Banjir Mulai Merendam Ibu Kota

Jum'at, 21 November 2014 - 13:37 WIB
Banjir Mulai Merendam Ibu Kota
Banjir Mulai Merendam Ibu Kota
A A A
JAKARTA - Sehari dilantik sebagai gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) langsung dihadapkan dengan masalah banjir. Sejumlah kawasan terendam dan ribuan jiwa diungsikan.

Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Operasional Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hujan yang mengguyur Rabu (19/11) malam mengakibatkan ribuan rumah warga terendam. Ketinggian air berkisar 30-400 cm. Hingga kemarin siang, sedikitnya 17.569 jiwa sudah diungsikan.

Namun pada sore hari, pengungsi tinggal 1.089 yang ditempatkan di gedung olahraga, musala, masjid, dan rumah sakit. Kepala BPBD DKI Jakarta Bambang Musyawardana menuturkan, banjir merendam lima kelurahan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Kelima kelurahan tersebut yakni Rawajati dengan empat RW terendam banjir berketinggian air mencapai 30-100 cm.

Kelurahan Pejaten Timur terdapat empat RW terendam sekitar 50-100 cm. Banjir juga menggenangi 3 RW di Kelurahan Bidara Cina, 8 RW di Kelurahan Kampung Melayu dengan ketinggian 30-400 cm. Di Kecamatan Kramatjati ada di Kelurahan Cawang, yaitu 1 RW dengan ketinggian air maksimal 2 meter.

“Warga yang terdampak banjir diungsikan ke gedung-gedung sekitar, seperti gedung olahraga dan rumah ibadah,” katanya kemarin. Dini hari kemarin BPBD berkoordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait untuk memberikan bantuan berupa pendirian posko kesehatan dan dapur umum.

“Sudah kita koordinasikan. Dapur umum dan posko kesehatan sudah langsung didirikan untuk membantu warga,” ucapnya. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, banjir akibat hujan deras di bagian hulu Sungai Ciliwung. Daerah yang terkena dampak banjir itu setiap hujan selalu terendam.

Sutopo menuturkan hingga kini masih banyak masyarakat yang bermukim di sepanjang Sungai Ciliwung. Jumlah penduduk yang tinggal di sepanjang bantaran sungai dari Kelurahan Srengseng Sawah hingga Manggarai lebih dari 34.000 KK. “Jumlah penduduk ini setara dengan jumlah penduduk di Kabupaten Bengkulu Selatan atau Pidie Jaya,” tuturnya.

Banjir di Kampung Pulo dan Kampung Melayu berefek pada kemacetan karena air menggenang hingga badan Jalan Jatinegara Barat sekitar 20-30 cm. Akibatnya terdapat antrean kendaraan dari Jalan Jatinegara Barat hingga Jalan Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur. Lalu lintas di titik itu bergerak sama sekali. Para pengendara berusaha mencari jalan alternatif.

Sejumlah aparat kepolisian berupaya mengarahkan pengendara ke lokasi lain supaya arus lalu lintas tidak tersendat. Genangan juga melanda Jalan Abdullah Syafei, dari arah Tebet ke Kampung Melayu maupun sebaliknya dengan ketinggian air mulai dari 30-80 cm. Air yang mulai merendam jalan sekitar pukul 05.00 WIB tersebut akibat meluapnya Sungai Ciliwung.

Akibat genangan, terlihat antrean kendaraan mengambil jalur kanan untuk menghindari air. Selain mobil, terdapat sepeda motor yang mogok karena terendam. Namun, sore kemarin ketinggian air tinggal 10-30 cm. Meluapnya air Ciliwung juga menyebabkan Jalan Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat terendam sejak pukul 06.00 WIB dengan ketinggian air 10-50 cm.

Kepala Sudin PU Tata Air Jakarta Pusat Herning Wahyuningsih mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak ketika air sudah meluap. Meskipun ada pompa, penyedotan tidak akan maksimal karena sungai sebagai tempat pembuangan air sudah meluap. “Fungsi pompa yakni menyedot air yang berada di jalan untuk dibuang ke kali. Jika kalinya penuh, tentu fungsi penyedotan tidak akan bisa,” ujarnya.

Ahok mengakui masih ada 634 RW di Ibu Kota yang pasti terendam jika hujan turun. Semua lokasi itu sudah didata dan akan diambil tindak lanjut pekan depan bersama Dinas Pekerjaan Umum (PU). Menurutnya, banyaknya lokasi terendam banjir akibat air tidak dapat dialirkan dengan cepat oleh pompa air.

Pompa itu harus difungsikan menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar, sementara ketersediaan solar tidak ada. Bahkan, ada juga kondisi pompa tidak bisa menyala. Ke depan pengadaan solar tidak boleh lagi ditenderkan, tapi harus dibeli sendiri. “Di lapangan tidak ada koordinasi dalam hal pompa ini,” tandasnya.

Untuk penanganan jangka pendek, pihaknya akan mengirimkan alat berat dan pompa penyedot menyedot air serta mengeruk sampah yang menyumbat aliran air. Bila ada rumah yang dianggap sebagai pemicu sumbatan air akan dibongkar. “Kalau saluran kondisinya tinggi dan airnya cepat meluap akan dipasang sheetpile,” tuturnya.

Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta Abdul Goni mengungkapkan, banjir akibat drainase belum berfungsi optimal. Terlambatnya pekerjaan infrastruktur tersebut berawal dari proses tender yang terlambat di Badan Layanan Pengadaan (BLP) Barang dan Jasa. “Ini pelajaran bagi Pemprov DKI Jakarta untuk mempercepat proses lelang. Dinas PU tidak bisa menunda-nunda pekerjaan,” ungkapnya.

Hujan deras yang turun di wilayah Bogor juga membuat Kali Bekasi meluap Rabu (19/11) malam. Akibatnya, permukiman warga yang tinggal di bantaran kali tersebut terendam. Di beberapa tempat, ketinggian air mencapai satu meter. Data Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Bekasi menyebutkan, luapan Kali Bekasi mulai membanjiri rumah warga sekitar pukul 23.00 WIB.

Perumahan yang pertama terkena adalah Pondok Gede Permai (PGP) di Jatiasih, disusul Kemang IFI dan RW 26 Margahayu, Bekasi Timur. “Ketinggian air akibat limpasan itu mencapai 50-100 cm,” ujar Ketua Tagana Kota Bekasi Engkus Kustara. Banjir kiriman tampaknya masih akan terus menghantui wilayah hilir.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Dramaga Bogor Dedi Sucahyono menjelaskan, curah hujan di wilayah Bogor diprediksi akan terus meningkat. Dia mengimbau warga yang tinggal di bantaran kali dan dataran tinggi waspada. “Karena dengan tingginya curah hujan selama sepekan ke depan bisa mengakibatkan bencana longsor dan banjir,” jelasnya.

Ilham safutra/Helmi syarif/Abdullah m surjaya/Ridwansyah/Haryudi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5906 seconds (0.1#10.140)