Polisi Batam Tewas Bunuh Diri
A
A
A
BATAM - Aiptu Yudika Manau, anggota Satreskrim Polresta Barelang, ditemukan tewas di Kampung Belian, Batam Centre, Kepulauan Riau, kemarin pukul 09.00 WIB. Diduga, dia menembak kepalanya sendiri dengan pistol miliknya.
Aksi nekat itu dilakukan korban di dalam mobil merah marun Ford Ranger miliknya bernomor polisi BP 9228 FX. Lelaki 44 tahun ini tewas dengan posisi duduk tersandar di kursi sopir. Korban meninggal dengan luka tembak di keningnya. Sementara pistol yang digunakan untuk mengakhiri hidupnya ditemukan di bawah pijakan pedal di bawah kakinya.
Sejauh ini belum diketahui penyebab aksi nekat sang aiptu. Namun, aparat kepolisian Polresta Barelang dan Polsek Batam Kota telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Jenazah korban sendiri langsung dibawa ke RS Otorita Batam untuk dilakukan autopsi. Sementara itu, mobil korban diberi garis polisi.
“Diduga bunuh diri. Kami masih mendalami ada unsur atau motif lain di balik kematian dia,” kata Kapolresta Barelang AKBP Asep Safrudin, kemarin. Dia menjelaskan, kepolisian juga sudah melakukan olah TKP untuk menyelidiki kasusnya, termasuk memeriksa proyektil peluru yang mengakhiri hidup anggotanya.
“Kami masih mendalami apakah senjata itu miliknya atau bukan. Yang jelas, senjata api yang ditemukan di mobil korban merupakan senjata organik Polri jenis revolver. Dari letusan yang didengar hanya satu kali, dan kami masih menyelidiki berapa butir proyektil yang keluar dari senpi,” kata mantan kapolres Bogor, Jawa Barat, itu.
Disinggung apakah korban memiliki masalah dengan pekerjaannya, Asep menggelengkan kepalanya. Menurutnya, selama ini korban tak memiliki masalah di kesatuannya, Unit II Satreskrim Polresta Barelang. “Teman-temannya bilang tak ada masalah dengan pekerjaan,” kata Asep.
Saat ini polisi masih melakukan penyelidikan secara seksama dengan memeriksa sejumlah saksi. Sang istri, Susilawati, masih belum bisa dimintai keterangan karena masih shock. Yang menarik, berdasarkan penelusuran KORAN SINDO, sebelum melaksanakan aksi bunuh diri, Yudika masih melayani pelanggan yang hendak isi ulang air di toko galon isi ulang Belian Qua miliknya. Hanya memang, pagi itu dia terlihat sedikit murung.
“Tadi pagi dia masih mengisi galon. Setelah itu, dia sempat ribut kecil dengan istrinya. Sejak itu, dia diam saja,” kata Antonius Manau, paman Yudika. Menurut Antonius, setelah ribut kecil dengan sang istri, Yudika langsung masuk ke mobilnya yang terparkir tepat di depan rumah. Tak lama kemudian, dia mendengar suara tembakan dari dalam mobil tersebut.
Karena terkejut dengan suara itu, Antonius langsung mendekati mobil dan mendapati Yudika telah tersandar tak bernyawa di jok mobil tersebut. Sebuah luka bekas tembakan terlihat di bagian kening korban. Aiptu Yudika sendiri kesehariannya dikenal sebagai sosok yang pendiam.
Ayah dari Yusti, Nuno, dan Abraham ini pun disebut- sebut sebagai pria yang baik dimata rekan-rekannya diUnitII Satreskrim Polresta Barelang. “Dia orangnya pendiam. Dia sudah bertugas lebih kurang tujuh tahun di Satreskrim Polresta Barelang. Sama teman-teman juga sangat baik dan ramah. Hari ini (kemarin) dia lepas dinas karena tadi malam piket ,” kata Kanit II Satreskrim Polresta Barelang Iptu Sopandi di lokasi kejadian.
Di mata tetangganya, Yudika juga dikenal sangat baik dan ramah. Karena itu, banyak orang yang tidak percaya dengan aksi nekat sang polisi. “Dia orangnya baik. Istrinya juga baik. Orang berada juga. Kontrakannya banyak di sini,” kata salah seorang tetangga Yudika.
Yudika juga dikenal sebagai sosok pintar dan aktif di kampus. Mahasiswa semester VII Fakultas Hukum, Universitas Batam itu dikenal sosok yang menyenangkan. Yanto, salah seorang teman Yudika di kampus, mengaku sangat terkejut mendengar kabar kematian seniornya tersebut. “Saya baru dapat kabar barusan. Katanya ada polisi di Kampung Belian yang meninggal. Ternyata teman sendiri,” katanya.
Kepergian Yudika meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi Yanto. Menurutnya, Yudika merupakan teman yang baik dan menyenangkan. “Saya sudah lama kenal dia, sekitar 10 tahun. Di kampus, dia aktif dan pintar,” imbuh Yanto. Yanto mengatakan, dia terakhir kali bertemu dengan Yudika sepekan lalu. “Minggu lalu saya ketemu waktu UTS (ujian tengah semester) di kampus. Bahkan, saya peluk dia. Dia tidak cerita kalau ada masalah dan terlihat seperti biasa saja,” ujarnya.
