Banjir-Longsor Landa Sumatera
A
A
A
SIMPANG AMPEK - Bencana Banjir dan longsor melanda hampir seluruh wilayah Sumatera. Selain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Riau, dalam dua hari terakhir ini air bah menggenangi 1.534 rumah di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Menurut Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pasaman Barat Yunadi, pihaknya belum bisa memastikan kerugian akibat banjir yang melanda wilayah itu. Namun, dia menyatakan jumlah warga korban banjir mencapai 6.076 jiwa yang tersebar di tujuh kelurahan, yakni Jorong (Kelurahan) Koto Sawah, Jorong Sikabau dan Aek Jornih, Maligi, Jorong Rantau Panjang, Kecamatan Sasak Ranah Pasisia, dan Jorong Air Gadang.
Banjir juga melanda Jorong Irian Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang serta Jorong Tamiang Batahan, Kecamatan Ranah Batahan. Tragisnya, hujan yang terus menerus melanda Pasaman Barat bukan hanya mengakibatkan banjir, juga longsor. ”Tanah Longsor juga terjadi di Jalan Jorong Sitabu Nagari Rabijonggor. Namun, tidak ada korban jiwa,” ujar Yunadi.
Dia menjelaskan hingga saat ini sejumlah warga masih mengungsi ke rumah sanak familinya terdekat, sebab air yang merendam rumah warga itu mencapai satu meter dan sudah masuk rumah. Sampai kemarin sore, para korban banjir juga masih tetap waspada menghadapi banjir susulan, apalagi curah hujan di Pasaman Barat masih tinggi. ”Sejumlah bantuan berupa beras dan makanan siap saji telah kami salurkan. Mudah- mudahan bantuan itu bermanfaat bagi korban banjir,” ujar Yunadi.
Menurut dia, pemerintah kabupaten sudah menyerahkan bantuan beras 1.350 kilogram untuk 485 jiwa korban banjir di Nagari Air Gadang, Kecamatan Pasaman. Begitu juga untuk korban banjir di Jorong Maligi, pihaknya menyalurkan 735 kilogram beras, 50 set makan siap saji, dan 50 set makan tambahan vitamin.
Sedangkan untuk Jorong Koto Sawah, pihaknya menyerahkan 20 kardus mi instan ditambah 72 set makan siap saji, plus vitamin dan sarden. Musibah banjir itu bukan hanya menimpa warga Pasaman Barat. Ratusan rumah warga di sembilan kecamatan Kabupaten Musirawas Utara, Sumatera Selatan, pun terendam banjir akibat meluapnya air Sungai Rupit setelah diguyur hujan beberapa hari terakhir.
Luapan air masih terus meluas dan sebagian warga sudah mengungsi ke rumah keluarga yang berada di wilayah aman. PelaksanaHarian(Plh) Bupati Musirawas Utara M Ali mengatakan, banjir bandang yang melanda sembilan kecamatan dekat bantaran Sungai Rupit itu antara lain Kecamatan Rupit, KarangJaya, danRawasIlir.
Hingga kini belum ada tanda-tanda air akan surut, bahkan luapan air cenderung meningkat. Di Pekanbaru, Riau, banjir juga merendam 2.455 rumah di wilayah Kecamatan Rumbai Pesisir. Sedikitnya 3.000 keluarga menjadi korban.
”Bencana tersebut sudah terjadi lima hari ini. Saat ini banjir terus meluas dan ketinggian airnya meningkat. Sebagian kawasan, termasuk ratusan rumah terendam air hingga ketinggian 1,5 meter. Sementara ribuan rumah lainnya terendam air mulai semata kaki orang dewasa hingga betis dan lutut,” ujar Camat Rumbai Pesisir Nurhesminsyah.
Sementara di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, 10 unit bangunan di Desa Pagaran Honas, Kecamatan Badiri, rusak diterjang longsoran tanah kemarin sekitar pukul 07.00 WIB. Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun kerugian warga diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Kesepuluh bangunan itu tujuh di antaranya rumah warga, dua bangunan pemerintah, yakni Poliklinik Desa (Polindes) dan Balai Desa, serta satu bangunan madrasah ibtidaiah (MI). Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapteng Bonaparte Manurung mengatakan, longsor tersebut terjadi akibat hujan deras pada Rabu (26/11) malam.
Material tanah bercampur batu berukuran besar dari pegunungan di daerah tersebut tiba-tiba amblas dan menghantam rumah warga. ”Dengan adanya peristiwa ini, total rumah warga ditambah bangunan pemerintah di Tapteng yang rusak karena bencana alamberjumlah15unit(10unitdi Pagaran Honas dan 5 unit di Desa Sibio-bio, Kecamatan Sibabangun), dengan korban jiwa 5 orang warga Sibio-bio,” tuturnya.
Bonaparte menambahkan, sebelumnya peristiwa banjir bandang dan longsor memang terjadi di Desa Sibio-bio, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapteng, Jumat (21/11). Dalam peristiwa itu, empat warga meninggal dunia dan bayi berusia empat bulan Maiya Zebua hanyut terbawa air. Belakangan, sang bayi ditemukan tim SAR dalam kondisi tak bernyawa pada Rabu (26/11).
