Konflik Laut China Selatan Kemungkinan Sulit Teratasi
A
A
A
YANGON - Pertikaian diplomatik terbaru terkait siapa yang berhak memiliki Laut China Selatan sepertinya akan terpecahkan dalam pertemuan regional di Myanmar, setahun setelah China meningkatkan tensi di sumber perairan kaya kandungan mineral tersebut.
Pertikaian Laut China Selatan memang menjadi masalah pelik belakangan. Sejumlah negara saling mengklaim sebagai pemilik atau yang menguasai perairan tersebut. Negara-negara Asia Tenggara meliputi Vietnam, Filipina, dan kekuatan regional China, menganggap perairan tersebut masuk wilayah mereka. Isu ini membuat hubungan antara China dan sejumlah negara di Asia Tenggara kurang harmonis.
Oleh karena itu, isu ini akan menjadi tes penting dalam diplomasi antara China dan Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan ASEAN Summit di Myanmar, 12–14 November mendatang. AS memiliki kepentingan membuat masalah Laut China Selatan segera teratasi karena membuat ASEAN sebagai bagian dari kebijakan luar negerinya, yakni sebagai poros mereka mengembangkan politik luar negeri lebih jauh lagi di wilayah Asia.
Peluang terciptanya “suasana damai” di Laut China Selatan dalam pertemuan yang akan digelar di Naypyitaw tersebut terbuka lebar karena sejumlah pemimpin dunia atau perwakilan penting bakal hadir. Mereka di antaranya Presiden AS Barack Obama, Perdana Menteri China Li Keqiang, dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Penasihat Keamanan Nasional AS Susan Rice menyebut, Obama akan memanfaatkan pertemuan dengan pemimpin-pemimpin ASEAN untuk membicarakan pertikaian di wilayah maritim. Agenda lain yang juga akan dibahas adalah terkait Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan epidemis ebola.
Namun, sejumlah analis dan diplomat skeptis dengan kemungkinan terjadinya kesepakatan yang nyata. Hal tersebut karena China kemungkinan lebih memilih melakukan pembicaraan bilateral dengan tetangga-tetangga kecilnya, sembari mengerahkan kekuatan ekonomi masif dan pengaruh politik mereka di kawasan melalui perdagangan.
“Saya tak melihat akan terjadinya pemecahan masalah dalam waktu dekat ini. Mari melihat realita bahwa ini adalah isu kompleks dan sebagai tambahan, ASEAN diakui atau tidak terikat dengan China, sebagai salah satu kekuatan di kawasan dan dunia,” tutur salah seorang diplomat ASEAN dikutip AFP.
Sugeng wahyudi
Pertikaian Laut China Selatan memang menjadi masalah pelik belakangan. Sejumlah negara saling mengklaim sebagai pemilik atau yang menguasai perairan tersebut. Negara-negara Asia Tenggara meliputi Vietnam, Filipina, dan kekuatan regional China, menganggap perairan tersebut masuk wilayah mereka. Isu ini membuat hubungan antara China dan sejumlah negara di Asia Tenggara kurang harmonis.
Oleh karena itu, isu ini akan menjadi tes penting dalam diplomasi antara China dan Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan ASEAN Summit di Myanmar, 12–14 November mendatang. AS memiliki kepentingan membuat masalah Laut China Selatan segera teratasi karena membuat ASEAN sebagai bagian dari kebijakan luar negerinya, yakni sebagai poros mereka mengembangkan politik luar negeri lebih jauh lagi di wilayah Asia.
Peluang terciptanya “suasana damai” di Laut China Selatan dalam pertemuan yang akan digelar di Naypyitaw tersebut terbuka lebar karena sejumlah pemimpin dunia atau perwakilan penting bakal hadir. Mereka di antaranya Presiden AS Barack Obama, Perdana Menteri China Li Keqiang, dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Penasihat Keamanan Nasional AS Susan Rice menyebut, Obama akan memanfaatkan pertemuan dengan pemimpin-pemimpin ASEAN untuk membicarakan pertikaian di wilayah maritim. Agenda lain yang juga akan dibahas adalah terkait Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan epidemis ebola.
Namun, sejumlah analis dan diplomat skeptis dengan kemungkinan terjadinya kesepakatan yang nyata. Hal tersebut karena China kemungkinan lebih memilih melakukan pembicaraan bilateral dengan tetangga-tetangga kecilnya, sembari mengerahkan kekuatan ekonomi masif dan pengaruh politik mereka di kawasan melalui perdagangan.
“Saya tak melihat akan terjadinya pemecahan masalah dalam waktu dekat ini. Mari melihat realita bahwa ini adalah isu kompleks dan sebagai tambahan, ASEAN diakui atau tidak terikat dengan China, sebagai salah satu kekuatan di kawasan dan dunia,” tutur salah seorang diplomat ASEAN dikutip AFP.
Sugeng wahyudi
(bbg)