Bogor Operasikan 50 Angkot BBG
A
A
A
BOGOR - Sebanyak 50 angkutan kota (angkot) berbahan bakar gas (BBG) di Kota Bogor mulai beroperasi dan melayani masyarakat, kemarin.
Peluncuran angkot BBG ini sebagai salah satu cara penghematan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Angkot BBG tersebut merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) dari Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk Pemkot Bogor. ”Kami harap angkot berbahan bakar gas ini bisa ditiru masyarakat Kota Bogor, khususnya para pengusaha angkot yang masih menggunakan BBM. Penggunaan BBG merupakan langkah penghematan dan efisiensi penggunaan BBM di KotaBogor,” kataWali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto di Balai Kota Bogor, kemarin.
Bima menjelaskan, sebelum ke-50 angkot tersebut dioperasikan, pihaknya menerima banyak permintaan dari pemilik angkot yang ingin armadanya diubah dari menggunakan BBM menjadi BBG. ”Tapi kita sedang bicarakan dulu karena ini menyangkut kesiapan teman-teman PGN juga. Apalagi converter kit-nya perlu biaya,” ungkapnya. Agar penerapan angkot BBG berjalan lancar, Pemkot Bogor menyediakan satu lokasi stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di Jalan Merdeka, Bogor Tengah, Kota Bogor.
Rencananya, Pemkot Bogor menyiapkan SPBG di enam titik lagi agar saat angkot yang hendak mengisi gas tidak antre. ”Lokasinya sudah kita tentukan,” jelasnya. Selain angkot BBG, Pemkot Bogor juga mengkaji kembali rencana pengoperasian angkot listrik. Saat ini sudah ada satu angkot listrik sebagai proyek percontohan. Namun karena harganya masih sangat tinggi, Pemkot Bogor mengedepankan angkot BBG terlebih dahulu.
”Kalau listrik sulit ya, masih harus banyak yang dikaji lagi. Jadi kita kedepankan angkot BBG dulu,” terangnya. Wakil Sekretaris DPC Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor Yadi Indra Mulyadi sepakat dengan penerapan angkot BBG. Menurutnya, angkot BBG ini merupakan program pemerintah pusat untuk mengurangi emisi gas buang serta diversifikasi BBM.
”Sudah ada empat trayek yang menggunakan BBG, yakni trayek 01, 10, 12, dan 15 yang semuanya melintasi SPBG di Jalan Merdeka maupun Jalan MA Salmun,” tuturnya. Animo pengusaha angkot untuk beralih ke BBG sangat besar. Banyak yang meminta angkotnya dipasang alat atau converter kit agar bisa diisi BBG. ”Tapi karena converter kit-nya terbatas, jadi baru 50 angkot,” ujarnya.
Selain itu, SPBG yang dibangun juga terbatas sehingga belum mencakup seluruh rute angkot. Untuk itu, Organda mengusulkan agar dibangun lagi SPBG di wilayah Sukasari dan Bubulak agar seluruh angkot bisa terlayani. ”Penggunaan BBG ternyata lebih irit dan ramah lingkungan dibandingkan BBM,” imbuhnya. Yadi mencontohkan, angkot trayek 12 Pasar Anyar–Cimanggu yang mengisi BBG sekitar tujuh liter skala premium bisa sampai lima rit. ”Biayanya lebih murah. Jika biasanya sehari harus ngisi BBM Rp50.000, sekarang hanya ngisigas paling banyak Rp 30.000 sehingga ada uang lebih yang bisa disetor,” tambahnya.
Rahman, 38, sopir angkot 12, mengaku penggunaan BBG lebih irit serta tidak banyak polusi. ”Kalau diisi bensin, knalpot suka ngebul dan bau. Sekarang sejak dipasang converter kit berbahan bakar gas, sudah tidak berasap hitam lagi. Dan juga biayanya lebih hemat,” ungkapnya.
Haryudi
Peluncuran angkot BBG ini sebagai salah satu cara penghematan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Angkot BBG tersebut merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) dari Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk Pemkot Bogor. ”Kami harap angkot berbahan bakar gas ini bisa ditiru masyarakat Kota Bogor, khususnya para pengusaha angkot yang masih menggunakan BBM. Penggunaan BBG merupakan langkah penghematan dan efisiensi penggunaan BBM di KotaBogor,” kataWali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto di Balai Kota Bogor, kemarin.
Bima menjelaskan, sebelum ke-50 angkot tersebut dioperasikan, pihaknya menerima banyak permintaan dari pemilik angkot yang ingin armadanya diubah dari menggunakan BBM menjadi BBG. ”Tapi kita sedang bicarakan dulu karena ini menyangkut kesiapan teman-teman PGN juga. Apalagi converter kit-nya perlu biaya,” ungkapnya. Agar penerapan angkot BBG berjalan lancar, Pemkot Bogor menyediakan satu lokasi stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di Jalan Merdeka, Bogor Tengah, Kota Bogor.
Rencananya, Pemkot Bogor menyiapkan SPBG di enam titik lagi agar saat angkot yang hendak mengisi gas tidak antre. ”Lokasinya sudah kita tentukan,” jelasnya. Selain angkot BBG, Pemkot Bogor juga mengkaji kembali rencana pengoperasian angkot listrik. Saat ini sudah ada satu angkot listrik sebagai proyek percontohan. Namun karena harganya masih sangat tinggi, Pemkot Bogor mengedepankan angkot BBG terlebih dahulu.
”Kalau listrik sulit ya, masih harus banyak yang dikaji lagi. Jadi kita kedepankan angkot BBG dulu,” terangnya. Wakil Sekretaris DPC Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor Yadi Indra Mulyadi sepakat dengan penerapan angkot BBG. Menurutnya, angkot BBG ini merupakan program pemerintah pusat untuk mengurangi emisi gas buang serta diversifikasi BBM.
”Sudah ada empat trayek yang menggunakan BBG, yakni trayek 01, 10, 12, dan 15 yang semuanya melintasi SPBG di Jalan Merdeka maupun Jalan MA Salmun,” tuturnya. Animo pengusaha angkot untuk beralih ke BBG sangat besar. Banyak yang meminta angkotnya dipasang alat atau converter kit agar bisa diisi BBG. ”Tapi karena converter kit-nya terbatas, jadi baru 50 angkot,” ujarnya.
Selain itu, SPBG yang dibangun juga terbatas sehingga belum mencakup seluruh rute angkot. Untuk itu, Organda mengusulkan agar dibangun lagi SPBG di wilayah Sukasari dan Bubulak agar seluruh angkot bisa terlayani. ”Penggunaan BBG ternyata lebih irit dan ramah lingkungan dibandingkan BBM,” imbuhnya. Yadi mencontohkan, angkot trayek 12 Pasar Anyar–Cimanggu yang mengisi BBG sekitar tujuh liter skala premium bisa sampai lima rit. ”Biayanya lebih murah. Jika biasanya sehari harus ngisi BBM Rp50.000, sekarang hanya ngisigas paling banyak Rp 30.000 sehingga ada uang lebih yang bisa disetor,” tambahnya.
Rahman, 38, sopir angkot 12, mengaku penggunaan BBG lebih irit serta tidak banyak polusi. ”Kalau diisi bensin, knalpot suka ngebul dan bau. Sekarang sejak dipasang converter kit berbahan bakar gas, sudah tidak berasap hitam lagi. Dan juga biayanya lebih hemat,” ungkapnya.
Haryudi
(ars)