Premium Rp8.500, Solar Rp7.500

Selasa, 18 November 2014 - 11:46 WIB
Premium Rp8.500, Solar...
Premium Rp8.500, Solar Rp7.500
A A A
JAKARTA - Pemerintah akhirnya menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dan solar. Mulai pukul 00.00 WIB dini hari tadi harga premium dan solar naik Rp2.000 per liter menjadi Rp8.500 dan Rp7.500 per liter.

Keputusan tersebut langsung memicu prokontra. Sebagian menganggap kenaikan harga BBM merupakan langkah tepat untuk mengalihkan anggaran subsidi ke sektor produktif. Sebagian lain menentang langkah itu karena akan menambah beban masyarakat.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan pilihan yang harus diambil pemerintah. Dari waktu ke waktu bangsa Indonesia dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit terkait BBM bersubsidi.

“Pasti akan bermunculan pendapat yang setuju dan tidak setuju. Pemerintah sangat menghargai setiap masukan,” ujar Presiden saat memberikan keterangan pers kenaikan harga BBM bersubsidi di Istana Merdeka, Jakarta, tadi malam.

Presiden didampingi antara lain oleh Wapres Jusuf Kalla, Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri PPN/Kepala Bappenas Andrianof Chaniago, dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.

Usai menyampaikan keterangan singkat, Presiden dan Wapres meninggalkan ruangan oval Istana dan keterangan pers dilanjutkan para menteri. “Semoga keputusan pengalihan subsidi ke arah sektor produktif ini merupakan jalan terbuka untuk menghadirkan anggaran belanja yang lebih bermanfaat bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” ungkap Presiden.

Dia menjelaskan, bagi rakyat yang kurang mampu, pemerintah menyiapkan program sosial berupa paket Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Indonesia Pintar. Berbagai program itu diharapkan dapat menjaga daya beli masyarakat serta memulai berbagai usaha di sektor ekonomi produktif.

Menkeu Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah akan menghemat anggaran sebesar Rp100 triliun sebagai konsekuensi kenaikan harga BBM bersubsidi. Anggaran ini akan digunakan untuk belanja produktif seperti infrastruktur, memperkuat perlindungan sosial bagi keluarga miskin dan hampir miskin, serta mewujudkan visi pengembangan di sektor maritim.

Menurut Bambang, kenaikan harga BBM akan membawa dampak inflasi selama empat bulan ke depan. Khusus tahun ini inflasi diperkirakan bertambah 2%. “Jadi kalau kita mengambil base line 5,3%, perkiraan inflasi akhir tahun 7,3% untuk 2014. Tentunya masih ada dampak inflasi pada Januari 2015 sampai Februari, tetapi tidak akan besar di dua bulan pertama, November dan Desember 2014,” ungkapnya.

SPBU Diserbu

Antrean panjang terjadi di hampir seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) beberapa saat setelah kenaikan harga BBM diumumkan. Ratusan pengendara memilih menunggu hingga berjam-jam dan berdesak-desakan demi mendapatkan BBM dengan harga lama.

Di beberapa tempat antrean bahkan melewati areal SPBU. Dampaknya arus lalu lintas menjadi macet. Di Ibu Kota antrean itu antara lain terjadi di SPBU Jalan Panjang, Pos Pengumben, dan Kemanggisan Raya, Jakarta Barat; Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta Pusat; Cipete, Cilandak, TB Simatupang, Jakarta Selatan; Prumpung, Jakarta Utara; dan Rawamangun, Jakarta Timur.

Pantauan hingga pukul 22.45 WIB antrean kendaraan belum juga menyusut. Di SPBU Jalan Kemanggisan Raya, antrean pengendara sepeda motor mencapai 500 meter. Petugas kepolisian sempat kewalahan mengatur mereka. Pengendara juga sempat saling serobot untuk memasuki antrean.

Namun, perlahan pengendara itu dapat tertib meski dampak antrean ini membuat arus lalu lintas di Jalan Kemanggisan tersendat. Ahmadi, pengendara motor, mengaku sengaja antre karena dapat menghemat ongkos operasional kendaraannya. “Tidak apa-apa antre, yang penting masih harga lama. Saya isi full tank ,” katanya.

