Gemar Olahraga, Mahir Berenang

Minggu, 23 November 2014 - 11:34 WIB
Gemar Olahraga, Mahir Berenang
Gemar Olahraga, Mahir Berenang
A A A
Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan berolahraga penting dilakukan oleh semua orang.

Namun, jangankan difabel, orang yang kemampuan fisiknya normal saja banyak yang malas berolahraga. Hal itu tidak berlaku bagi Sri Lestari. Menurunnya kemampuan gerak karena separuh badan lumpuh tidak lantas membuatnya hanya berdiam diri, terpenjara di kursi roda atau tempat tidur. Menurut dia, difabel pun wajib berolahraga.

“Banyak saya temui orang yang lumpuh bertahun-tahun hanya terbaring di tempat tidur sehingga lama-kelamaan kurus, kakinya mengecil dan kaku karena otot-otot tidak digerakkan,” ujarnya. “Itu justru membuat semakin badan kita semakin tidak sehat dan kemampuan gerak tubuh kian menurun.” Bagaimana olahraga yang baik bagi difabel? Sri menjelaskan, tekniknya tentu disesuaikan dengan kondisi masing- masing.

Salah satu cara yang kerap dilakukan Sri adalah melatih kekuatan kaki sebagai tumpuan dengan bantuan alat semacam korset besi yang bisa menyangga tubuh mulai dari atas lutut hingga bawah lutut. “Saya punya tempat tidur khusus untuk olahraga. Kedua kaki saya talikan seperti robot, tangan pegangan di tempat tidur. Bagi saya olahraga itu minimal berdiri saja. Kalau sudah ‘senam’ begitu rasanya lebih enak karena fungsi organ tubuh pulih lagi,” tuturnya.

Sri juga hobi berenang. Namun, cukup sulit menemukan kolam renang yang ideal bagi dirinya. Untunglah, ada sebuah kolam renang di pusat rehabilitasi, di mana pinggir kolam renang sejajar dengan dudukan kursi roda sehingga dia bisa memindahkan diri sendiri dari kursi roda ke pinggir kolam. “Saya cukup baik dalam berenang, tak masalah berapa pun kedalamannya,” ucap penyuka segala jenis sayuran itu.

Sri menuturkan, difabel walau bagaimana pun memang tidak bisa hidup sendirian. Namun, dorongan semangat, ketersediaan fasilitas yang memadai, dan dukungan keluarga bisa membantu difabel lebih mandiri. Dia teringat beberapa tahun silam saat keluarganya merancang kamar mandi dan wastafel yang bisa diakses olehnya, dengan maksud ketika orangtuanya tidak di rumah, Sri bisa melakukan segala sesuatunya sendiri.

“Aktivitas pribadi seperti mandi, masak, mencuci, saya bisa lakukan sendiri,” jelas perempuan yang pernah bekerja di restoran itu. Sri berharap fasilitas publik seperti moda transportasi pun lebih ramah kepada difabel. Begitupun hotel-hotel, di mana aturan menyebutkan bahwa setiap 200 kamar hotel terdapat 4 kamar khusus bagi difabel.

Berdasarkan pengalamannya, umumnya hanya hotel- hotel besar bertarif mahal yang sudah melakukan hal tersebut. Setelah sukses melakukan dua kali perjalanan jarak jauh yaitu Jakarta- Bali dan Aceh-Jakarta dengan sepeda motor modifikasinya, Sri berencana melakukan perjalanan serupa di luar Jawa. Dia juga mengungkapkan obsesinya untuk membukukan kisah perjalanan tersebut supaya bisa menginspirasi lebih banyak orang.

Menurut dia, pihak UCP Roda untuk Kemanusiaan Indonesia juga memasilitasi pembuatan sekitar 300 SIM D bagi penyandang disabilitas. Persyaratan untuk mendapat SIM D antara lain surat keterangan sehat dari rumah sakit serta lolos ujian tertulis dan praktik.

Inda susanti/Ema malini
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8819 seconds (0.1#10.140)