Singel Bukan Berarti Tak Happy

Senin, 03 November 2014 - 11:06 WIB
Singel Bukan Berarti...
Singel Bukan Berarti Tak Happy
A A A
Dulu, menjadi jomblo memang bukan sebuah pilihan setiap orang. Selain karena dilanda kesepian, ia akan menjadi bahan obrolan banyak orang karena ketiadaan pasangan.

Namun, kondisi itu berbeda dengan realitas sekarang. Status jomblo malah jadi pilihan pembuktian identitas seseorang, terutama bagi mereka yang “gila” kerja. Di era kekinian, sekarang tidak terlalu menakutkan bagi sebagian orang untuk menjadi jomblo. Sebab stereotipe itu telah bergeser, seorang berstatus jomblo tidak lagi kesepian dan tidak selalu dilanda kesedihan, justru bisa berbuat happy terutama dengan semakin masifnya acara-acara hiburan, baik yang tersedia di layar kaca maupun internet.

Selain itu, jika berselancar lewat dunia maya masih merasa sepi, para jombloers juga bisa berbelanja barang-barang yang menjadi passion mereka. Produk-produk fashion menjadi pilihan yang paling diminati konsumen jomblo. Hal ini dipengaruhi oleh usia yang relatif muda, 17-35 tahun, sehingga mereka memberi perhatian yang lebih terhadap penampilan. Tak peduli dengan harganya yang mahal, produk tersebut tetap akan dibeli demi melengkapi performa dan mengangkat gengsi (prestige).

Di antara beberapa produk yang menjadi buruan konsumen baru tersebut, seperti tas, sepatu, perlengkapan kecantikan, hingga jilbab. Setiap ada yang baru dari varian produk fashion ini, dapat dipastikan barang- barang tersebut dengan seketika akan menjadi tren di kalangan remaja. Popularitas produk tersebut juga didorong oleh perbincangan mereka lewat sosial media. Uniknya, para jombloers yang berasal dari pekerja kantoran, mahasiswa, maupun eksekutif muda lebih sering berburu produk-produk tersebut lewat sosial media.

Menurut pengamat bisnis online shop Aditya Jamaludin, ketika menjelajah di situs-situs belanja online maka buruan wanita muda adalah produk-produk fashion. Memang belum ada penelitian pasti akan hal ini, tapi dilihat dari kebiasaan pemesanan itu yang sering dilakukan kalangan wanita muda.

“Selain produk fashion , sebenarnya acara-acara pelatihan motivasi banyak diminati konsumen jomblo. Hal ini bisa diamati dari mulai munculnya seminar atau pelatihan yang mengangkat tema-tema kewirausahaan bagi kalangan muda,” ucap Aditya, melalui pesan pendeknya kepada KORAN SINDO kemarin. Apalagi jika melirik China di mana pasar kaum jomblo begitu besar. Di Negeri Tirai Bambu ini, setiap 11 November ada pemandangan unik. Maklum, 11 November yang diperingati sebagai Hari Jomblo (Singles Day ) atau di China disebut Guanggun Jie menjadi hari spesial bagi kaum jomblo .

Saat itulah kaum jomblo belanja besar-besaran secara online . Bahkan, saat 11 November di China disebut sebagai acara belanja online terbesar dalam sejarah. Produk fashion menjadi produk yang paling banyak diburu kaum jomblo . Malah disebut-sebut acara yang berlangsung satu hari ini mengalahkan belanja ekstravaganza Black Friday di Amerika Serikat (satu hari setelah Thanksgiving) atau Cyber Monday, acara belanja yang dilaksanakan pada Senin pertama setelah Thanksgiving.

Tahun lalu misalnya, saat 11 November, transaksi penjualan mencapai 35 miliar yuan. Kondisi pasar jomblo di China yang begitu besar bukan tidak mungkin terjadi di Indonesia. Karena itu, peluang untuk membidik pasar kaum jomblo semakin terbuka. Apalagi saat ini di antara jombloers, menjadi jomblo bukanlah aib. Bagi mereka menjadi singel bukan berarti jadi tidak happy .

Nafi’ muthohirin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3016 seconds (0.1#10.140)