PKL Kota Tua Kian Tak Tertata

Senin, 10 November 2014 - 13:41 WIB
PKL Kota Tua Kian Tak Tertata
PKL Kota Tua Kian Tak Tertata
A A A
JAKARTA - Pedagang kaki lima (PKL) kawasan Kota Tua, Jakarta Barat semakin semrawut.

Padahal, sebelumnya mereka sudah direlokasi di empat titik. Berdasarkan pantauan, PKL tersebut mengepung kawasan Taman Fatahillah, ada yang berjualan memakai gerobak, buka lapak, dan berkeliling. Mereka berjualan di depan Museum Wayang, Museum Pos Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, bahkan tak sedikit dari mereka yang berjualan di dalam Taman Fatahillah.

Terparah ketika area Taman Fatahillah dijadikan tempat penyelenggaraan acara, seperti Festival Kota Tua. Ribuan PKL seperti tidak tertata dan memberi kesan kekumuhan sebuah festival. Terlebih sampah yang dihasilkannya berceceran memenuhi seluruh pelataran. Padahal, festival tersebut bertujuan menjadikan Kota Tua sebagai kawasan wisata sejarah dunia sekaligus sebagai ikon Ibu Kota.

Festival Kota Tua dengan tema ”Tempo Doeloe” digelar di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Sabtu (8/11) hingga kemarin. Festival ini menampilkan hiburan musik serta pameran budaya Betawi, China, dan Arab. Kepala Sudin Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi Jakarta Barat Slamet Widodo mengakui, penataan 416 PKL beberapa waktu lalu tidak efektif. Berdasarkan hasil rapat antara pemilik gedung dan konsorsium penataan Kota Tua, ratusan PKL tersebut akan dimasukkan dalam tiga gedung milik PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), yakni Kertaniaga, Pancaniaga, dan Aneka Niaga pada 2015.

”Gedungnya direnovasi dulu sesuai dengan konsep revitalisasi Kota Tua. Setelah itu baru penataan PKL dilakukan. Informasinya pada 2015 sudah bisa terlaksana penataan PKL tersebut,” kata Slamet Widodo saat dihubungi kemarin. Slamet menjelaskan, di dalam gedung nanti para PKL dikelompokkan sesuai dengan jenis dagangannya. Misalnya PKL makanan dan minuman dimasukkan ke dalam gedung Kertaniaga.

Sedikitnya ada 136 PKL yang nantinya akan masuk ke dalam gedung tersebut dengan konsep food museum . Relokasi diklaim Slamet juga bisa meningkatkan perekonomian para PKL. Ini karena mereka bisa berjualan lebih lama, yakni dari pukul 10.00-00.00 WIB. ”Kalau sekarang jam jualannya dibatasi sejak pukul 17.00 WIB. Nantinya akan diubah dari pukul 10.00-00.00 WIB,” tuturnya.

Sugeng, 45, pedagang makanan tahu gejrot di depan Kantor Pos Indonesia, mengaku hanya berani berjualan di dalam Taman Fatahillah ketika pengawasan Satpol PP lemah, seperti akhir pekan dan saat adanya kegiatan. CEO PT Pembangunan Kota Tua Jakarta Lin Che Wei mengatakan, revitalisasi gedung ditargetkan selesai pada 2016. Revitalisasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kembali nilai historis dan nilai ekonomi gedung-gedung tersebut. Lin menjelaskan, saat ini ada 86 bangunan yang masuk dalam daftar cagar budaya.

Beberapa di antaranya sudah selesai dikonservasi yakni Gedung Pos Indonesia, Museum Sejarah Jakarta, Kafe Batavia, gedung kantor Jasindo, Museum Seni Rupa, Museum Wayang, Arsip Ekspor Impor, Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Jembatan Gantung, dan Museum Bahari.

Bima setiyadi/ Yan yusuf
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5775 seconds (0.1#10.140)