Pelayanan Harus Ditingkatkan
A
A
A
JAKARTA - Setahun terakhir pelayanan bus Transjakarta banyak disorot karena buruknya kualitas pelayanan. Buruknya pelayanan akibat adanya peristiwa bus terbakar, sambungan putus, roda lepas, kecelakaan, dan kondisi di bus tidak nyaman lagi.
Hal itu membuat masyarakat berpikir bahwa bus Transjakarta sudah tidak bisa diandalkan untuk bepergian. Pemprov DKI Jakarta pun harus bisa mengembalikan citra pelayanan Transjakarta menjadi tulang punggung transportasi publik di Ibu Kota.
”Persoalan ini tidak terlepas dari masa transisi pengelolaan Transjakarta dari badan layanan umum (BLU) ke badan usaha milik daerah (BUMD). Ada keragu-raguan di antara dua manajemen tersebut dalam mempertahankan kualitas pelayanannya,” kata Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Edi Nursalam kemarin.
Edi menuturkan, PT Transportasi Jakarta harus bisa banyak berinovasi agar perusahaan daerah itu bisa eksis dan mampu ”menggoda” masyarakat mau menggunakan angkutan umum tersebut. Misalnya menciptakan kualitas pelayanan yang sesuai dengan ketentuan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), seperti tidak ada lagi penumpang berdesak-desakan di dalam bus, penumpang menunggu terlalu lama di halte, dan udara di halte panas.
Hal itu membuat penumpang merasa tidak nyaman. Dia menyarankan manajemen PT Transportasi Jakarta membuat rumusan bagaimana bisnis yang mulai dijalani secara penuh di 2015 mendatang mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat. Tidak hanya mengandalkan pendapatan perusahaan dari tiket, tapi juga bisnis lain, seperti penjualan iklan, penggunaan halte untuk lahan komersial, dan sebagainya.
Sebagai BUMD, PT Transportasi Jakarta dituntut bisa menghasilkan keuntungan. ”Perlahan-lahan nanti Pemprov DKI Jakarta itu akan mengurangi nilai subsidi BUMD itu,” tandasnya. Kemarin PT Transportasi Jakarta memberlakukan tarif Rp10 sekali jalan untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November.
Agar semangat kerja dari manajemen baru itu lebih berkualitas, PT Transportasi Jakarta juga meluncurkan logo baru Transjakarta yang didominasi dengan warna biru. Logo ini digunakan untuk armada bus Transjakarta yang baru. Pertama logo ini dipakai di bus hibah dari swasta. Bus bermerek Scania produksi Swedia ini menggunakan bahan bakar gas (BBG).
”Bus baru itu dibeli penyumbangnya sekitar Rp4,5-5 miliar dan akan kami operasikan di koridor I (Blok MKota),” tutur Direktur Utama PT Transportasi Jakarta ANS Kosasih. Bus gandeng buatan Scania ini akan dijadikan patokan bagi PT Transportasi Jakarta untuk mengadakan kontrak dengan operator dalam menyediakan bus baru.
Bus itu diklaim lebih mengutamakan keleluasaan ruang duduk penumpang. Penumpang tidak akan terhimpit dengan tempat duduk di depannya karena diberikan jarak yang cukup lebar. Begitu juga yang berdiri diberikan gantungan tangan yang lebih rendah. Hal itu lebih nyaman bagi penumpang selama di dalam bus.
Terobosan lainnya, dalam waktu dekat halte Harmoni diperbaharui dengan model lebih representatif, yakni disediakan mini kafe dan toilet. Nantinya penumpang tidak merasa terlalu bosan menunggu bus. ”Perbaikan halte ini lakukan tahun depan,” jelasnya.
Ilham safutra
Hal itu membuat masyarakat berpikir bahwa bus Transjakarta sudah tidak bisa diandalkan untuk bepergian. Pemprov DKI Jakarta pun harus bisa mengembalikan citra pelayanan Transjakarta menjadi tulang punggung transportasi publik di Ibu Kota.
”Persoalan ini tidak terlepas dari masa transisi pengelolaan Transjakarta dari badan layanan umum (BLU) ke badan usaha milik daerah (BUMD). Ada keragu-raguan di antara dua manajemen tersebut dalam mempertahankan kualitas pelayanannya,” kata Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Edi Nursalam kemarin.
Edi menuturkan, PT Transportasi Jakarta harus bisa banyak berinovasi agar perusahaan daerah itu bisa eksis dan mampu ”menggoda” masyarakat mau menggunakan angkutan umum tersebut. Misalnya menciptakan kualitas pelayanan yang sesuai dengan ketentuan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), seperti tidak ada lagi penumpang berdesak-desakan di dalam bus, penumpang menunggu terlalu lama di halte, dan udara di halte panas.
Hal itu membuat penumpang merasa tidak nyaman. Dia menyarankan manajemen PT Transportasi Jakarta membuat rumusan bagaimana bisnis yang mulai dijalani secara penuh di 2015 mendatang mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat. Tidak hanya mengandalkan pendapatan perusahaan dari tiket, tapi juga bisnis lain, seperti penjualan iklan, penggunaan halte untuk lahan komersial, dan sebagainya.
Sebagai BUMD, PT Transportasi Jakarta dituntut bisa menghasilkan keuntungan. ”Perlahan-lahan nanti Pemprov DKI Jakarta itu akan mengurangi nilai subsidi BUMD itu,” tandasnya. Kemarin PT Transportasi Jakarta memberlakukan tarif Rp10 sekali jalan untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November.
Agar semangat kerja dari manajemen baru itu lebih berkualitas, PT Transportasi Jakarta juga meluncurkan logo baru Transjakarta yang didominasi dengan warna biru. Logo ini digunakan untuk armada bus Transjakarta yang baru. Pertama logo ini dipakai di bus hibah dari swasta. Bus bermerek Scania produksi Swedia ini menggunakan bahan bakar gas (BBG).
”Bus baru itu dibeli penyumbangnya sekitar Rp4,5-5 miliar dan akan kami operasikan di koridor I (Blok MKota),” tutur Direktur Utama PT Transportasi Jakarta ANS Kosasih. Bus gandeng buatan Scania ini akan dijadikan patokan bagi PT Transportasi Jakarta untuk mengadakan kontrak dengan operator dalam menyediakan bus baru.
Bus itu diklaim lebih mengutamakan keleluasaan ruang duduk penumpang. Penumpang tidak akan terhimpit dengan tempat duduk di depannya karena diberikan jarak yang cukup lebar. Begitu juga yang berdiri diberikan gantungan tangan yang lebih rendah. Hal itu lebih nyaman bagi penumpang selama di dalam bus.
Terobosan lainnya, dalam waktu dekat halte Harmoni diperbaharui dengan model lebih representatif, yakni disediakan mini kafe dan toilet. Nantinya penumpang tidak merasa terlalu bosan menunggu bus. ”Perbaikan halte ini lakukan tahun depan,” jelasnya.
Ilham safutra
(bbg)