Situasi mirip terjadi di kawasan Cipete. Hampir semua SPBU disesaki pengendara motor. Adapun kendaraan roda empat, angkutan kota (angkot) paling banyak menunggu giliran. Meski harus antre lebih dari setengah jam, mereka mengaku tak mempermasalahkan.

Sempat terjadi kericuhan ketika seorang lakilaki membawa dua jeriken tibatiba menerobos antrean dan meminta dilayani. Seketika pria itu dihardik belasan pengendara. “Woi kalo mau ngisi bawa motor, jangan jeriken,” kata salah satu pengendara. Anto, salah satu warga, mengecam kenaikan harga BBM.

Menurutnya, kenaikan ini akan memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Ujung-ujungnya beban hidup menjadi naik. “Gaji belum naik, sekarang harga BBM naik. Saya minta pemerintah membatalkannya,” ucap dia. DiSPBU Jalan Sam Ratulangi, Menteng hingga pukul 23.00 WIB, antrean kendaraan hingga sepanjang 100 meter.

Demikian pula di Manggarai, Tebet, Bypass Prumpung, Jatinegara, dan beberapa tempat lain. Kepadatan juga melanda di seluruh SPBU di Makassar, Sulawesi Selatan. Ini seperti terlihat di tiga SPBU Jalan AP Pettarani dan Rappocini, antrean hingga lebih dari 100 meter.

Antrean berjalan tertib karena sejumlah anggota polisi telah menjaga. Di Bogor antrean hingga memenuhi badan jalan terjadi di SPBU 31.161.01 Jalan Semeru terjadi sejak pukul 22.00 WIB. Menurut Tono, petugas SPBU, antrean kali ini jauh lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Perlu Jelaskan ke Rakyat

Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie meminta pemerintah memberikan penjelasan seputar kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan kompensasi kepada kendaraan umum dan rakyat. “Meski menaikkan itu hak pemerintah, berikan penjelasan kepada rakyat dan DPR,” ujarnya di Yogyakarta tadi malam.

Dia akan memberikan arahan kepada anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar untuk meminta penjelasan dari pemerintah. “Tanyakan mengapa saat harga mentah turun, justru menaikkan harga BBM,” katanya. Belakangan ini harga minyak mentah dunia cenderung melemah. Harga minyak mentah anjlok hingga di bawah USD80 per barel.

Sementara itu, kalangan dunia usaha menyambut prokontra kenaikan harga BBM. Jasa angkutan misalnya mengungkapkan keberatannya atas kebijakan yang diambil pemerintahan Jokowi tersebut. Sekretaris Jenderal DPP Organisasi Angkutan Darat (Organda) Andriansyah mengatakan, kenaikan harga BBM berpotensi mematikan bisnis angkutan umum di Indonesia.

“Sebesar 30-35% beban biaya operasional itu ada dari konsumsi BBM bersubsidi. Sementara load factor rata-rata di perkotaan hanya 45%. Angka idealnya ada pada persentase 75%. Kalau menaikkan tarif, cukup sulit,” ungkap dia.

Senada, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Real Estate Indonesia (REI) Tomi Wistan mengatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan memengaruhi sektor properti. Kenaikan harga BBM berakibat langsung terhadap peningkatan biaya konstruksi, bahan bangunan, dan upah pekerja sehingga memicu kenaikan harga rumah. Dia pun memperkirakan harga rumah naik hingga 10%.

Ekonom Indef Enny Sri Hartati mengatakan, setiap kali pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi selalu timbul kontroversi. Itu antara lain disebabkan kebijakan penaikan harga BBM yang tidak didesain dengan perencanaan matang dan komprehensif dalam kerangka menyelesaikan akar permasalahan. Kebijakan penaikan harga BBM seringkali reaktif dan jangka pendek.

Rarasati syarief/Ridwan anshori/Ridwansyah/Helmi syarif/Bima setiyadi/Ichsan amin/Arsy ani s/Kunthi fahmar sandy/Irwan siregar/Inda susanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0596 seconds (0.1#10.140)