Empat Tokoh Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Sabtu, 08 November 2014 - 12:41 WIB
Empat Tokoh Dianugerahi...
Empat Tokoh Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
A A A
JAKARTA - Pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada empat putra terbaik bangsa. Keempat sosok yang dinilai berjasa besar bagi negara ini adalah (alm) Letjen TNI (Purn) Djamin Gintings, (alm) KH Abdul Wahab Chasbullah, (alm) Sukarni Kartodiwirjo, dan (alm) Mayjen TNI (purn) Mohamad Mangoendiprojo.

Penganugerahan dalam rangka Hari Pahlawan ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden No.115/TK/2014 yang ditandatangani 6 November lalu. Presiden Joko Widodo memimpin upacara penganugerahan itu di Istana Negara, Jakarta, kemarin. Presiden menyerahkan plakat pahlawan itu ke para istri dan anak atau ahli waris pejuang.

Presiden juga menyalami mereka satu persatu dan menyempatkan berbincang akrab. Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo yang juga cucu Mohamad Mangoendiprojo bersyukur atas gelar Pahlawan Nasional tersebut. ”Khususnya (terima kasih) kepada Presiden Joko Widodo. Pengusulan eyang Mohamad (sebagai Pahlawan Nasional) setahu kami sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu,” ujarnya.

Mohamad Mangoendiprojo merupakan cicit Setjodiwirjo atau Kiai Ngali Muntoha, keturunan Sultan Demak dan Prabu Brawidjaja. Setelah lulus dari OSVIA pada 1927, pria kelahiran Sragen 1905 ini menjadi pamong praja. Di usia 38 tahun, dia ikut bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (Peta).

Setelah Jepang menyerah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Mohamad bersama para pemimpin TKR lainnya kembali berjuang melawan invasi asing. Rasa syukur juga diungkapkan janda Djamin Ginting, Likas. Dia berujar kepada Presiden Jokowi telah menantikan gelar itu demikian lama. ”Sudah 40 tahun saya menunggu penghargaan ini,” kata Likas, yang kemudian disambut ucapan selamat dari presiden.

Djamin Gintings wafat di Ottawa, Kanada, 23 Oktober 1974. Pria kelahiran 12 Januari 1921 ini merupakan salah satu komandan pasukan Indonesia dalam pertempuran Medan Area melawan pasukan Inggris di Sumatera Timur. Pasukan Inggris meninggalkan Medan dan seluruh wilayah Indonesia pada akhir tahun 1946.

Mantan ketua DPR pada 1950 ini juga pernah memimpin pasukan bertempur melawan Belanda, saat mereka melancarkan Agresi Militer II dan menguasai Yogyakarta, serta menahan Presiden Soekarno. Sejak 1966, karier Ginting banyak dihabiskan di jabatan nonmiliter. Dimulai menjadi sekretaris presiden atau kepala kabinet presiden merangkap wakil sekretaris negara.

Pada 1968, Ginting diangkat oleh Presiden Soeharto menjadi anggota DPR-GR dan MPRS mewakili eksponen Angkatan 45. Sementara itu, almarhum Sukarni Kartodiwirjo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena jasa-jasanya memperjuangkan NKRI melawan Belanda. Putra Blitar kelahiran 14 Juli 1916 ini pernah menjabat sebagai ketua umum Pengurus Besar Indonesia Muda tahun 1937, pegawai di Sendenbu atau Departemen Propaganda (1942-1945), dan anggota Gerakan Angkatan Baru Indonesia tahun 1945.

Adapun almarhum Abdul Wahab Chasbullah merupakan tokoh besar Nahdlatul Ulama. Ulama kelahiran Jombang 31 Maret 1888 ini pada kurun 1923-1926 turut memelopori pergerakan dari pesantren yang akhirnya bermuara pada penyelenggaraan Kongres Al-Islam.

Pada 1926, Wahab menghimpun para pemuda dari pesantren dan mengubah Syubbanul Wathan menjadi Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU) yang kemudian menjadi Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO) dan berevolusi menjadi Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor).

Politikus PPP Romahurmuziy yang merupakan salah satu cicit Wahab Chasbullah mengatakan, selaku pribadi, dirinya banyak belajar dari eyang sepuhnya itu. Kiai Wahab, kata dia, dikenal sebagai politikus lentur tetapi tegas. ”Beliau (Wahab Chasbullah) selalu mengedepankan pendekatan persuasif, terutama saat pemberontakan PRRI /Permesta,” jelasnya.

Rarasati syarief
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0808 seconds (0.1#10.140)