Geliat Seni Tradisional di TC

Minggu, 23 November 2014 - 11:05 WIB
Geliat Seni Tradisional...
Geliat Seni Tradisional di TC
A A A
Subur, salah seorang pedagang suvenir di Thamrin City. Berbagai barang seni ukir dari aneka jenis material dijual di toko miliknya.

Seni ukir tradisional di pusat perbelanjaan Thamrin City (TC) semakin menunjukkan prospek cemerlang. Salah satunya adalah suvenir ukir-ukiran dari berbagai material di Toko Subur Craft yang menempati lantai dasar TC.

Berbagai benda seni ukir berderet itu memancing kolektor benda seni antik untuk mengeluarkan isi kantongnya. Subur, pemilik toko, bertutur penuh antusias mengenai prospek barang dagangannya di pusat perbelanjaan modern itu. Bagaimana tidak, pelaku usaha kerajinan khas Yogyakarta selama empat tahun terakhir ini memiliki prospek yang semakin menjanjikan.

Barang-barang seni ukir yang berbasis di Krebet, Bantul, Yogyakarta, , memang memberikan warna lokal tersendiri. Berbagai jenis suvenir hasil kerajinan komunitas seni mulai dari sosok topeng, sepeda tembaga, becak silver, wayang kayu, gantungan kunci, canting, dan klontongan bambu hadir di Toko Subr Craft.

“Semua barang kerajinan diproduksi di Yogyakarta dengan bantuan tenaga perajin lokal, di Jakarta hanya untuk pemasaran,” ujar Subur. Keinginan Subur menembus pasar Jakarta akhirnya tercapai setelah mendapatkan ajakan bergabung dari Thamrin City. Kini, kata Subur, tokonya yang berlokasi di zona Pusat Batik Nusantara di area batik Yogyakarta pun mulai ramai oleh pengunjung yang mencari aneka kerajinan Yogyakarta .

Omzet penjualan pun berkisar Rp25juta hingga Rp30 juta per bulan. Subur menjual dengan harga paling murah Rp10.000 hingga Rp500.000 per satuan barang. Hal yang sama juga dialami oleh Moria Fatma, pemilik usaha kerajinan Balimore yang menjual anekaaksesori etnik Bali di Lantai 2 Blok A3 Thamrin City.

Menurut Moria Fatma, barang-barang aksesori seperti gelang, kalung, anting, ikat rambut, serta pernak pernik wanita yang dijual di tokonya itu semua diproduksi di Denpasar, Bali. Harganya bervariasi antara Rp30.000 hingga Rp100.000persatuanbarang. Dia menyatakan, minat akan barang-barang aksesori etnik Bali sudah cukup tinggi di Jakarta.

“Kami bisa mendapat omzet Rp30 hingga Rp40 juta per bulan. Kalau pembelian secara grosir mendapatkan diskon sebesar 20% dari harga barang,” ujar Moria. Di pojok lain, Febri, pemilik toko Java Antique Store , menikmati hasil usaha berjualan aneka kerajinan keris dari berbagai daerah di Indonesia.

Keris termasuk jenis benda antik yang menyimpan banyak kisah dari etnik tertentu. Karena itu, bentuk dan ukuran tiap keris berbeda, tergantung dari daerah asalnya. Di toko Java Antique Store yang berlokasi di lantai Lantai 3 Blok A, bisa ditemui berbagai macam jenis keris dari Madura, Kalimantan, Yogyakarta, Solo, Kediri, Lampung, Makasar dan lainnya. “Ada sekitar 250 jenis keris dari berbagai daerah di Indonesia,”ujar Febri.

Febri menyampaikan, aneka keris yang dijual berharga Rp1 juta hingga Rp3 juta . Para pembeli yang datang berkunjung umumnya para kolektor keris dan orang asing yang menggemari barang antik seperti keris. Omzet per bulan bisa mencapai Rp100 juta. Febri mengungkapkan, keris Madura diproduksi keluarganya secara turun temurun di Sumenep, sedangkan keris yang lain dibeli dari para perajin dan kolektor di daerah.

“Kemajuan usaha kami semakin berkembang sejak bergabung di Thamrin City,” tandasnya. Tentu, penuturan Febri, Subur, dan Moria Fatma sebuah kabar gembira bagi komunitas perajin yang menghasilkan benda seni. Hal ini akan mendorong mereka untuk lebih bersemangat dan lebih inovatif.

“Sesungguhnya upaya untuk menghidupkan dan menghadirkan aneka produk kerajinan daerah di pusat kota Jakarta telah menjadi komitmen Thamrin City,” kata Lucy Ratna, Public Relations and Promotion Manager Thamrin City.

Donatus nador
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1270 seconds (0.1#10.140)