangkeh, Indarung, Padang Kota, Sumatera Barat, dan Farhan Wijaya (FW), warga Dusun Kuripan, Kota Agung Utan Gambus, Lampung, berhasil ditangkap. “FW menemani pelaku kabur dari Lampung ke Jakarta,” ucapnya.

Dia menambahkan, Edy biasa beraksi di toko emas dan rumah di Sumatera, sedangkan Jakarta dijadikan tempat persembunyian. Dalam setiap aksinya, pelaku juga tidak segan- segan menembak korban bila melawan. Dari tangan pelaku, polisi mengamankan dua ponsel, dompet, dan senjata api rakitan berisi enam peluru.

Delapan Pelajar Ditangkap

Polsek Pesanggrahan menangkap delapan pelajar SMAN 74 yang mengeroyok korban hingga mengalami luka sobek akibat benda tajam. Kepala Seksi Humas Polsek Pesanggrahan Aipda Aris Setiawan mengatakan, pengeroyokan terjadi di Jalan Kompleks Akrido Deplu Raya RT 4/3, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Sedangkan korban bernama Dede JS, 18, yang merupakan pelajar SMU 1 Cigombong, Bogor, yang juga warga Ciputat, Tangerang Selatan. “Pelaku yang ditangkap adalah Pangwok, 17, Arik, 15, Kemal, 15, RA, 15, Galih, 15, Tebo, 15, Dio, 17, dan NW, 16,” ujar Aris. Dia menjelaskan, saat itu korban bersama seorang rekannya melintas di Jalan Deplu Raya sepulang bermain dari tempat kawannya. Tiba-tiba korban dikejar sekelompok pelajar.

“Karena panik, korban bersama kawannya berlari berpencar arah, nahas korban yang berlari ke Jalan Kompleks Akrido Deplu Raya malah bersua dengan kelompok pelajar lain dari SMAN 74,” katanya. Akhirnya korban dikeroyok. Beruntung saat terjadi pengeroyokan, melintas Bripda Findy, Bripda Oldie, dan Bripda Arif, petugas Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya. “Petugas langsung membubarkan aksi tersebut dan mengamankan seorang pelaku,” kata Aris.

Menyikapi pengeroyokan pelajar ini, psikolog dari Universitas Indonesia Enoch Markummengatakan, remaja saat ini menjadi lebih agresif karena ada role model dari generasi di atasnya. Contohnya mereka melihat aksi unjuk rasa ketika merasa tidak puas kemudian remaja mengikuti tindakan tersebut.

Aksi remaja saat berkelompok juga akan menjadi lebih berani karena dalam aksi kelompok, identitas mereka tersamarkan. “Jadi tidak ketahuan siapa yang bertanggung jawab,” ujarnya.

Helmi syarif/ R ratna purnama
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6488 seconds (0.1#10.140)