Saatnya Terapkan Pendidikan Berbasis Sains

Minggu, 23 November 2014 - 11:02 WIB
Saatnya Terapkan Pendidikan Berbasis Sains
Saatnya Terapkan Pendidikan Berbasis Sains
A A A
Indonesia bakal menghadapi tantangan yang lebih besar di masa mendatang. Ekonomi Indonesia yang terus tumbuh perlu diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualitas global agar tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Menurut Laporan McKinsey Global Institute, pada 2030 mendatang Indonesia akan menjadi negara terbesar ketujuh di dunia. Saat itu dibutuhkan 113 juta tenaga kerja terampil untuk mengisi penting dari level menengah hingga atas di setiap institusi bisnis yang ada. Ini merupakan tantangan besar, mengingat data Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini SDM Indonesia masih didominasi pekerja kurang terampil dari 88 juta orang tenaga kerja yang tercatat.

Di lain sisi, pekerja terampil dan ahli masing-masing baru mencapai 22,1 juta dan 6,5 juta orang. “Sekitar 47% SDM Indonesia didominasi mereka yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar,” kata Managing Director Putera Sampoerna Foundation (PSF) Nenny Soemawinata di Jakarta (21/11). Menurut Nenny, kondisi ini sangat rawan, mengingat tahun depan Indonesia sudah tergabung dalam pasar bebas ASEAN.

Tenaga terampil yang menguasai keahlian di bidangnya sangat mendesak dibutuhkan. Jika tidak, para pekerja asing akan banyak menduduki posisi strategis di beberapa perusahaan dalam negeri. AgarmunculSDMkompeten, menurut Nenny, perlu pendidikan yang menerapkan sistem berkualitas, misalnya melalui pendidikan yang fokus di bidang STEM (sains, teknologi, engineering, dan matematika).

Anak yang mempunyai kemampuan sains dan teknik yang baik umumnya mempunyai sistematika pemikiran yang bagus. Mereka bisa menerapkan daya berpikir logis lebih baik dibanding yang tidak mengusainya. Nenny mencontohkan, sejumlah bank ternama di negeri ini banyak yang dipimpin SDM yang berlatar belakang teknik dan sains.

Pelajaran yang berbasis STEM umumnya tidak mengandalkan hafalan, namun nalar dan logika sistematis. Sayangnya, di Indonesia banyak siswa yang tidak tertarik pada bidang STEM karena identik dengan kekakuan. Para generasi milenial (Generasi Y, berusia sekitar 15 dan 29 tahun) umumnya keranjingan dan merupakan pengguna setia teknologi. Mereka tidak berminat dalam mempelajari matematika dan sains yang diperlukan untuk mengisi posisi tersebut.

“Para pemuka bisnis sepakat bahwa mempelajari STEM merupakan kunci bagi kesejahteraan bangsa. STEM adalah bahan bakar bagi mesin inovasi. Hampir semua dari 30 pekerjaan dengan pertumbuhan terpesat membutuhkan keterampilan kuantitatif dan pengetahuan teknis mengenai STEM,” tambah Nenny.

Karena itu, Nenny mengajak masyarakat Indonesia mulai memahami mengenai pendidikan berbasis STEM. Dia percaya bahwa pendidikan berbasis STEM dapat membentuk sumber daya manusia yang mampu bernalar dan berpikir kritis, logis, dan sistematis sehingga mereka nantinya mampu menghadapi tantangan global serta mampu meningkatkan perekonomian negara.

Sementara Ukthi Ciptawaty, Prinicipal Primary School Sampoerna Academy, juga menyebutkan bahwa kebutuhan akan pekerja yang kompeten dalam bidang STEM memiliki kaitan yang erat dengan daya saing global. Analisa Data National Science Foundation menyebutkan, pada 10 tahun ke depan 80% pekerjaan mengharuskan para pekerjanya menguasai keterampilan di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika.

Keterampilan STEM semakin dibutuhkan siapa pun yang ingin berperan aktif dalam ekonomi berbasis pengetahuan. “Siswa yang melek STEM tidak hanya seorang inovator dan pemikir kritis, tetapi juga seseorang yang mampu menghubungkan dirinya dengan sekolah, masyarakat, pekerjaan, dan dunia, mereka adalah kunci dari peningkatan ekonomi bangsa,” ujar Ukthi.

Sistem berbasis STEM ini kini salah satunya diterapkan pada Sampoerna Academy yang menerapkan kurikulum unik yang berkelas internasional dengan fokus pada pendidikan berbasis STEM yang bertujuan membentuk karakter para siswa menjadi calon pemimpin masa depan berkaliber tinggi. Sampoerna Academy menyediakan jalur pendidikan yang menggabungkan Kurikulum Nasional 2013 dengan berbagai program internasional.

Semua lembaga pendidikan dituntut untuk mencari terobosan tidak menjadikan pengajaran sebagai rutinitas biasa. Terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas siswa akan berpengaruh pada karakter mereka saat berkompetisi dalam dunia kerja kelak.

Islahuddin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5217 seconds (0.1#10.140)