Akses Al-Aqsa Ditutup, Indonesia Kecam Israel
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia kemarin mengecam keras tindakan Pemerintah Israel menutup akses ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Indonesia mendesak Israel agar segera membuka kembali Masjid Al-Aqsa.
Penutupan tempat ibadah, seperti Masjid Al-Aqsa, merupakan pelanggaran terhadap hak asasi mendasar khususnya kebebasan beragama, terutama bagi umat Islam di Yerusalem. “Israel sebagai kekuatan pendudukan harus segera membuka akses dan menjamin keselamatan bagi umat Islam untuk beribadah di Masjid Al- Aqsa,” demikian keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Lebih lanjut, Indonesia juga prihatin terhadap meningkatnya ketegangan dan kekerasan di Yerusalem. Pemerintah Indonesia meminta semua pihak untuk menahan diri, terutama bagi agar aparat keamanan Israel untuk segera menghentikan tindakan kekerasan terhadap masyarakat sipil Palestina.
Israel kemarin memang membuka akses Masjid Al Aqsa menjelang salat Jumat. Namun, muslim yang diperbolehkan masuk hanya mereka yang berusia di atas 50 tahun. Pemerintahan Zionis itu berdalih upaya itu sebagai tindakan preventif untuk mencegah kekerasan yang kerap dilakukan pemuda Palestina. “Keputusan untuk membuka Masjid Al- Aqsa untuk memulihkan (kompleks) masjid agar kembali normal dan efektif secepatnya,” kata juru bicara kepolisian Israel, Luba Samri, dikutip Al Jazeera.
Keputusan membuka kembali Masjid Al-Aqsa setelah Amerika Serikat (AS) meminta sekutu terdekatnya agar mengizinkan para peziarah dan warga Yerusalem beribadah di masjid suci itu.
Apalagi, institusi Islam tertinggi di Kairo, Al-Azhar, mengungkapkan bahwa penutupan Masjid Al-Aqsa sebagai tindakan barbar yang memicu konflik agama. Negara tetangga Israel, Yordania, pun mengecam penutupan Masjid Al-Aqsa. “Komunitas internasional harus menekan Israel agar membuka blokade di kompleks masjid itu,” kata Menteri Hubungan Islam Pemerintah Yordania Hayel Daoud.
Sebelumnya, pada Kamis (30/10), juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa penutupan suatu tempat suci yang dipersengketakan di Yerusalem sebagai “deklarasi perang”.
“Eskalasi tindakan Israel yang berbahaya itu merupakan deklarasi perang terhadap rakyat Palestina. Masjid Al- Aqsa merupakan tempat yang suci bagi orang-orang Arab dan negara-negara Islam,” kata juru bicara Abbas, Nabil Abu Rudeina, mengutip pernyataan Presiden Palestina.
Langkah Israel ini terjadi di tengah-tengah ketegangan setelah adanya penembakan terhadap seorang aktivis Yahudi. Moataz Hejazi, 32, seorang pria Palestina, dituduh menembak Yehuda Glick, seorang aktivis yang menyerukan pembukaan akses beribadah bagi umat Yahudi di kompleks Masjid Al Aqsa.
Juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, mengatakan bahwa Hijazi mencoba melawan ketika akan ditangkap di daerah permukiman Yerusalem timur. Rosenfeld mengklaim, pihaknya sempat terlibat baku tembak dengan Hijazi sebelum akhirnya pria tersebut ditembak mati pada Kamis lalu. Namun, sepupu Hijazi mengatakan, saudaranya itu ditembak polisi setelah ditahan di dalam rumahnya.
Hal senada juga diungkapkan para penduduk di perkampungan Abu Tor–lokasi tempat tinggal Hijazi. “Polisi datang ke rumah Hijazi. Dia berlari ke atas gedung. Polisi langsung menembakinya,” kata Mohammed Shwayt, tetangga Hijazi, kepada Al Jazeera.
Aksi pembunuhan Hijazi oleh polisi Israel langsung diprotes keras oleh para pemuda Palestina yang tinggal di kawasan Abu Tor. Puluhan pemuda melempari batu dan kayu ke arah polisi yang langsung membalas dengan tembakan gas air mata.
Komplek Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga bagi umat Islam, selain Masjidilharam di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Namun, kompleks itu juga dianggap sebagai lokasi suci oleh umat Kristen, begitupun kaum Yahudi. Meski demikian, orang Yahudi dan Kristen tidak diperbolehkan memasuki Masjid Al- Aqsa.
