Maksimalkan Peran Industri Strategis

Senin, 01 Desember 2014 - 12:09 WIB
Maksimalkan Peran Industri Strategis
Maksimalkan Peran Industri Strategis
A A A
Perhatian pemerintah terhadap sektor industri strategis harus benar-benar diwujudkan dengan tindakan nyata.

Selain bertujuan memperkuat alutsista militer dalam negeri, dukungan ini diharapkan bisa mendatangkan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Apalagi, sejumlah negara di dunia kini mulai melirik produk-produk alutsista buatan Indonesia. Sejatinya, Indonesia memiliki beberapa sektor industri strategis terkemuka, seperti PT Dirgantara Indonesia, PT Pal Indonesia, PT Palindo Marine, PT Pindad, PT Infra RCS Indonesia, dan PT Sari Bahari.

Berbagai produk dari masing-masing perusahaan tersebut bukan hanya telah dimanfaatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI), melainkan juga banyak pasukan militer dari negara lain. Jika saja pemerintah mampu memaksimalkan peran strategis sejumlah industri ini, tidak mustahil bila Indonesia akan menjadi pemain yang diperhitungkan di industri ini. Lebih dari itu, Indonesia akan dipandang siap oleh bangsabangsa lain dari sisi ketahanan militernya.

Pada 2012, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mulai menyeriusi optimalisasi sektor industri strategis seiring dengan target percepatan MEF (minimum essential force). Tak tanggung-tanggung, Kemenhan menyepakati MoU dengan sejumlah industri strategis tersebut dengan nilai kontrak Rp1,3 triliun. Nilai kontrak sebesar itu diharapkan militer dalam negeri memiliki alutsista ringan dan kelas berat untuk mengisi tiga matra TNI.

Alhasil, produsenprodusen alutsista tersebut kini terbukti mampu membuat persenjataan yang digdaya, seperti Rocket FFAR (fin folding aerial rocket) buatan PT DI, radar/ ECDIS (electronic chart display and information system) produksi PT Infra RCS Indonesia, dan PT LEN Industri yang membuat radar processing dan display console untuk teknologi modern radar dan legacy radar.

Selain itu, PT Sari Bahari misalnya, memproduksi berbagai jenis bom berkekuatan tinggi, di antaranya Smoke Warhead Cal. 70 MM, Bomb P-25, Bomb P 100, dan Bomb P 100L. “Kami adalah perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang industri pertahanan, khususnya dalam pembuatan standard practice dan live bomb untuk NATO dan Rusia,” seperti ditulis laman resmi PT Sari Bahari.

Tahun lalu perusahaan persenjataanmiliteryangberbasisdi Malang, Jawa Timur ini mengekspor ratusan roket hulu ledak asap (smoke warhead) kaliber 70 milimeter ke Republik Cile, setelah memenangi tender internasional yang diikuti 43 negara. Optimalisasi perusahaanperusahaan strategis seiring dengan keinginan pemerintah dalam memperkuat alutsista militer.

Beberapa waktu lalu, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan akan menjalin kerjasama dengan berbagai produsen alat-alat persenjataan militer untuk memperkuat ketahanan negara. Kerja sama bisa dilakukan baik dengan produsen dalam negeri maupun luar negeri.

“Indonesia akan bekerja sama dengan Boeing dalam pengadaan 8 helikopter Apache yang direncanakan akan tiba pada 2017. Kita berharap dapat menambah 8 helikopter Apache lagi sehingga menjadi 16 unit,” ungkap Ryamizard saat bertemu dengan Vice President for Indonesia of Boeing Defense, Space and Security, Yeong Tae Pak, di acara Indo Defence 2014 Expo & Forum, beberapa waktu lalu.

Ryamizard juga menekankan agar dalam pengadaan selanjutnya telah disertakan transfer of technology (ToT) bagi pengembangan industri pertahanan dalam negeri serta pendidikan dan pelatihan bagi pilot dan teknisi yang akan mengawaki Apache nantinya.

Penting bagi sebuah negara untuk memperkuat ketahanan militernya dengan alutsista yang lengkap. Wujud dari kekuatan militer sebuah negara salah satunya dipengaruhi kepedulian pemerintah terhadap sektor industri strategis, terutama di bidang pertahanan.

Nafi muthohirin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7022 seconds (0.1#10.140)