Tumor Ganas Gerogoti Wajah, Silvia Nyaris Tak Bisa Melihat

Kamis, 20 November 2014 - 14:42 WIB
Tumor Ganas Gerogoti...
Tumor Ganas Gerogoti Wajah, Silvia Nyaris Tak Bisa Melihat
A A A
Beratnya bertahan hidup dijalani bocah Silvia Aulia. Di usianya yang masih 2,5 tahun, putri kedua pasangan Iyan Sutiyaganda-Komariah ini harus berjuang melawan tumor ganas di wajah yang sudah enam bulan menyerangnya.

Saking hebatnya tumor itu, bocah warga Dusun Tamelang Barat RT 22/05, Desa Margasari, Kecamatan Karawang Timur itu nyaris tak bisa melihat sebelah. Pasalnya, benjolan sebesar kepalan tangan orang dewasa tepat berada di mata sebelah kirinya. Sementara sang orang tua tak berdaya dan hanya bisa pasrah melihat nasib anaknya karena terganjal biaya.

“Kami bukan tak mau menjadikan putri kami sehat seperti balita lainnya. Ini karena ketidak mampuan kami. Untuk mengobati tumor di wajahnya itu diperlukan biaya tidak sedikit. Sementara kami tak punya biaya dan tak punya harta yang bisa dijual,” ujar Iyan. Meski tidak mampu dalam hal biaya, bukan berarti Iyan dan istrinya tidak pernah berusaha mengobati putri bungsunya itu.

Sejumlah tempat pengobatan dan rumah sakit, mulai RSUD Karawang, Rumah Sakit Cipto, sampai Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta sudah didatanginya. Hanya, lagilagi terganjal biaya. Semua rumah sakit itu mematok biaya yang tidak sedikit untuk penyembuhan Silvia.

“Saya hanya kuli bangunan, sementara pihak rumah sakit mematok biaya puluhan hingga ratusan juta. Pernah saya meminta surat keterangan tidak mampu dari desa dan ikut program kesehatan gratis dari pemerintah, tapi hasilnya tetap saja tidak ada,” lanjut Iyan. Diceritakan Iyan, ihwal benjolan yang terus membesar di wajah sebelah kiri Silvia terjadi saat putrinya itu berusia 11 bulan.

Kala itu Silvia sempat jatuh dan matanya mengenai bangku yang terbuat dari bambu (bangku). Saat itu Silvia mengalami luka ringan dan berdarah yang kemudian diobatinya ke klinik terdekat hingga akhirnya sembuh. “Tapi beberapa bulan kemudian, mata Silvia keluar benjolan sebesar biji beras sampai akhirnya membesar seperti sekarang,” sambung Iyan.

Setelah mengetahui benjolan itu terus membesar, Iyan dan istrinya membawa Silvia kembali ke klinik terdekat. Namun di sana, dokter merujuk agar Silvia dibawa ke RSUD Karawang. Mereka pun kemudian membawa Silvia ke RSUD Karawang. Lagi-lagi di RSUD Karawang Silvia kembali dirujuk ke RS Cipto di Jakarta. “Tapi pihak rumah sakit mematok biaya, yang tak mungkin bisa kami penuhi,” kata Iyan.

Iyan dan istrinya pun hanya bisa pasrah karena keterbatasan ekonomi. Sejak pulang dari rumah sakit di Jakarta beberapa bulan lalu itu, Silvia belum pernah kembali dibawa ke rumah sakit untuk berobat. Pihak keluarga memilih mengobatinya ke beberapa tempat pengobatan alternatif.

“Harapan saya, mudah-mudahan ada yang bermurah hati dan bisa kembali membawa putri saya ke rumah sakit untuk berobat,” kata Iyan. Sementara sang ibu, Komariyah, mengatakan bahwa setiap malam Silvia kerap menjerit kesakitan. Dia dan suaminya hanya bisa tidur beberapa menit dalam satu malam karena harus menjaga Silvia.

“Kami juga menjaga agar Silvia tidak menggaruk benjolannya. Biasanya kalau sudah digaruk keluar banyak darah dan nanah. Makanya saya harus terus mengawasi bersama suami saya,” ujar Komariyah.

M BAYU HIDAYAH
Karawang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7287 seconds (0.1#10.140)