Andika hendra m
Penutupan tempat ibadah, seperti Masjid Al-Aqsa, merupakan pelanggaran terhadap hak asasi mendasar khususnya kebebasan beragama, terutama bagi umat Islam di Yerusalem. “Israel sebagai kekuatan pendudukan harus segera membuka akses dan menjamin keselamatan bagi umat Islam untuk beribadah di Masjid Al- Aqsa,” demikian keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.
Lebih lanjut, Indonesia juga prihatin terhadap meningkatnya ketegangan dan kekerasan di Yerusalem. Pemerintah Indonesia meminta semua pihak untuk menahan diri, terutama bagi agar aparat keamanan Israel untuk segera menghentikan tindakan kekerasan terhadap masyarakat sipil Palestina.
Israel kemarin memang membuka akses Masjid Al Aqsa menjelang salat Jumat. Namun, muslim yang diperbolehkan masuk hanya mereka yang berusia di atas 50 tahun. Pemerintahan Zionis itu berdalih upaya itu sebagai tindakan preventif untuk mencegah kekerasan yang kerap dilakukan pemuda Palestina. “Keputusan untuk membuka Masjid Al- Aqsa untuk memulihkan (kompleks) masjid agar kembali normal dan efektif secepatnya,” kata juru bicara kepolisian Israel, Luba Samri, dikutip Al Jazeera.
Keputusan membuka kembali Masjid Al-Aqsa setelah Amerika Serikat (AS) meminta sekutu terdekatnya agar mengizinkan para peziarah dan warga Yerusalem beribadah di masjid suci itu.
Apalagi, institusi Islam tertinggi di Kairo, Al-Azhar, mengungkapkan bahwa penutupan Masjid Al-Aqsa sebagai tindakan barbar yang memicu konflik agama. Negara tetangga Israel, Yordania, pun mengecam penutupan Masjid Al-Aqsa. “Komunitas internasional harus menekan Israel agar membuka blokade di kompleks masjid itu,” kata Menteri Hubungan Islam Pemerintah Yordania Hayel Daoud.
Sebelumnya, pada Kamis (30/10), juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa penutupan suatu tempat suci yang dipersengketakan di Yerusalem sebagai “deklarasi perang”.
“Eskalasi tindakan Israel yang berbahaya itu merupakan deklarasi perang terhadap rakyat Palestina. Masjid Al- Aqsa merupakan tempat yang suci bagi orang-orang Arab dan negara-negara Islam,” kata juru bicara Abbas, Nabil Abu Rudeina, mengutip pernyataan Presiden Palestina.
Langkah Israel ini terjadi di tengah-tengah ketegangan setelah adanya penembakan terhadap seorang aktivis Yahudi. Moataz Hejazi, 32, seorang pria Palestina, dituduh menembak Yehuda Glick, seorang aktivis yang menyerukan pembukaan akses beribadah bagi umat Yahudi di kompleks Masjid Al Aqsa.
Juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, mengatakan bahwa Hijazi mencoba melawan ketika akan ditangkap di daerah permukiman Yerusalem timur. Rosenfeld mengklaim, pihaknya sempat terlibat baku tembak dengan Hijazi sebelum akhirnya pria tersebut ditembak mati pada Kamis lalu. Namun, sepupu Hijazi mengatakan, saudaranya itu ditembak polisi setelah ditahan di dalam rumahnya.
Hal senada juga diungkapkan para penduduk di perkampungan Abu Tor–lokasi tempat tinggal Hijazi. “Polisi datang ke rumah Hijazi. Dia berlari ke atas gedung. Polisi langsung menembakinya,” kata Mohammed Shwayt, tetangga Hijazi, kepada Al Jazeera.
Aksi pembunuhan Hijazi oleh polisi Israel langsung diprotes keras oleh para pemuda Palestina yang tinggal di kawasan Abu Tor. Puluhan pemuda melempari batu dan kayu ke arah polisi yang langsung membalas dengan tembakan gas air mata.
Komplek Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga bagi umat Islam, selain Masjidilharam di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Namun, kompleks itu juga dianggap sebagai lokasi suci oleh umat Kristen, begitupun kaum Yahudi. Meski demikian, orang Yahudi dan Kristen tidak diperbolehkan memasuki Masjid Al- Aqsa.
Andika hendra m
(ars)