Jonny simatupang/M ridwan/Ant
Menurut Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pasaman Barat Yunadi, pihaknya belum bisa memastikan kerugian akibat banjir yang melanda wilayah itu. Namun, dia menyatakan jumlah warga korban banjir mencapai 6.076 jiwa yang tersebar di tujuh kelurahan, yakni Jorong (Kelurahan) Koto Sawah, Jorong Sikabau dan Aek Jornih, Maligi, Jorong Rantau Panjang, Kecamatan Sasak Ranah Pasisia, dan Jorong Air Gadang.
Banjir juga melanda Jorong Irian Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang serta Jorong Tamiang Batahan, Kecamatan Ranah Batahan. Tragisnya, hujan yang terus menerus melanda Pasaman Barat bukan hanya mengakibatkan banjir, juga longsor. ”Tanah Longsor juga terjadi di Jalan Jorong Sitabu Nagari Rabijonggor. Namun, tidak ada korban jiwa,” ujar Yunadi.
Dia menjelaskan hingga saat ini sejumlah warga masih mengungsi ke rumah sanak familinya terdekat, sebab air yang merendam rumah warga itu mencapai satu meter dan sudah masuk rumah. Sampai kemarin sore, para korban banjir juga masih tetap waspada menghadapi banjir susulan, apalagi curah hujan di Pasaman Barat masih tinggi. ”Sejumlah bantuan berupa beras dan makanan siap saji telah kami salurkan. Mudah- mudahan bantuan itu bermanfaat bagi korban banjir,” ujar Yunadi.
Menurut dia, pemerintah kabupaten sudah menyerahkan bantuan beras 1.350 kilogram untuk 485 jiwa korban banjir di Nagari Air Gadang, Kecamatan Pasaman. Begitu juga untuk korban banjir di Jorong Maligi, pihaknya menyalurkan 735 kilogram beras, 50 set makan siap saji, dan 50 set makan tambahan vitamin.
Sedangkan untuk Jorong Koto Sawah, pihaknya menyerahkan 20 kardus mi instan ditambah 72 set makan siap saji, plus vitamin dan sarden. Musibah banjir itu bukan hanya menimpa warga Pasaman Barat. Ratusan rumah warga di sembilan kecamatan Kabupaten Musirawas Utara, Sumatera Selatan, pun terendam banjir akibat meluapnya air Sungai Rupit setelah diguyur hujan beberapa hari terakhir.
Luapan air masih terus meluas dan sebagian warga sudah mengungsi ke rumah keluarga yang berada di wilayah aman. PelaksanaHarian(Plh) Bupati Musirawas Utara M Ali mengatakan, banjir bandang yang melanda sembilan kecamatan dekat bantaran Sungai Rupit itu antara lain Kecamatan Rupit, KarangJaya, danRawasIlir.
Hingga kini belum ada tanda-tanda air akan surut, bahkan luapan air cenderung meningkat. Di Pekanbaru, Riau, banjir juga merendam 2.455 rumah di wilayah Kecamatan Rumbai Pesisir. Sedikitnya 3.000 keluarga menjadi korban.
”Bencana tersebut sudah terjadi lima hari ini. Saat ini banjir terus meluas dan ketinggian airnya meningkat. Sebagian kawasan, termasuk ratusan rumah terendam air hingga ketinggian 1,5 meter. Sementara ribuan rumah lainnya terendam air mulai semata kaki orang dewasa hingga betis dan lutut,” ujar Camat Rumbai Pesisir Nurhesminsyah.
Sementara di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, 10 unit bangunan di Desa Pagaran Honas, Kecamatan Badiri, rusak diterjang longsoran tanah kemarin sekitar pukul 07.00 WIB. Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun kerugian warga diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Kesepuluh bangunan itu tujuh di antaranya rumah warga, dua bangunan pemerintah, yakni Poliklinik Desa (Polindes) dan Balai Desa, serta satu bangunan madrasah ibtidaiah (MI). Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapteng Bonaparte Manurung mengatakan, longsor tersebut terjadi akibat hujan deras pada Rabu (26/11) malam.
Material tanah bercampur batu berukuran besar dari pegunungan di daerah tersebut tiba-tiba amblas dan menghantam rumah warga. ”Dengan adanya peristiwa ini, total rumah warga ditambah bangunan pemerintah di Tapteng yang rusak karena bencana alamberjumlah15unit(10unitdi Pagaran Honas dan 5 unit di Desa Sibio-bio, Kecamatan Sibabangun), dengan korban jiwa 5 orang warga Sibio-bio,” tuturnya.
Bonaparte menambahkan, sebelumnya peristiwa banjir bandang dan longsor memang terjadi di Desa Sibio-bio, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapteng, Jumat (21/11). Dalam peristiwa itu, empat warga meninggal dunia dan bayi berusia empat bulan Maiya Zebua hanyut terbawa air. Belakangan, sang bayi ditemukan tim SAR dalam kondisi tak bernyawa pada Rabu (26/11).
Jonny simatupang/M ridwan/Ant
(bbg)