Hendra zaimi/Aini lestari
Aksi nekat itu dilakukan korban di dalam mobil merah marun Ford Ranger miliknya bernomor polisi BP 9228 FX. Lelaki 44 tahun ini tewas dengan posisi duduk tersandar di kursi sopir. Korban meninggal dengan luka tembak di keningnya. Sementara pistol yang digunakan untuk mengakhiri hidupnya ditemukan di bawah pijakan pedal di bawah kakinya.
Sejauh ini belum diketahui penyebab aksi nekat sang aiptu. Namun, aparat kepolisian Polresta Barelang dan Polsek Batam Kota telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Jenazah korban sendiri langsung dibawa ke RS Otorita Batam untuk dilakukan autopsi. Sementara itu, mobil korban diberi garis polisi.
“Diduga bunuh diri. Kami masih mendalami ada unsur atau motif lain di balik kematian dia,” kata Kapolresta Barelang AKBP Asep Safrudin, kemarin. Dia menjelaskan, kepolisian juga sudah melakukan olah TKP untuk menyelidiki kasusnya, termasuk memeriksa proyektil peluru yang mengakhiri hidup anggotanya.
“Kami masih mendalami apakah senjata itu miliknya atau bukan. Yang jelas, senjata api yang ditemukan di mobil korban merupakan senjata organik Polri jenis revolver. Dari letusan yang didengar hanya satu kali, dan kami masih menyelidiki berapa butir proyektil yang keluar dari senpi,” kata mantan kapolres Bogor, Jawa Barat, itu.
Disinggung apakah korban memiliki masalah dengan pekerjaannya, Asep menggelengkan kepalanya. Menurutnya, selama ini korban tak memiliki masalah di kesatuannya, Unit II Satreskrim Polresta Barelang. “Teman-temannya bilang tak ada masalah dengan pekerjaan,” kata Asep.
Saat ini polisi masih melakukan penyelidikan secara seksama dengan memeriksa sejumlah saksi. Sang istri, Susilawati, masih belum bisa dimintai keterangan karena masih shock. Yang menarik, berdasarkan penelusuran KORAN SINDO, sebelum melaksanakan aksi bunuh diri, Yudika masih melayani pelanggan yang hendak isi ulang air di toko galon isi ulang Belian Qua miliknya. Hanya memang, pagi itu dia terlihat sedikit murung.
“Tadi pagi dia masih mengisi galon. Setelah itu, dia sempat ribut kecil dengan istrinya. Sejak itu, dia diam saja,” kata Antonius Manau, paman Yudika. Menurut Antonius, setelah ribut kecil dengan sang istri, Yudika langsung masuk ke mobilnya yang terparkir tepat di depan rumah. Tak lama kemudian, dia mendengar suara tembakan dari dalam mobil tersebut.
Karena terkejut dengan suara itu, Antonius langsung mendekati mobil dan mendapati Yudika telah tersandar tak bernyawa di jok mobil tersebut. Sebuah luka bekas tembakan terlihat di bagian kening korban. Aiptu Yudika sendiri kesehariannya dikenal sebagai sosok yang pendiam.
Ayah dari Yusti, Nuno, dan Abraham ini pun disebut- sebut sebagai pria yang baik dimata rekan-rekannya diUnitII Satreskrim Polresta Barelang. “Dia orangnya pendiam. Dia sudah bertugas lebih kurang tujuh tahun di Satreskrim Polresta Barelang. Sama teman-teman juga sangat baik dan ramah. Hari ini (kemarin) dia lepas dinas karena tadi malam piket ,” kata Kanit II Satreskrim Polresta Barelang Iptu Sopandi di lokasi kejadian.
Di mata tetangganya, Yudika juga dikenal sangat baik dan ramah. Karena itu, banyak orang yang tidak percaya dengan aksi nekat sang polisi. “Dia orangnya baik. Istrinya juga baik. Orang berada juga. Kontrakannya banyak di sini,” kata salah seorang tetangga Yudika.
Yudika juga dikenal sebagai sosok pintar dan aktif di kampus. Mahasiswa semester VII Fakultas Hukum, Universitas Batam itu dikenal sosok yang menyenangkan. Yanto, salah seorang teman Yudika di kampus, mengaku sangat terkejut mendengar kabar kematian seniornya tersebut. “Saya baru dapat kabar barusan. Katanya ada polisi di Kampung Belian yang meninggal. Ternyata teman sendiri,” katanya.
Kepergian Yudika meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi Yanto. Menurutnya, Yudika merupakan teman yang baik dan menyenangkan. “Saya sudah lama kenal dia, sekitar 10 tahun. Di kampus, dia aktif dan pintar,” imbuh Yanto. Yanto mengatakan, dia terakhir kali bertemu dengan Yudika sepekan lalu. “Minggu lalu saya ketemu waktu UTS (ujian tengah semester) di kampus. Bahkan, saya peluk dia. Dia tidak cerita kalau ada masalah dan terlihat seperti biasa saja,” ujarnya.
Hendra zaimi/Aini lestari
(bbg)